“Orang masuk nyelametin diri, yo kita ikut masuk juga,” kata Sekolah, suami Mekimbai, saat ditemui di dalam Taman Nasional Bukit Duabelas, 7 Mei 2021.
Sejak Minggu awal Mei lalu, tiga hari berturut-turut warga Bukit Suban menggali liang kubur dekat pemukiman Orang Rimba Punti Kayu. Inilah yang membuat Orang Rimba semakin yakin jika perempuan tua yang meninggal di pasar itu terpapar Covid-19.
“Kata orang penyakit corona itu seperti kito numbang kayu kena ke manusia, 4 sampai 5 orang sekali rubuh. Jadi prasangka kito itu karena corona, kalau penyakit gelabah itu paling satu minggu satu orang, ini tidak, sehari tiga orang mati,” kata Prabung.
Agus Supriyadi, Kepala Dusun Bukit Suban mengaku kaget. Siapa yang menyebar kabar ada corona di kampung hingga jadi gaduh? Ia memastikan tiga warganya itu meninggal lantaran sakit tua. “Bukan itu, meninggal karena sakit sudah tua, bukan corona,” katanya.
Tiga hari warga Bukit Suban meninggal berturut-turut. Dimulai Minggu pagi mbah Tugiem 70 tahun meninggal, Seninnya, Wariem 60 tahun, Selasa giliran Supi 50 tahun. “Itu sakit-sakitan sudah lama, meninggalnya juga di rumah semua, bukan di pasar, salah itu kabar meninggal di pasar,” ujar Agus.
Selama sepekan lebih Orang Rimba tidak keluar hutan. Mereka besesandingon dengan ketat. Ini dilakukan sejak ratusan tahun lalu ketika Orang Rimba menghadapi gelabah (wabah penyakit). Mereka juga melarang orang asing datang mendekat.
“Orang Rimba melihat orang luar itu berbeda. Jadi mereka harus berhati-hati,” kata Adi Prasetijo, antropolog Universitas Diponegoro, Semarang. Prasetijo mempelajari hidup Orang Rimba selama 15 tahun.
Dia bilang, jauh sebelum pandemi ada persumpahan antara Orang Rimba dengan Orang Terang seperti orang Melayu dan masyarakat yang tinggal di luar hutan. Orang Rimba akan hidup di hutan sementara Orang Terang hidup di desa. Orang Rimba percaya jika semua yang datang dari hilir di mana orang Melayu tinggal dianggap membawa keburukan atau bencana sehingga harus dihindari.
Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini, semakin menguatkan keyakinan Orang Rimba bahwa orang luar adalah sumber masalah, seperti apa yang diyakini nenek moyangnya ratusan tahun lalu.
Baca Juga: Menempuh Jalan Pikukuh, Cara Warga Adat Baduy Bebas dari Covid-19
Adat Rimba Menangkal Penyakit
Virus Covid-19 yang cepat merebak belum ada penangkalnya. Karena itu praktis adat besesandingon jadi andalan Orang Rimba. Itu jadi satu-satu jalan agar mereka bisa terbebas dari Covid-19. Adat besesandingon ini pun terbukti efektif, sampai hari ini di provinsi Jambi, belum ada satu pun penularan Covid-19 pada Orang Rimba.
Di Kabupaten Sarolangun misalnya, tempat rombong Tumenggung Grip dan beberapa rombong lainnya bermukim, sampai dengan 6 Mei 2021, kasus positif Covid-19 di Sarolangun mencapai 221 kasus, 211 diantaranya telah dinyatakan sembuh dan 10 orang masih lakukan isolasi mandiri. Dari jumlah itu, tak satu pun Orang Rimba yang jadi korban.
Selama pandemi Orang Rimba menerapkan aturan adat dengan ketat. Mereka yang sehat (bungaron) harus menjaga jarak dari anggota kelompoknya yang sakit (cenenggo) agar tidak tertular. Mereka berkomunikasi dengan jarak jauh tanpa harus melihat satu sama lain. Anggota keluarga yang sakit tetap dirawat namun dengan jarak aman 10-15 meter atau disebut sebagai besesulangon.
“Kalau ada gelabah cepat besesandingon, tapi kalau kita terbit (kumpul) itu cepat kenanya, paling lama satu minggu. Kalau kita besesandingon itu tidak,’’ kata Prabung.
Tarib, Orang Rimba dari kelompok Tumenggung Grip bilang, Orang Rimba yang bekerja di desa juga harus dikarantina selama seminggu sebelum kembali ke hutan.
Berita Terkait
-
Menempuh Jalan Pikukuh, Cara Warga Adat Baduy Bebas dari Covid-19
-
Besesanding Besesandingon, Tradisi Jaga Jarak Orang Rimba Tangkal Penyakit
-
Insiden Penembakan 5 Orang Rimba Jambi Tuai Kecaman
-
Penembakan 5 Orang Rimba Jambi Berakhir Denda Puluhan Juta
-
Silaturahmi Berujung Rusuh Orang Rimba di Markas Polisi
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- Patrick Kluivert Dipecat, 4 Pelatih Cocok Jadi Pengganti Jika Itu Terjadi
Pilihan
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
-
Bikin Geger! Gunung Lawu Dilelang jadi Proyek Geothermal, ESDM: Sudah Kami Keluarkan!
-
Uang MBG Rp100 T Belum Cair, Tapi Sudah Dibalikin!, Menkeu Purbaya Bingung
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Kamera Terbaik Oktober 2025
-
Keuangan Mees Hilgers Boncos Akibat Absen di FC Twente dan Timnas Indonesia
Terkini
-
Dituduh Lecehkan Pesantren, KPI Hentikan Paksa Program "Xpose Uncensored" Trans7
-
Cak Imin Ikut Geram, Sebut Trans7 Sinis dan Kambinghitamkan Pesantren Lirboyo: Kita Protes!
-
Daftar 5 Tuntutan Alumni Lirboyo ke Trans7 Buntut Tayangan 'Xpose': Minta Maaf Tak Cukup!
-
Drama Kepsek Tampar Siswa Merokok Berakhir, Pelajar SMAN 1 Cimarga Akhirnya Kembali Sekolah
-
Aksi Unik di Demo Tolak MBG: Bagi-Bagi Makanan ke Pejalan Kaki Hingga Wartawan
-
Viral! Habib Palsu di Bogor Peras Sarung Santri, Endingnya Malah Dibawa Pulang Keluarga
-
Bawa 5 Tuntutan saat Aksi Besok, SPI: Tanpa Reforma Agraria, Penghapusan Kemiskinan Hanyalah Mimpi
-
Kader PKB Turun Gunung Geruduk Trans7, Murka Imbas Tayangan Xpose Uncensored: Ini Panggilan Nurani
-
Kapal Tanker MT Federal II Kembali Terbakar di Batam, 10 Pekerja Tewas
-
Surya Paloh Mendadak Temui Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, Ada Apa?