Sakellaraki mengatakan bahwa secara historis "keluarga membayar para perempuan tersebut untuk melakukan proses ini karena itu sangat penting - itu adalah jenis perpisahan kolektif yang penting terhadap almarhum."
Ritual seputar kehilangan dan kesedihan adalah bagian penting dalam proses berkabung. Tetapi di tengah pandemi, pembatasan dan jarak sosial menjadi tantangan tersendiri untuk melakukan prosesi pemakaman.
Namun baik dengan adanya pandemi atau bukan, tradisi moirologi di Semenanjung Mani kian memudar.
Banyak perempuan yang difoto oleh Sakellaraki telah nyaris berusia 100 tahun. Perempuan dari generasi yang lebih muda tampaknya tidak tertarik untuk menggantikan mereka.
Pelayat profesional di seluruh dunia Asal mula moirologi bisa ditelusuri dari adanya paduan suara dalam tragedi Yunani kuno, ketika penyanyi utama mulai berkabung dan paduan suara akan bergabung dengannya.
Selama berabad-abad, profesi tersebut menjadi eksklusif dijalani oleh perempuan. Bukti profesi penyanyi pemakaman juga dapat ditemukan di era Mesir Kuno, di mana dua perempuan yang berperan sebagai dewi Isis dan Nephtys membantu mempersiapkan orang yang baru saja meninggal.
Pelayat ataupun penyanyi duka profesional juga masih dapat ditemui di berbagai belahan dunia. Pekerjaan mereka bervariasi, tergantung pada konteks budaya setempat. Mereka pada dasarnya adalah pendongeng yang merangkai potongan-potongan kisah dari jalinan kehidupan seseorang.
Di Jerman, ada pembicara profesional dalam prosesi pemakaman yang disebut Trauerredner. Mereka dipekerjakan untuk membaca eulogi di pemakaman, meskipun tidak mengenal almarhum secara pribadi.
Di beberapa bagian Afrika, pelayat profesional dibayar untuk meneteskan air mata. Novel yang terbit pada tahun 1995 berjudul Ways of Dying oleh penulis Afrika Selatan, Zakes Mda, menceritakan kisah Toloki, seorang pelayat profesional yang melakukan perjalanan melewati kota-kota kumuh di Afrika Selatan setelah keruntuhan rezim apartheid.
Baca Juga: Yunani Sahkan UU Kekerasan terhadap Hewan, Penjara hingga 10 Tahun
Di India, tepatnya di Rajasthan ada tradisi yang lebih eksploitatif, di mana perempuan dari kasta yang lebih rendah bekerja sebagai pelayat profesional untuk pria kaya.
Mereka mengungkapkan kesedihan yang secara sosial tidak dapat diterima apabila ditampilkan oleh anggota keluarga dari kasta pria itu.
Menangislah, tidak apa-apa
Cina punya sejarah panjang tentang pelayat profesional, yakni sejak Dinasti Han. Profesi ini telah mengalami kebangkitan dalam beberapa tahun terakhir, tetapi pernah dilarang selama masa revolusi kebudayaan.
Saat ini, para pelayat profesional di Cina dapat juga bertindak ekstrem dengan melakukan penghormatan secara emosional kepada almarhum, diikuti dengan pertunjukan teatrikal.
Terkadang mereka juga melakukan tari perut untuk meringankan suasana. Nuansa teatrikal sebagai sarana untuk melepaskan emosi juga hadir dalam tradisi pemakaman di Yunani.
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Asmara Berujung Maut di Cilincing: Pemuda Tewas Dihabisi Rekan Sendiri, Kamar Kos Banjir Darah!
-
Video Gibran Tak Suka Baca Buku Viral Lagi, Netizen Bandingkan dengan Bung Hatta
-
KPK Ungkap Kasus Korupsi Kuota Haji, Libatkan Hampir 400 Biro Perjalanan
-
Nabire Diguncang Gempa Berkali-kali, Jaringan Internet Langsung Alami Gangguan
-
KPK Sita Uang Hingga Mobil dan Tanah dari Dirut BPR Jepara Artha dalam Kasus Kredit Fiktif
-
Terungkap! Modus Oknum Kemenag Peras Ustaz Khalid Basalamah dalam Kasus Kuota Haji
-
PWNU DKI Ingatkan soal Transformasi PAM Jaya: Jangan Sampai Air Bersih Jadi Barang Dagangan
-
Satgas PKH Tertibkan Tambang Ilegal di Maluku Utara: 100 Hektar Hutan Disegel, Denda Menanti!
-
Diungkap KPK, Ustaz Khalid Basalamah Beralih dari Haji Furoda ke Khusus Gegara Dihasut Oknum Kemenag
-
KPK Ungkap Modus 'Pecah Kuota' Biro Haji: Sengaja Ciptakan Kelangkaan Demi Harga Mahal