Suara.com - Selain sektor ekonomi informal dan pekerja harian, penyandang disabilitas adalah kelompok rentan yang paling terdampak akibat wabah Covid-19. Mereka memiliki kebutuhan khusus yang masih kurang perhatian dalam kebijakan-kebijakan pemerintah di masa pandemi.
Hal itu menjadi temuan dari kajian Jaringan Organisasi Penyandang Disabilitas Respon Covid-19.
“Difabel menjadi masyarakat yang paling rentan di masa pandemi ini, sehingga membutuhkan kebijakan dan penanganan yang inklusif sesuai dengan ragam disabilitasnya,” kata Jonna Aman Damanik dari perwakilan Institut Inklusif Indonesia yang tergabung dalam jaringan pada Selasa (9/6/2020).
Jonna menjelaskan, krisis Virus Corona telah berdampak negatif bagi setidaknya 80,9 persen responden difabel dari total 1.683 responden di Indonesia.
Fakta tersebut merupakan salah satu temuan dalam kajian cepat yang dilakukan secara daring oleh Jaringan Organisasi Penyandang Disabilitas Respon Covid-19 pada 10-24 April 2020. Kajian cepat itu melibatkan 1.683 responden yang mewakili seluruh ragam disabilitas dari 216 Kota/Kabupaten di 32 provinsi di Indonesia.
Dari total responden, hanya 60,55 persen memperoleh informasi yang cukup mengenai Covid-19 dan protokol pencegahannya. Hanya sekitar 30 persen yang memahami dan mendisiplinkan protokol pencegahan. Sementara, 11,6 persen responden mempunyai komorbiditas atau penyakit penyerta yang mengakibatkan kerentanan terpapar Covid-19.
"Kaji cepat ini juga menemukan dampak ekonomi yang sangat serius, di mana sekitar 86 persen responden yang bekerja di sektor informal mengalami pengurangan pendapatan mencapai 50- 80 persen selama pandemi terjadi," ujarnya.
Menilik penerimaan jaring pengaman sosial, hanya 35,40 persen responden mendapatkan subsidi listrik; 5,16 persen memperoleh subsidi PAM/PDAM; 4,53 persen yang menerima BLT; 11,36 persen yang menerima BPNT; dan 13,03 persen untuk penerimaan PKH (program keluarga harapan). Sementara itu, partisipasi penyandang disabilitas pada program ketenagakerjaan padat karya hanya mencapai 1,95 persen.
Melihat rendahnya penerimaan program jaring pengaman sosial, bisa dipastikan bahwa ekonomi difabel, terutama sektor informal, membutuhkan perhatian serius dalam pemulihannya.
Baca Juga: Dampak Pandemi Covid-19, Jumlah Donatur Pada Lembaga Zakat Berkurang
"Terlebih hanya kurang dari 5 persen responden yang berkegiatan ekonomi mempunyai literasi keuangan yang baik dan memiliki uang untuk dicadangkan," tuturnya.
Kaji cepat ini pun menemukan terputusnya difabel terhadap berbagai layanan publik seperti layanan terapi, berbelanja, berkegiatan sosial. Bahkan hingga di sektor pendidikan, di mana sekolah luar biasa yang tidak mempunyai cukup sarana untuk melakukan pembelajaran daring maupun jarak jauh, meniadakan proses pembelajaran. Selain itu, akses platform pembelajaran online juga menjadi kendala serius yang ditemukan.
Selain mengidentifikasi dampak Covid-19, kaji cepat ini juga memetakan potensi kontribusi difabel dalam upaya penanganan pandemi Covid-19. Ditemukan sekitar 64 persen responden yang menyatakan kesediaan untuk berkontribusi dalam penanganan Covid-19 dengan beragam kapasitas dan potensi yang dimiliki.
"Bahkan, di beberapa daerah, organisasi difabel telah mulai aktif bersama dengan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 untuk turut mengedukasi masyarakat, serta mendukung data untuk penyaluran bantuan sosial," katanya.
Staf Ahli Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Vivi Yulaswati mengapresiasi kerja-kerja dari organisasi difabel. Menurutnya, dalam situasi pandemi, hasil asesmen ini sangat penting bagi penyandang disabilitas.
"Ini penting untuk memastikan seluruh protokol tatanan normal baru inklusif dan mudah diakses oleh penyandang disabilitas, agar mereka tetap produktif, berdaya dan aman dari Covid-19," katanya.
Berita Terkait
-
Menurunnya Moda Transportasi Pada Masa Pandemi Covid-19
-
Mati Suri Usaha Sound System Saat Covid Hingga Jual Alat Agar Dapur Ngebul
-
Diadang Pandemi, Penataan Pantai Baron Tahun Ini Dibatalkan
-
Penghuni Terdampak Pandemi, Rusunawa Karangjerek Bebas Iuran Sewa
-
Dihantam Pandemi, Harga Cabai Keriting Anjlok Rugikan Petani Kulon Progo
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Benarkah 'Era Jokowi' Sudah Usai? 5 Fakta Reshuffle Prabowo, Diawali Depak Sri Mulyani
-
Kompolnas: Etik Tak Cukup, Kasus Kematian Ojol Affan Kurniawan Harus Diproses Pidana
-
21 Tahun Kasus Munir: Komnas HAM Periksa 18 Saksi, Kapan Dalang Utama Terungkap?
-
CEK FAKTA: Klaim Prabowo Pindahkan 150 Ribu TKI dari Malaysia ke Jepang
-
Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
-
Deadline 2026! Pemerintah Kejar Target Kemiskinan Ekstrem: Daerah Wajib Lakukan Ini...
-
Baru Dilantik Prabowo, Kekayaan Menteri P2MI Mukhtarudin Capai Rp 17,9 Miliar
-
Pesan Terbuka Ferry Irwandi ke Jenderal: Tidak Lari, Tidak Takut, Tidak Diam
-
CEK FAKTA: Video Jurnalis Australia Ditembak Polisi Indonesia
-
Dito Ariotedjo Dicopot dari Menpora, Bahlil Langsung Setor Nama Pengganti, Puteri Komarudin?