Suara.com - Guru Besar IPB Profesor Bambang Hero Saharjo meraih penghargaan bergengsi John Maddox atas aksinya melawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Pemberian penghargaan ini bahkan diberitakan oleh media asing.
Dilansir dari The Guardian, Rabu (13/11/2019), Saharjo memenangkan hadiah bergengsi John Maddox 2019 karena membela ilmu pengetahuan dalam menghadapi pelecehan, intimidasi, dan tuntutan hukum.
Guru Besar dalam bidang Perlindungan Hutan, Institut Pertanian Bogor ini mengumpulkan bukti untuk persidangan pidana terhadap perusahaan yang dituduh menggunakan metode "tebang dan bakar" untuk membersihkan lahan gambut. Perusahaan yang dituntutnya menanam minyak kelapa sawit, kayu pulp dan pohon karet.
Sebagai saksi ahli, Saharjo sempat menerima ancaman pembunuhan. Ia pernah menerima panggilan telepon misterius yang mengancam keselamatan istri dan keluarganya jika Bambang melanjutkan persidangan.
Sejumlah orang-orang tidak dikenal sempat datang ke universitas mencarinya, membuat stafnya panik.
“Rekan-rekan saya memberi tahu saya bahwa saya 'paling dicari' oleh perusahaan penyebab kebakaran dan bahwa mereka dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan untuk saya, keluarga saya dan karier saya,” kata Saharjo kepada Guardian.
“Tentu saja saya memikirkan hal itu, tetapi sebagai seorang ilmuwan saya harus mengatakan yang sebenarnya. Jika saya berhenti maka saya akan sama dengan mereka. Saya harus menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah," imbuhnya.
Saharjo telah memberikan kesaksian di sekitar 500 kasus, menggunakan metode ilmiah untuk melacak di mana dan kapan kebakaran dimulai, jalur apa yang mereka ambil dan berapa banyak asap dan gas rumah kaca yang dilepaskan.
Ia juga menghadirkan informasi terpercaya di setiap pengadilan.
Baca Juga: Dituding Gelapkan Dana, Eks Staf Ahok Polisikan Dua Akun Medsos
Kebakaran tahunan melumpuhkan sebagian besar wilayah Indonesia, Singapura dan Malaysia dalam kabut asap yang menyebabkan masalah pernapasan akut dan, menurut Unicef.
Kabut asap karhutla membahayakan kesehatan 10 juta anak-anak dan memaksa sekolah serta bandara ditutup. Karhutla juga merugikan sektor ekonomi Indonesia.
Penghargaan John Maddox merupakan penghargaan internasional untuk individu yang berkarya dalam ilmu pengetahuan yang memajukan diskusi publik seputar topik-topik sulit.
Peraih penghargaan ini memang sering terseret dengan ancaman atau permusuhan dari pihak lain.
Berita Terkait
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Dibully Mahasiswa Unud usai Tewas, Polisi Telusuri Isi HP dan Laptop Timothy Anugerah, Mengapa?
-
Dituding Sebar Fitnah soal NCD, Dirut CMNP Dilaporkan MNC Asia Holding ke Polda Metro Jaya
-
Ledek Kubu Roy Suryo Cs? Pentolan ProJo usai Jokowi Pamer Ijazah: Tanya Mas Roy Sajalah
-
Viral Karyawan SPPG MBG Jadi Korban Pelecehan, Terduga Pelaku Keluarga Anggota TNI?
-
Siswa Sekolah Rakyat Diam-diam Surati Prabowo, Seskab Teddy Bongkar Isi Suratnya!
-
Ketua DPD RI Ajak Pemuda Parlemen Berpolitik Secara Berkebudayaan dan Jaga Reputasi
-
Diawasi DPR, UI Jamin Seleksi Calon Dekan Transparan dan Bebas Intervensi Politik
-
Kala Legislator Surabaya Bela Adies Kadir dari Polemik 'Slip Of Tonge', Begini Katanya
-
Jejak Korupsi Riza Chalid Sampai ke Bankir, Kejagung Periksa 7 Saksi Maraton
-
'Tidak Dikunci, tapi Juga Tidak Dipermudah,' Dilema MPR Sikapi Wacana Amandemen UUD 1945