Suara.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump sekarang memusatkan perhatian untuk memangkas jumlah imigran legal di negaranya. Niat itu muncul ke publik setelah AS melancarkan tindakan terhadap imigran ilegal, yang telah secara tajam menurunkan jumlah para pelintas perbatasan ilegal dari Meksiko.
Gedung Putih memberikan dukungan terhadap rancangan undang-undang yang diusung oleh dua senator asal Partai Republik, yaitu Tom Cotton dari Arkansas dan David Perdue dari Georgia. Jika disahkan, undang-undang itu akan memangkas jumlah imigran legal hingga 50 persen dalam waktu 10 tahun dengan mengurangi jenis hubungan keluarga yang bisa dibawa imigran ke AS.
Namun, RUU itu akan menghadapi rintangan tajam menuju Kongres. Pada tingkat itu, sejumlah anggota senior asal Partai Republik mendukung reformasi bidang imigrasi secara menyeluruh, namun mereka tidak mendukung tindakan keras.
Di bawah undang-undang baru, yang disebut dengan RAISE Act, Amerika Serikat akan mengutamakan para imigran berkemampuan tinggi dengan membuat sistem berdasarkan prestasi, serupa dengan yang digunakan oleh Kanada dan Australia.
Trump dan para anggota parlemen Republik mengkritik sistem imigrasi yang digunakan saat ini sebagai sistem yang sudah kuno. Mereka menganggap sistem tersebut menyakiti para pekerja Amerika dengan menurunkan tingkat upah.
"Proses lamaran kompetitif ini akan mengutungkan para pemohon yang bisa berbicara Bahasa Inggris, bisa menghidupi dirinya sendiri dan keluarga mereka secara finansial serta menunjukkan keahlian yang bisa bermanfaat bagi perekonomian kita," ujar Trump.
Para senator mengatakan mereka bekerja sama secara erat dengan Gedung Putih dalam menyusun versi terbaru rancangan undang-undang mereka.
"Kedatangan ke Kantor Oval (tempat kerja resmi presiden AS, red) ini kemungkinan merupakan yang ketiga atau keempat kalinya untuk bekerja bersama Presiden Trump," kata Cotton kepada para wartawan.
Cotton dan Perdue mengatakan undang-undang yang mereka rancang itu tidak akan berdampak pada visa sementara bagai para karyawan sektor teknologi tertentu dan pekerjaan musiman yang populer dengan banyak bisnis.
RUU juga ditujukan untuk mengakhiri undian visa keragaman, yang memungkinkan 50.000 orang dari negara-negara yang kurang terwakili untuk mendapatkan Kartu Hijau (izin menetap dan bekerja di AS, red). (Antara/Reuters)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka KPK! Kemendagri Siapkan Pengganti Sementara
-
Pramono Anung Rombak Birokrasi DKI: 1.842 Pejabat Baru, Janji Pelayanan Publik Lebih Baik
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka, PKB Proses Status Kader Abdul Wahid Secara Internal
-
Raperda KTR DKI Disahkan! Ini Titik-Titik yang Dilarang untuk Merokok dan Jual Rokok
-
BNN Gerebek Kampung Bahari, 18 Orang Ditangkap di Tengah Perlawanan Sengit Jaringan Narkoba
-
KPK Kejar Korupsi Whoosh! Prabowo Tanggung Utang, Penyelidikan Jalan Terus?
-
Ahli Hukum Nilai Hak Terdakwa Dilanggar dalam Sidang Sengketa Tambang Nikel Halmahera Timur
-
Cak Imin Instruksikan BGN Gunakan Alat dan Bahan Pangan Lokal untuk MBG
-
MRT Siapkan TOD Medan Satria, Bakal Ubah Wajah Timur Jakarta
-
Masih Nunggak, Kejagung Sita Aset Musim Mas dan Permata Hijau Group