Suara.com - Hari Raya Galungan yang tahun ini jatuh pada Rabu (14/4/2021), merupakan momen di mana umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isinya. Unutk lebih jelasnya, simak penjelasan mengenai makna, tradisi, hingga perbedaan Hari Raya Galungan dengan Kuningan.
Perayaan Galungan dimaksudkan agar seluruh umat Hindu mampu membedakan dorongan hidup antara adharma dan budhi atma (dharma:kebenaran) di dalam diri manusia. Kemudian kebahagiaan dapat diraih tatkala memiliki kemampuan untuk menguasai kebenaran.
Galungan sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya menang. Selain itu, kata Galungan juga memiliki makna yang serupa dengan Dungulan yang berarti menang. Galungan memberikan sebuah pemahaman bahwa niat dan usaha yang baik selalu akan menang, jika dibandingkan dengan niat dan usaha yang buruk.
Sementata itu, jika dlihat dari sisi upacara, Galungan adalah sebagai momen umat Hindu untuk mengingatkan baik secara spiritual maupun ritual agar selalu melawan adharma dan menegakkan dharma.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa inti dari Galungan adalah menyatukan kekuatan rohani agar umat Hindu mendapat pendirian serta pikiran yang terang, yang merupakan wujud dharma dalam diri manusia.
Dalam perayaan Galungan ini, masyarakat Hindu Bali akan melakukan berbagai aktivitas yang spesial dan dilakukan secara khusus. Dimulai dengan persembahyangan di rumah masing-masing, kemudian ke pura keluarga lebih besar seperti Pemerajan Agung, Dadia, Pura Ibu, Panti, Pura Banjar dan ke Kahyangan Tiga atau Pelinggih-pelinggih di tempat usaha.
Kemudian, masyarakat Bali yang merayakan Galungan juga akan mengenakan pakaian adat yang didominasi dengan warna putih sambil membawa sesaji di atas kepala mereka. Bagi umat Hindu yang memiliki anggota keluarga yang berstatus mapendem atau sudah meninggal atau biasa disebut masyarakat Bali dengan Makingsan di Pertiwi, maka mereka harus membawakan benten ke pemakaman.
Perayaan Galungan juga dibarengi dengan upacara keagamaan lainnya, mulai dari Hari Tumpek Wariga (Pengatag) yang dilaksanakan 25 hari sebelum perayaan hari Galungan. Lalu, Kliwon Wuku Wariga, di mana seluruh umat Hindu melakukan persembahan kepada Sang Hyang Sangkara, yang merupakan manifestasi Tuhan sebagai dewa Kemakmuran dan Keselamatan untuk tumbuh-tumbuhan.
Baca Juga: Kapan Hari Raya Galungan Diperingati? Di Jawa Timur Mulai Abad ke-11
Ciri khas Hari Raya Tumpek Pengatag yaitu dengan menghaturkan persembahan berupa bubur (bubuh) beraneka warna, seperti bubur warna putih, kuning, merah, dan hijau.
Rangkaian upacara berikutnya dinamakan Sugihan Jawa, yang dilaksanakan enam hari sebelum Galungan. Kemudian lima hari sebelum Galungan akan digelar upacara Sugihan Bali yang memiliki makna membersihkan diri manusia baik jiwa dan raga.
Tiga hari sebelum Galungan, diadakan Pahing wuku Dungulan atau dikenal juga sebagai Hari Penyekeban. Dua hari sebelumnya, ada upacara Penyajaan, di mana umat Hindu harus benar-benar memantapkan diri dalam pelaksanaan upacara.
Kemudian, tepat sehari sebelum Galungan dikenal dengan Penampahan Galungan. Dalam prosesi ini, umat Hindu menyembelih babi sebagai simbolis membunuh nafsu binatang yang berada dalam diri manusia, dan juga digunakan sebagai perlengkapan upacara keagamaan.
Perbedaan Hari Raya Galungan dan Kuningan
Hari Raya Galungan dan Kuningan 2021 diperingati pada hari Rabu (14/4/2021) dan Sabtu (24/4/2021). Galungan dan Kuningan dirayakan sebanyak dua kali dalam setahun kalender Masehi, di mana jarak antara Galungan dan Kuningan adalah 10 hari.
Perhitungan perayaan Galungan dan Kuningan tersebut berdasarkan kalender Bali. Galungan dirayakan setiap hari Rabu pada wuku Dungulan, sementara Kuningan setiap hari Sabtu pada wuku Kuningan.
Itulah penjelasan mengenai makna dan tradisi Hari Raya Galungan, serta perbedaannya dengan Hari Raya Kuningan. Semoga bermanfaat.
Kontributor : Rishna Maulina Pratama
Berita Terkait
Terpopuler
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
-
4 Rekomendasi HP Tecno Rp 2 Jutaan, Baterai Awet Pilihan Terbaik September 2025
-
Turun Tipis, Harga Emas Antam Hari Ini Dipatok Rp 2.093.000 per Gram
Terkini
-
75 Persen Bansos Triwulan III Sudah Tersalur, Mensos Akui Masih Ada Bantuan Nyangkut!
-
YLBHI Ingatkan Prabowo: Calon Kapolri Baru Harus Jaga Independensi, Bukan Alat Politik atau Bisnis!
-
KPK Akui Periksa Ustaz Khalid Basalamah dalam Kasus Haji Soal Uhud Tour Miliknya
-
'Jangan Selipkan Kepentingan Partai!' YLBHI Wanti-wanti DPR di Seleksi Hakim Agung
-
Tak Tunggu Laporan Resmi; Polisi 'Jemput Bola', Buka Hotline Cari 3 Mahasiswa yang Hilang
-
Skandal Korupsi Kemenaker Melebar, KPK Buka Peluang Periksa Menaker Yassierli
-
Siapa Lelaki Misterius yang Fotonya Ada di Ruang Kerja Prabowo?
-
Dari Molotov Sampai Dispenser Jarahan, Jadi Barang Bukti Polisi Tangkap 16 Perusuh Demo Jakarta
-
BBM di SPBU Swasta Langka, Menteri Bahlil: Kolaborasi Saja dengan Pertamina
-
Polisi Tetapkan 16 Perusak di Demo Jakarta Jadi Tersangka, Polda Metro: Ada Anak di Bawah Umur