Suara.com - Menteri Sosial (Mensos), Juliari Batubara pernah menyampaikan, pekerja sosial diharapkan dapat bekerja sama dengan semua unsur dalam komunitas untuk mengadvokasi pentingnya penanaman nilai sosial di masyarakat. Mereka seyogyanya dapat membantu meringankan dampak pandemi Covid-19 dari sisi psikososial, dengan mengembangkan pemberdayaan dan relasi berkelanjutan antara orang dengan lingkungan sosialnya.
Di masa pandemi, para pekerja sosial tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan satu tujuan yang sama, yakni memberikan dukungan psikososial bagi masyarakat terdampak Covid-19. Dua diantaranya adalah Milly dan Wina, pekerja sosial senior asal Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung, yang mengabdi sebagai relawan di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.
Keduanya mengaku bangga sekaligus tertantang saat ditugaskan di rumah sakit khusus penanganan Covid-19 bersama 414 pekerja sosial lainnya.
“Ada motivasi tersendiri saat mendaftarkan diri sebagai relawan di Wisma Atlet. Mulanya di luar ekspektasi, namun ketika sudah bergabung, saya bersyukur bisa mendapatkan pengalaman luar biasa yang mungkin tidak bisa didapatkan oleh orang lain,” tutur Wina.
Di awal penugasan, Milly dan Wina hanya melakukan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) terhadap tenaga medis dan non medis. Namun seiring berjalannya waktu, LDP juga dirasa perlu diberikan kepada pasien kelompok rentan (anak-anak, remaja dan lansia), keluarga pasien dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal pasien.
Berkolaborasi dengan Tim Psikolog dan Keperawatan, Pekerja Sosial RSDC Wisma Atlet melakukan berbagai kegiatan terprogram dan terstrukur guna meringankan beban psikososial akibat pandemi Covid-19, antara lain visitasi (sharing session), rekreasional (fun games), dan relaksasi (self-healing).
“Kegiatan-kegiatan tersebut berfungsi sebagai ruang komunikasi untuk menyampaikan segala keluh kesah sekaligus sarana hiburan karena tenaga medis dan non medis serta pasien mungkin merasa jenuh dan stress selama bekerja maupun menjalani karantina,” terang Milly.
Setelah dinyatakan negatif Covid-19, penyintas di RSDC Wisma Atlet kerap mengalami kecemasan untuk kembali ke tempat tinggal mereka. Mereka merasa dirinya dan keluarganya tidak akan diterima oleh lingkungan di sekitar tempat tinggal akibat stigma sosial yang melekat sebagai penyintas Covid-19.
Untuk mengatasi hal tersebut, pekerja sosial RSDC Wisma Atlet akan merujuk penyintas Covid-19 ke shelter sementara di Balai Rehabilitasi Sosial “Mulya Jaya”, sembari melakukan pendampingan psikososial dan asesmen bagi penyintas dan keluarganya.
Baca Juga: Kemensos Salurkan Bantuan Program Keserasian Sosial dan Kearifan Lokal
Selain itu, pekerja sosial RSDC Wisma Atlet bekerja sama dengan pekerja sosial di luar area RSDC Wisma Atlet memberikan edukasi kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggal pasien yang mengalami penolakan serta menyalurkan bantuan kepada keluarga pasien yang mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhan dasar.
“Setelah asesmen melalui telepon, rata-rata penyintas batal menempati shelter sementara, karena mereka tidak lagi merasa ragu untuk kembali ke rumah,” kata Milly.
Salah satu tantangan terbesar pekerja sosial dalam memberikan LDP di masa pandemi Covid-19 adalah stigma sosial yang tidak hanya dikaitkan dengan pasien maupun penyintas, tetapi juga relawan medis dan non medis yang terjun langsung menangani dampak Covid-19.
“Stigma sosial disebabkan oleh ketidaktahuan dan ketidakpahaman seseorang, terlepas dari level pendidikan maupun profesinya, sehingga diperlukan adanya edukasi dan pemahaman tentang pandemi Covid-19,” ujar Milly.
Padahal, kata Milly, proses untuk menjadi relawan di RSDC Wisma Atlet cukup ketat.
“Relawan medis dan non medis wajib negatif Covid-19, maka kami diharuskan mengikuti medical check-up sebelum dan sesudah bertugas di Wisma Atlet. Saat bertugas, kami juga harus selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan mematuhi protokol kesehatan,” jelas Milly.
Berita Terkait
-
Heboh Jenazah Pasien Covid-19 Bola Matanya Bercucuran Darah
-
Ini Dia 6 Tokoh Bakal Dianugerahi Gelar Pahlawan 2020
-
Viral Keluarga Sobek Kafan Jenazah Diduga Covid-19, Mata Berlumur Darah
-
Bikin Ucapan Hari Pahlawan? Jangan Lupa Download Logo Hari Pahlawan 2020
-
Kapasitas Tempat Tidur Pasien Isolasi Covid-19 di Pontianak Ditambah
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
-
Toyota Investasi Bioetanol Rp 2,5 T di Lampung, Bahlil: Semakin Banyak, Semakin Bagus!
Terkini
-
'Tak Punya Tempat Curhat', Polisi Beberkan Latar Belakang Psikologis Pelaku Bom SMA 72 Jakarta
-
Roy Suryo Bantah Edit Ijazah Jokowi: Yang Seharusnya Tersangka Itu Orangnya
-
Wakil Ketua DPD RI: Capaian 50% Penerima Manfaat MBG Harus Menstimulasi Kemandirian Pangan Daerah
-
Bukan Cuma Kapal, Ini Daftar Armada Basarnas yang 'Terparkir' Akibat Anggaran Dipangkas Rp409 M
-
Detik-detik Mencekam Ledakan Bom di SMA 72 Jakarta Terungkap, Pelaku Terlihat Tenang Saat Eksekusi
-
Jadi Tersangka Kasus Ijazah Jokowi, Roy Suryo Tuntut Keadilan dan Singgung Nama Silfester Matutina
-
Jadi Pembicara Kunci di COP30 Brasil, Sultan Baktiar Najamudin Tawarkan Gagasan Green Democracy
-
TOURISE 2025 Dibuka di Riyadh: Menteri Pariwisata Arab Saudi Bicara Inovasi dan Kolaborasi
-
AI Bigbox Permudah Fintech Verifikasi Identitas Pelanggan Lewat Solusi eKYC Canggih dan Aman
-
Wamenag Muhammad Syafi'i Soroti Kasus Gus Elham Yahya Cium Anak Kecil: Harus Dihentikan!