Suara.com - Seorang bayi laki-laki bernama John Ghanem meninggal satu jam setelah dilahirkan pada bulan Juli 2006 di rumah sakit di Australia. Lima tahun berlalu, penyelidikan atas kematian Ghanem masih berlanjut.
Menyadur Vice, Rabu (14/7/2021), Ghanem dilahirkan melalui operasi caesar dan kondisinya disebut lemah sehingga butuh oksigen tambahan yang dipasang ke dinding paru-parunya.
Kondisinya tak membaik sehingga dokter menggandakan 50 persen oksigen yang sudah terpasang di tubuh mungil itu. Sayang, John Ghanem hanya bertahan hidup satu jam.
Penyelidikan mingggu ini kembali dibuka dan fakta baru tentang kematiannya mulai terungkap. Pipa yang seharusnya mengalirkan oksigen ternyata terkontaminasi nitrous oxide atau yang biasa disebut gas tertawa.
Dua minggu sebelum kelahiran Ghanem, seorang bayi perempuan bernama Amelia Khan juga mengalami hal tak terduga setelah mendapat tindakan medis yang sama seperti Ghanem.
Khan yang baru lahir dipindahkan ke sirkuit mesin anestesi yang terhubung ke tabung gas 'oksigen' untuk menyelamatkan hidupnya. Namun gadis itu justru mengalami kerusakan otak parah dan permanen.
Manajer kebidanan yang memiliki firasat buruk pada tabung gas menyelidiki hal ini setelah mempelajari kasus serupa di mana dua bocah meninggal setelah keliru diberikan gas tertawa dalam tindakan medis.
Saksi dan insinyur Stuart Clifton, yang menyelidiki insiden ini mengatakan pada pengadilan pada hari Selasa bahwa tes identifikasi gas membutuhkan waktu 90 detik untuk diselesaikan.
Departemen teknik kemudian menguji outlet gas dan kontraktor yang bekerja pada instalasi pipa gas tahun 2015 dihukum dan didenda USD 100.000 setelah mengaku bersalah karena tak mematuhi protokol keselamatan.
Baca Juga: Ya Tuhan! Bayi Baru Lahir Meninggal Dunia karena Covid-19
Kelalaiannya menyebabkan Khan dan Ghanem mengalami cedera serius dan kematian.
Hakim Pengadilan Distrik New South Wales, David Russell, mengatakan jika saat itu kontraktor melakukan tes dengan benar dan memenuhi syarat untuk mendeteksi risiko sambungan silang, dua tragedi ini tidak mungkin terjadi.
Hakim juga mengatakan kerugian yang mungkin terjadi terlalu mengerikan untuk dipikirkan. "Selama 43 tahun bertugas sebagai pengacara dan kemudian hakim, saya tidak dapat memikirkan kasus yang lebih tragis."
Berita Terkait
Terpopuler
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- 25 Kode Redeem FC Mobile 18 Oktober 2025: Klaim Pemain OVR 113, Gems, dan Koin Gratis!
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
Sidang Korupsi Tata Kelola Minyak Mentah Pertamina Hadirkan Dua Eks Direktur sebagai Saksi
-
IHSG Tembus Rekor 8.000, Presiden Prabowo: Ini di Luar Dugaan
-
BEM SI: Banyak Program Pemerintah yang Ditulis Bagus, Tapi dalam Realisasinya Kacau
-
Komisaris Utama Transjakarta Ungkap Langkah Internal Usai Orasi Muhammad Ainul Yakin Viral
-
Prabowo Alihkan Dana Korupsi Rp 13,2 T untuk Beasiswa LPDP dan 'Berburu' Anak Jenius
-
Amnesty: HAM Alami Kemunduran Serius di Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran
-
Koalisi Sipil soal Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Militeristik dan Gagal Sejahterakan Rakyat
-
KPK Terbuka Analisis Data Dugaan Mark Up Kereta Cepat Whoosh dari Mahfud MD
-
Setahun Prabowo-Gibran: Mahasiswa UI Geruduk Patung Kuda, Ini 8 Tuntutan 'Asta Cita Rakyat'
-
Satu Tahun Prabowo-Gibran, JPPI Rilis Rapor Merah Sektor Pendidikan