“Langkah-langkah tambahan, termasuk pengusiran lebih lanjut dalam kerangka kerja bersama Uni Eropa ini tidak terkecuali dalam beberapa hari dan pekan mendatang,” demikian pernyataan Tusk.
Dukungan kuat dari negara-negara Uni Eropa, Ukraina, AS dan Kanada menyusul pertemuan Dewan Eropa yang diadakan di Brussels pekan ini.
AS telah mengusir 60 diplomat yang disebut Washington bekerja sebagai pegawai intelijen, dan telah memerintahkan penutupan konsulat Moskow di Seattle.
Selain itu, Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland mengatakan empat staf diplomatik kedutaan besar Rusia Ottawa atau konsulat jenderal di Montreal akan diperintahkan untuk keluar dari negara itu.
"Kami sepakat tentang pentingnya mengirim pesan Eropa yang kuat sebagai tanggapan atas tindakan Rusia," kata Perdana Menteri Inggris Theresa May kepada anggota parlemen di House of Commons pada Senin.
"Tanggapan internasional yang luar biasa dari sekutu kami tertulis dalam sejarah sebagai pengusiran kolektif terbesar terhadap pegawai intelijen Rusia dan akan membantu membela keamanan kami bersama," kata Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson di Twitter.
"Rusia tidak dapat melanggar aturan internasional dengan impunitas," tambah dia.
'Gerakan provokatif tidak bersahabat'
Moskow menganggap langkah ini sebagai "gerakan provokatif yang tidak bersahabat dengan solidaritas yang buruk," demikian pernyataan yang dipublikasikan di situs resmi Kementerian Luar Negeri.
Baca Juga: Pasal Divestasi dalam RUU Minerba Belum Komprehensif
"Tidak ada data obyektif dan komprehensif yang membenarkan keterlibatan Rusia dalam kasus Sergey dan Yulia Skripal," tambah pernyataan tersebut.
"Langkah tidak bersahabat dari kelompok negara ini tidak akan berlalu tanpa jejak, kami akan bereaksi terhadapnya," kata pernyataan itu.
Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Moskow menyesalkan keputusan negara-negara Barat untuk mengusir diplomat Rusia.
Sergei Skripal, 66, dan putrinya Yulia, 33, dirawat di rumah sakit setelah ditemukan kehilangan kesadaran kota Salisbury, Inggris.
"Skripal dan putrinya diracuni dengan gas saraf kelas militer dari jenis yang dikembangkan oleh Rusia,” khususnya dari kelompok Novichok, kata May setelah serangan tersebut.
Insiden di Salisbury mirip dengan kasus kematian mantan agen KGB Alexander Litvinenko pada 2006 setelah minum teh yang mengandung radioaktif.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
Terkini
-
Indonesia di Ambang Amarah: Belajar dari Ledakan di Nepal, Rocky Gerung dan Bivitri Beri Peringatan!
-
Ganggu Masyarakat, Kakorlantas Bekukan Penggunaan Sirene "Tot-tot Wuk-wuk"
-
Angin Segar APBN 2026, Apkasi Lega TKD Bertambah Meski Belum Ideal
-
Digerebek Satpol PP Diduga Sarang Prostitusi, Indekos di Jakbar Bak Hotel: 3 Lantai Diisi 20 Kamar!
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?
-
RUU Perampasan Aset Mesti Dibahas Hati-hati, Pakar: Jangan untuk Menakut-nakuti Rakyat!
-
Ucapan Rampok Uang Negara Diusut BK, Nasib Wahyudin Moridu Ditentukan Senin Depan!
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri