Sejumlah kendaraan melintas di Jalan Sudirman, Jakarta, Kamis (10/8).
Pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan dapat memahami kenapa sebagian pengendara sepeda motor protes karena merasakan kebijakan pemerintah membatasi sepeda motor lewat jalan protokol diskriminatif.
"Karena mereka lihat ada ketimpangan. Lebih besar mana, mobil sama motor (yang menyumbang kemacetan)," ujar Tigor di Bakoel Koffie Cikini, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Selasa (22/8/2017).
Menurut Tigor setiap kebijakan pemerintah yang tidak dipersiapkan dengan matang akan mendapat respons kurang baik di masyarakat.
Tigor menilai pembatasan kendaraan roda dua melewati Jalan M. H. Thamrin sampai dengan Jalan Medan Merdeka Barat yang sudah diterapkan sejak akhir tahun 2014 kurang efektif.
"Berarti nggak efektif. Kenapa? karena angkutan umumnya nggak disiapin dengan baik. Harusnya bangun dulu baru kebijakan," kata dia.
Menurut Tigor seharusnya jangan hanya sepeda motor yang dilaran lewat jalur protokol, melainkan mobil juga. Kebijakan ini juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pedestrian.
"Makanya saya bilang lebih bagus kalau sudah siap ini Sudirman-Thamrin nggak boleh ada kendaraan pribadi, baik motor dan mobil nggak boleh lewat. Khusus angkutan umum, sama difasilitasi untuk pejalan kaki dan sepeda," katanya.
Tak ada larangan di Rasuna Said
Kepala Dinas Perhubungan Jakarta Andri Yansyah mengatakan uji coba perluasan pembatasan jalur motor mulai 12 September hanya di Jalan Sudirman, sementara Jalan H. R. Rasuna Said, belum diberlakukan.
"Nggak dilarang motor mah (di Jalan Rasuna Said)," ujar Andri.
Tetapi, kata Andri, nanti Jalan Rasuna Said yang mengarah ke Kuningan akan diberlakukan sistem plat nomor ganjil genap bagi mobil.
"Kita lagi nunggu kajiannya. Kita lihat, kita FGD-kan (focus group discussion). Apa saja yang menjadi PR untuk diterapkan ganjil genap di sana, misal rambu marka, sosialisasi, dan uji coba, setelah itu baru penerapan," kata Andri.
Andri menekankan agar masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan publik karena jalanan Jakarta sudah sangat macet.
"Jangan ada dikotomi antara roda dua dan empat. Sudah waktunya memaksa masyarakat gunakan angkutan umum," kata dia.
andri mengatakan sistem ini hanya diberlakukan untuk sementara. Nanti akan dilanjutkan dengan sistem jalan berbayar atau electronic road pricing.
"Iya, memang ganjil genap kalau ERP jalan selesai," kata Andri.
"Karena mereka lihat ada ketimpangan. Lebih besar mana, mobil sama motor (yang menyumbang kemacetan)," ujar Tigor di Bakoel Koffie Cikini, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Selasa (22/8/2017).
Menurut Tigor setiap kebijakan pemerintah yang tidak dipersiapkan dengan matang akan mendapat respons kurang baik di masyarakat.
Tigor menilai pembatasan kendaraan roda dua melewati Jalan M. H. Thamrin sampai dengan Jalan Medan Merdeka Barat yang sudah diterapkan sejak akhir tahun 2014 kurang efektif.
"Berarti nggak efektif. Kenapa? karena angkutan umumnya nggak disiapin dengan baik. Harusnya bangun dulu baru kebijakan," kata dia.
Menurut Tigor seharusnya jangan hanya sepeda motor yang dilaran lewat jalur protokol, melainkan mobil juga. Kebijakan ini juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pedestrian.
"Makanya saya bilang lebih bagus kalau sudah siap ini Sudirman-Thamrin nggak boleh ada kendaraan pribadi, baik motor dan mobil nggak boleh lewat. Khusus angkutan umum, sama difasilitasi untuk pejalan kaki dan sepeda," katanya.
Tak ada larangan di Rasuna Said
Kepala Dinas Perhubungan Jakarta Andri Yansyah mengatakan uji coba perluasan pembatasan jalur motor mulai 12 September hanya di Jalan Sudirman, sementara Jalan H. R. Rasuna Said, belum diberlakukan.
"Nggak dilarang motor mah (di Jalan Rasuna Said)," ujar Andri.
Tetapi, kata Andri, nanti Jalan Rasuna Said yang mengarah ke Kuningan akan diberlakukan sistem plat nomor ganjil genap bagi mobil.
"Kita lagi nunggu kajiannya. Kita lihat, kita FGD-kan (focus group discussion). Apa saja yang menjadi PR untuk diterapkan ganjil genap di sana, misal rambu marka, sosialisasi, dan uji coba, setelah itu baru penerapan," kata Andri.
Andri menekankan agar masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan publik karena jalanan Jakarta sudah sangat macet.
"Jangan ada dikotomi antara roda dua dan empat. Sudah waktunya memaksa masyarakat gunakan angkutan umum," kata dia.
andri mengatakan sistem ini hanya diberlakukan untuk sementara. Nanti akan dilanjutkan dengan sistem jalan berbayar atau electronic road pricing.
"Iya, memang ganjil genap kalau ERP jalan selesai," kata Andri.
Tag
Komentar
Terpopuler
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 9 Sepatu Lokal Senyaman Skechers Ori, Harga Miring Kualitas Juara Berani Diadu
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 7 Desember: Raih Pemain 115, Koin, dan 1.000 Rank Up
Pilihan
-
9 Mobil Bekas Paling Lega dan Nyaman untuk Mengantar dan Jemput Anak Sekolah
-
Belum Sebulan Diluncurkan, Penjualan Toyota Veloz Hybrid Tembus 700 Unit
-
Kekayaan dan Gaji Endipat Wijaya, Anggota DPR Nyinyir Donasi Warga untuk Sumatra
-
Emiten Adik Prabowo Bakal Pasang Jaringan Internet Sepanjang Rel KAI di Sumatra
-
7 Sepatu Lari Lokal untuk Mengatasi Cedera dan Pegal Kaki di Bawah 500 Ribu
Terkini
-
Sidang Perkara Tata Kelola Minyak, Kerry Riza Bantah Intervensi Penyewaan Kapal Oleh Pertamina
-
Kurangi Risiko Bencana Hidrometeorologi, KLH Dukung Penanaman Pohon di Hulu Puncak
-
Penasihat DWP Kemendagri Tri Tito Karnavian Tegaskan Kualitas Manusia Indonesia: Mulai dari Keluarga
-
Trotoar 'Maut' di Tugu Yogyakarta, Pedestrian Jogja Belum Ramah Difabel
-
Menunjuk Hidung Menteri di Balik Bencana Sumatra, Siapa Paling Bertanggung Jawab?
-
Tambang Disebut Jadi Biang Kerok Gaduh PBNU, Begini Kata Gus Yahya?
-
Pemprov DKI Tanggung Seluruh Biaya Pemakaman Korban Kebakaran Maut Kemayoran
-
Cerita Hasto Pernah Tolak Tawaran Jadi Menteri: Takut Nggak Tahan Godaan
-
Amnesty International Beberkan 36 Video Kekerasan Polisi di Demo Agustus Lalu
-
Anggap Islah Jalan Satu-satunya Selesaikan Konflik PBNU, Gus Yahya Ngaku Sudah Kontak Rais Aam