Suara.com - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali mengatakan, pemain tim nasional (Timnas) sepak bola harus dipersiapkan dan dilakukan pembinaan sejak usia dini untuk mendapatkan pemain-pemain yang berprestasi di tingkat internasional atau bahkan lolos di Piala Dunia.
“Kita harus melihat bahwa sepak bola kita ini, kita harus persiapkan jangka panjang karena tidak ada prestasi yang ujug-ujug (tiba-tiba) atau by accident dan harus by design,” kata Amali saat menjadi narasumber secara virtual dalam acara Meet The VVIP JAK TV, Rabu (23/6/2021) petang.
Menurut Amali, pemerintah dan stakeholder olahraga sepakbola harus mendesain anak-anak sejak usia 9 tahun dan dikumpulkan di pusat pelatihan nasional (Pelatnas). Barulah kemudian mereka dipersiapkan untuk berprestasi di tingkat internasional dalam waktu 10 tahun kedepan.
“Saya kira tidak mungkin kita bisa menghasilkan prestasi yang maksimal, yang ada harus kita persiapkan dari usia dini. Kemudian atlet, talenta, kemudian junior baru kemudian dia ke elit tim nasional,” ucapnya.
Amali optimistis, pola pembinaan pemain sepak bola kedepan akan lebih baik dengan mempersiapkan atlet-atlet dari usia dini karena saat ini sudah ada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo.
“Sekarang Presiden sudah mengeluarkan Inpres nomor 3 tahun 2019 tentang percepatan pembangunan sepakbola nasional, ini kita jadikan sebagai dasar, pijakan, pondasi kita untuk berjalan. Sehingga terstruktur pembinaan kita. Jadi saya berharap kira-kira 10 tahun kedepan kita punya satu tim nasional yang bagus, yang cukup kuat, tangguh asal kita konsisten,” terangnya
Hal ini disampaikan Amali sebagai catatan atas penampilan tim nasional sepak bola Indonesia yang tidak memetik kemenangan sekalipun dalam kualifikasi Piala Dunia 2022 saat menghadapi tiga lawan yakni Thailand, Vietnam dan Uni Emirat Arab.
Namun demikian, Amali mengakui skuad tim yang diturunkan tim nasional Indonesia mayoritas pemain junior yang usianya dibawah 23 tahun. Hal itu dilakukan karena pihaknya dan stakeholder sepak bola nasional menyadari bahwa Indonesia tidak akan mungkin lolos ke Piala Dunia karena sudah tidak punya peluang. Terlebih Negara yang lawan Indonesia adalah tim-tim yang kuat dan pembinaannya pemainnya sudah sejak usia dini.
“Sejak berangkat itu kita tahu bahwa kita sudah tidak mungkin lolos karena negara-negara yang kita hadapi antara negara-negara yang masih punya peluang untuk lolos ke Piala Dunia,” katanya
Baca Juga: Lolos dengan Gaya, Timnas Spanyol Berapi-api Tatap 16 Besar Euro 2020
Dengan demikian, dipertimbangkan kombinasi antara pemain senior dengan beberapa pemain dan mayoritas pemain junior yang usia dibawah 23 tahun. Hal itu dilakukan agar tim yang dikrim tersebut sekaligus dipersiapkan untuk ajang SEA Games 2021 yang rencanannya bergulir November nanti di Vietnam.
“Yang kita hadapi adalah tim senior negara itu, pengalaman bertandinya sudah jauh lebih banyak dan mereka sudah pernah merasakan bagaimana bertanding di level internasional. Karena atmosfernya berbeda antara berkompetisi dalam negeri dengan di luar negeri,” ujarnya.
Dari pertandingan-pertandingan tim nasional Indonesia di kulifikasi Piala Dunia 2022 tersebut, Amali mengaku melihat ada banyak hal yang harus dibenahi. Meskipun para pemain sudah dilatih pelatih Shin Tae Yong yang berkualifikasi internasional dan pernah membawa timnas negaranya ke Piala Dunia. Namun yang juga harus diperhatikan adalah materi, kulitas dan mental para pemain.
“Nah ini yang harus menjadi pekerjaan rumah bagi pelatih dan kita semua,” jelas Amali.
Bila pola pembinaan dilakukan sejak usia dini dilakukan dengan baik dan berkesinambungan, Amali optimistis suatu saat tim nasional Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia.
“Saya optimis asal kita membinanya secara terstruktur, konsisten dan berkesinambungan. Tapi kalau angin-anginan ya seperti sekarang hasilnya,” pungkasnya.
Berita Terkait
-
Timnas Inggris, Tim Puncak Klasemen Grup Paling Tidak Produktif di Euro 2020
-
Zlatko Dalic: Kroasia Tak Gentar Tim Manapun di 16 Besar Euro 2020
-
Melaju ke 16 besar Euro 2020, Southgate Yakin Keran Gol Inggris akan Segera Mengalir
-
Siap Gantikan Thomas Mueller, Leon Goretzka: Turnamen untukku Bisa Dimulai Sekarang
-
Menpora Amali Terima Kunjungan Dubes Bosnia, Ini Poin-poin Penting yang Dibahas
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
-
Dana Korupsi Rp13 T Dialokasikan untuk Beasiswa, Purbaya: Disalurkan Tahun Depan
Terkini
-
Anak Buah Nadiem Ikut Kembalikan Uang Korupsi Laptop Rp10 Miliar, Kejagung: Bukan Cuma dari Vendor
-
Istri di Kebon Jeruk Tega Potong Alat Vital Suami Hingga Tewas: Cemburu Buta Jadi Pemicu
-
Bongkar Kelamnya Budaya Riset Dosen, Mendiktisaintek: Yang Meneliti Cuma 30 Persen, Itu-itu Saja
-
Rekonstruksi Pembunuhan Bos Elpiji: Dendam Utang Jadi Adegan Berdarah di Kebon Jeruk!
-
Baru Sebulan Lebih Jabat Menkeu, Purbaya Dianggap Berkinerja Baik, Apa Rahasianya?
-
Donald Trump: Bertemu Xi Jinping Akan Menghasilkan Kesepakatan Fantastis!
-
Menteri Pigai Usulkan Aturan Jadikan Indonesia Negara Pertama yang Anggap Korupsi Pelanggaran HAM
-
Anggaran Riset Dosen Naik Rp3 Triliun! Tapi Ada 'Titipan' Prabowo, Apa Itu?
-
Ketua Partai Hijau Murka 11 Warga Penolak Tambang Divonis Bersalah: Muak dengan Peradilan Negeri Ini
-
Masuk Daftar Menteri Berkinerja Buruk, Natalius Pigai Sebut Lembaga Survei Tak Kredibel