Suara.com - Video penampakan paus pembunuh di Perairan Anambas Kepulauan Riau menarik perhatian peneliti dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Menurut Peneliti Madya Bidang Oseanografi Terapan Laboratorium Data Laut dan Pesisir, Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan SDM KKP Widodo Pranowo penampakan paus pembunuh tersebut menunjukan adanya anomali.
“Orca kan jarang, biasanya di samudera selatan hingga subtropis. Di Indonesia ada beberapa kali muncul tapi tidak rutin setiap tahun atau musiman,” kata Widodo seperti dilansir Antara di Jakarta, Jumat (10/4/2020).
Kemunculan paus pembunuh atau Orcinus orca di sekitar Anambas yang dibagikan akun Instagram Bawah Reserve pada Sabtu (4/4/2020) lalu disebut berasal dari rekaman yang diabadikan nelayan setempat. Dalam video tersebut terlihat empat orca yang kebetulan berada di perairan Letung sehari sebelumnya.
Secara teoritik, Widodo mengatakan orca yang hidup di perairan laut tropis suka dengan suhu air laut berkisar 27 hingga 32 derajat Celsius dan bersalinasi (kadar garam) berkisar 35 hingga 39 practical salinity unit (PSU).
Kisaran suhu laut di Perairan Laut Kepulauan Anambas pada 01 hingga 06 April2020 berkisar 29,5 hingga 30,5 derajat Celsius, sehingga sesuai dengan teori tersebut. Hal yang menarik, menurut Widodo adalah pada parameter salinitas yang masih di bawah kisaran teoritik, yakni 33,5 hingga 33,75 PSU.
Migrasi orca, secara teori, tidak mengikuti pola musim. Pola migrasinya adalah lebih mengikuti atau memburu ikan atau mamalia kecil lain yang menjadi mangsanya.
Asumsinya, ikan-ikan yang menjadi mangsanya adalah dalam jumlah yang cukup banyak, karena biasanya orca akan migrasi dalam bentuk gerombolan. Tentunya gerombolan ikan-ikan yang dimangsa pun memerlukan daya dukung hidup yang melimpah pula, dalam hal ini plankton.
Plankton melimpah tentunya dikarenakan kondisi perairan yang subur, yang secara teoritik, diindikasikan oleh kandungan klorofil terlarut 25 hingga 200 miligram per meter kubik per hari.
Baca Juga: Pertama dalam 20 Tahun, Peneliti Temukan Paus Pembunuh Mati Terdampar
Kandungan klorofil tersebut apabila dihitung secara sesaat maka konsentrasinya, menurut Widodo, sekitar 1 hingga 16 miligram klorofil terlarut di dalam 1 meter kubik air laut.
Namun, ia mengatakan di Perairan Laut Kepulauan Anambas, konsentrasi sesaat klorofil sepanjang 01 hingga 06 April 2020 diestimasi hanya sekitar 0,2 hingga 0,4 miligram per meter kubik. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil secara realita di peraitan tersebut maksimum hanya menyediakan 20 persen dari teori yang ada.
Penampakan paus pembunuh yang sebenarnya merupakan spesies lumba-lumba tersebut pernah terjadi di Teluk Tomini pada Februari dan Maret 2017, lalu Mei 2018 di Gorontalo. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan
-
Ibu-Ibu Korban Bencana Sumatra Masih Syok Tak Percaya Rumah Hilang, Apa Langkah Mendesak Pemerintah?
-
Eks Wakapolri Cium Aroma Kriminalisasi Roy Suryo Cs di Kasus Ijazah Jokowi: Tak Cukup Dilihat
-
Nasib 2 Anak Pengedar Narkoba di Jakbar: Ditangkap Polisi, 'Dilepas' Gara-gara Jaksa Libur
-
Mendiktisaintek: Riset Kampus Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Tak Boleh Berhenti di Laboratorium
-
Dengarkan Keluhan Warga Soal Air Bersih di Wilayah Longsor, Bobby Nasution Akan Bangunkan Sumur Bor
-
Di Balik OTT Bupati Bekasi: Terkuak Peran Sentral Sang Ayah, HM Kunang Palak Proyek Atas Nama Anak
-
Warga Bener Meriah di Aceh Alami Trauma Hujan Pascabanjir Bandang
-
Mutasi Polri: Jenderal Polwan Jadi Wakapolda, 34 Srikandi Lain Pimpin Direktorat dan Polres