"Kami ingin mendapatkan penjelasan lengkap mengenai rencana pasukan asing keluar (dari Afghanistan)," kata jubir tersebut kepada kantor berita Reuters.
Visa untuk mantan satpam Kedubes Australia
Sementara itu, pemerintah Australia telah menolak visa sekelompok mantan petugas keamanan (satpam) yang berjumlah lebih dari 100 orang, dan menyarankan mereka untuk "menghubungi agen imigrasi".
Sebuah surat elektronik yang dilihat oleh ABC telah dikirimkan ke para satpam ini pada Jumat pekan lalu, menyebutkan bahwa mereka "tidak memenuhi syarat sertifikasi" untuk mendapatkan skema visa baru bernama At Risk Afghan Employees Visa Scheme.
Menurut informasi yang diperoleh ABC, salah satu alasan penolakannya adalah karena jenis visa ini didesain khusus untuk warga Afghan yang dipekerjakan langsung oleh Kedubes, bukan yang berstatus kontraktor.
Ratusan warga Afghan bekerja pada perusahaan pengamanan yang mendapatkan kontrak untuk menjaga Kedubes Australia selama bertahun-tahun.
Semua satpam yang menerima penghasilan kurang dari A$30 (sekitar Rp300) sehari tersebut sebenarnya telah melewati proses pengecekan keamanan.
Beberapa bulan sebelum penarikan pasukan asing dari Afghanistan, para satpam ini telah diberhentikan sebagai bagian dari pengurangan tenaga kerja di kedutaan.
Pemerintah Inggris juga dilaporkan telah menolak memberikan visa kepada mantan satpam yang menjaga kedutaan mereka di Kabul.
Baca Juga: Ke Mana Warga Afganistan Mengungsi Setelah Taliban Berkuasa?
Mereka pada umumnya berasal dari perusahaan pengamanan yang sama dengan yang mendapatkan kontrak untuk menjaga Kedutaan Australia.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyebutkan pihaknya sangat berhati-hati terkait dengan para mantan pekerja yang membantu Kedubes di sana.
"Banyak sekali orang yang pernah bekerja untuk kami, orang yang bekerja lima atau enam tahun lalu, dan apa yang telah mereka lalui setelah itu tidak kami ketahui," katanya kepada ABC.
"Kami menerapkan pendekatan yang berhati-hati. Itu yang kami lakukan," ujar PM Morrison.
Keluarga seorang penerjemah yang pernah membantu tentara Australia telah dievakuasi oleh Angkatan Udara Amerika Serikat, setelah mereka kesulitan mengajukan visa ke Australia.
Penerjemah bernama Nasir membantu tentara Australia yang bertugas di pangkalan Tarin Kot antara tahun 2009 dan 2013 dan kini telah menetap di Australia. Tapi keluarganya masih berada di Afghanistan.
Berita Terkait
-
Ke Mana Warga Afganistan Mengungsi Setelah Taliban Berkuasa?
-
Surat Siswi Sekolah Afganistan: Betapa Beruntungnya Kalian di Luar Sana....
-
Bocor! AS Batal Evakuasi Pengungsi Afganistan ke Korsel dan Jepang
-
Bukan Indonesia Maupun Tuan Rumah, Ini Atlet Peraih Emas Pertama Paralimpiade Tokyo 2020
-
Gelombang Penungsi Afganistan Dikhawatirkan Picu Reaksi Populis Kanan
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu