Suara.com - Institut Seni Indonesia Surakarta kehilangan maestro dan seniman produktif berdedikasi tinggi Rahayu Supanggah.
Maestro seni karawitan meninggal dunia pada usia 71 tahun di Rumah Sakit Brayat Minulya Surakarta, Selasa (10/11/2020), bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
"ISI Surakarta sungguh sangat kehilangan dan berduka atas berpulangnya pemimpin, bapak, guru, dosen, dan panutan kami, Prof. Dr. Rahayu Supanggah, S. Kar," kata Rektor ISI Surakarta Guntur saat bertakziah ke rumah duka di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.
"Beliau meninggalkan semua bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 2020. Beliau semoga dimasukkan ke dalam golongan pahlawan, golongan syahid, dan meninggal dengan husnul khotimah," katanya.
Guntur mengatakan Rahayu ikut berkontribusi pada kemajuan ISI Surakarta.
"Beliau utuh mendedikasikan ilmu dan kesenian kepada bangsa dan negara, kepada murid, mahasiswa, kolega, dan pelaku seni," katanya.
Dia mengatakan bahwa Rahayu adalah tokoh seni karawitan dan etnomusikologi yang karya-karyanya sudah mendapat penghargaan di tingkat nasional dan internasional.
Rahayu juga ikut menginisiasi dan memperjuangkan pengakuan gamelan sebagai warisan budaya tak benda dunia.
"ISI Surakarta sungguh kehilangan tokoh atau figur kreator, inspirator, dinamisator, tokoh nasional, dan internasional," kata Guntur, yang mengenang Rahayu sebagai sosok yang sederhana dan bersahaja.
Baca Juga: Maestro Karawitan Rahayu Supanggah Meninggal Dunia di Solo
"Kepada keluarga yang ditinggalkan, Ibu Sundari dan anak-anak tercinta bersama keluarga diberi kesabaran dan ketabahan dalam menjalani musibah ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kesehatan dan memberi kemudahan bagi Ibu Sundari beserta keluarga, amin," ia menambahkan.
Rahayu lahir dalam keluarga seniman dalang di Kabupaten Boyolali pada 29 Agustus 1949. Dia meninggal dunia di Rumah Sakit Brayat Minulya Surakarta pada Selasa pukul 02.45 WIB.
Gandang Warah, putra kedua Rahayu, mengatakan jenazah ayahnya akan dimakamkan di Astana Loyo Benowo.
Gandang mengenang ayahnya sebagai guru dan pembimbing dalam seni dan kehidupan.
"Cara pola berfikir, berorganisasi, dan bagaimana hubungan dengan manusia, saya banyak belajar dari almarhum," kata Gandang. [Antara]
Tag
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Mendagri Bersama Menteri PKP Resmikan Pembangunan Hunian Tetap Korban Bencana di Tapanuli Tengah
-
Percepat Pemulihan Pascabencana, Mendagri Instruksikan Pendataan Hunian Rusak di Tapanuli Utara
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh