Suara.com - Sudah sepekan kelompok fundamentalis Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan. Banyak warga negeri itu kabur keluar negeri, karena takut terhadap kekejaman milisi.
Di sini, seorang perempuan muda, murid sekolah, berbagi ketakutan akan masa depannya. BBC tak mengungkap identitasnya atas alasan keamanan.
Berikut curahan kegelisahan perempuan muda Afganistan tersebut:
"Ini adalah hari ketujuh sejak negara ini ambruk, presiden melarikan diri, dan Taliban, sekali lagi, berkuasa.
Kami dilupakan...
Ketakutan merayapi seluruh tubuh saya, dan seiring hari berlalu, saya merasakan bagaimana harapan sedikit demi sedikit memudar… digantikan dengan rasa frustasi. Saya hanya bisa melihat kegelapan, ketidakpastian, dan masa depan yang tak terlalu cerah.
Saya pasti akan terbunuh. Saya punya semua alasan untuk dibunuh…
Seperti ini rasanya ketika orang-orang yang kau takuti menguasai negaramu.
Bayangkan berada di sebuah jalan yang panjang, tanpa ujung, dengan cuaca berkabut; sendirian.
Baca Juga: Bocor! AS Batal Evakuasi Pengungsi Afganistan ke Korsel dan Jepang
Saya telah menyaksikan begitu banyak kekerasan dalam hidup, beberapa di antaranya tak akan tertahankan bagi perempuan-perempuan muda lain. Saya bisa mengatasi semuanya, tapi ini…
Wahai dunia, apakah Anda peduli dengan apa yang terjadi di sini? Apakah kami penting untuk Anda? Apakah Anda melihat kami? Benarkah?
Kepada siapa pun yang mendengarkan, siapa pun yang peduli, saya menulis surat ini. Saya mengatakan ini.
Kami menderita di sini, kami dilupakan.
Hidup dalam ketakutan sama saja dengan kematian. Bahkan lebih buruk.
Jika Anda mendengarkan kami, tolong kami. Bantu kami bertahan, dan sekali lagi percaya pada harapan dan bangkit; lebih kuat dari sebelumnya.
Kami menginginkan negara kami kembali. Kami ingin orang-orang kami hidup dengan cara yang mereka inginkan, dengan cara yang pantas mereka terima.
Beritahukan kepada negara-negaramu untuk menghentikan perang — perang itu buruk, kotor, dan tak ada pemenang dalam perang. Hati manusia terlalu kecil untuk menanggung perang, untuk menanggung konsekuensinya.
Kami adalah buah dari perang, hanya perempuan muda yang tenggelam dalam ketidakpastian, ketakutan, keraguan… mencari seseorang untuk membantu kami bertahan. Melihat keluarga kami dan menangis karena tak mampu berbuat apa-apa.
Melihat ke langit dan bertanya kepada-Nya: Apakah Tuhan melihat kami, akankah Engkau menolong kami? Bolehkah saya memiliki harapan, meski hanya sedikit saja!
Wahai dunia, wahai orang-orang yang tinggal di luar sana, betapa beruntungnya Anda! Saya iri pada kehidupan Anda.
Lihatlah kami. Saya dulu memiliki mimpi-mimpi besar, mimpi membantu sesama, dan sekarang saya mencari pertolongan.
Ini adalah perang. Apakah saya akan pernah bisa berkata: Kami telah melewatinya? Kami telah berhasil melaluinya? Bisakah?"
Berita Terkait
-
Bocor! AS Batal Evakuasi Pengungsi Afganistan ke Korsel dan Jepang
-
Gelombang Penungsi Afganistan Dikhawatirkan Picu Reaksi Populis Kanan
-
Poppy Land, Berapa Produksi Opium yang Dikuasai Taliban di Afganistan?
-
Ratu Soraya, Pemimpin Afganistan yang Junjung Tinggi Hak Kaum Perempuan
-
Perempuan Pekerja Afghanistan Diminta Taliban untuk Diam di Rumah
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional