Suara.com - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho meminta kepada pemerintah daerah (pemda) untuk menyusun peta mikro zonasi sebagai landasan penataan ruang. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi kerusakan berat akibat gempa seperti yang terjadi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Sutopo mengatakan, hampir seluruh wilayah di Indonesia belum memetakan jalur sesar hingga mikro detail. Akibatnya, banyak pembangunan yang tak mengindahkan jalur sesar sehingga mengakibatkan kerusakan parah.
"Pemerintah daerah di Indonesia yang daerahnya rawan gempa harus membuat peta mikro zonasi. Dengan peta itu akan diketahui berapa potensi terjadi gempa ditambah likuifaksi sehingga kerusakan bisa diantisipasi," kata Sutopo saat ditemui di Graha BNPB, Jakarta Timur (1/10/2018).
Dampak dari pembangunan yang tidak memperhatikan jalur sesar terjadi di Perumnas Balaroa, Palu Barat. Jarak permukiman padat penduduk itu hanya 2,6 kilometer dari jalur sesar Palukoro mengakibatkan muka tanah ambles 5 meter dan jalan naik hingga setinggi rumah akibat gempa 7,4 skala richter yang mengguncang Donggala.
Tak hanya itu, Perumnas Patobo di Sulawesi Tengah juga mengalami likuifaksi lantaran berjarak 1 kilometer dari jalur sesar Palukoro. Akibatnya, ratusan rumah penduduk terendam lumpur setinggi 5 meter.
"Harusnya enggak boleh dari aspek tata ruang komplek padat penduduk berada di jalur sesar dengan konstruksi yang sangat terbatas. Itulah yang terjadi kalau ada gempa besar ancamannya timbul," ucap Sutopo.
Oleh karenanya, Sutopo meminta pemda untuk bisa memperhatikan mitigasi bencana dengan merancang peta mikro zonasi. Jika memang dimungkinkan dibangun permukiman maka diwajibkan menggunakan konstruksi tahan gempa yang kuat.
"Kami mengimbau pemda prioritas pada mitigasi bencana untuk pembangunan dalam tata ruang. Sehingga mengantisipasi infrastruktur yang rusak dan menekan angka korban jiwa," tandasnya.
Untuk diketahui, gempa berkekuatan 7,4 skala richter mengguncang Sulawesi Tengah hingga mengakibatkan tsunami pada Jumat (28/9/2018). Sejak gempa dahsyat itu, tercatat ada sebanyak 254 gempa susulan yang mengguncang Sulawesi Tengah dan mengakibatkan 844 orang meninggal dunia, 632 orang mengalami luka-luka dan 48.025 orang mengungsi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Prediksi Timnas Indonesia U-17 vs Zambia: Garuda Muda Bidik 3 Poin Perdana
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Stagnan, Tapi Antam Masih Belum Tersedia
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
Terkini
-
Heboh Gudang Ompreng MBG di Jakut Palsukan Label Halal, APMAKI: Pelaku Harus Ditindak Tegas!
-
Prabowo Pertimbangkan Nama Soeharto jadi Pahlawan Nasional
-
Indonesia Terima Airbus A400M Pertama, Prabowo Rencanakan Pembelian 4 Unit Tambahan
-
Pengamat Ungkap Kontras Jokowi dan Prabowo, Dulu 60% Kepuasan Publik Tenang, Kini 90% Sepertiga 98
-
Waspada! BPOM Rilis 23 Kosmetik Berbahaya, Cek Daftarmu Sebelum Terlambat
-
Viral Mau Cari Lelaki Pintar, Tinggi, dan Tampan: Ini Fakta Sebenarnya Isi Pidato Megawati
-
Geger Ijazah Gibran: Roy Suryo ke Australia, Klaim Kantongi Bukti Langsung dari Petinggi UTS
-
Drama Gugat Kejagung Berakhir, Aset Berharga Sandra Dewi Hasil Korupsi Harvey Moeis Segera Dilelang
-
Langkah Cerdas Hemat Biaya Bulanan: Manfaatkan Gratis Biaya Admin
-
Polisi Bunuh Polisi, Kubu Kompol Yogi Bantah Piting Leher Nurhadi: Dakwaan Hasil Imajinasi Jaksa