Suara.com - Aktivis dari Greenpeace Indonesia melakukan aksi damai memperingati disahkannya Omnibus Law Undang-Undang tentang Cipta Kerja. Aksi damai yang digelar di depan halaman Gedung DPR/MPR itu turut menghadirkan Monster Oligarki.
Monster Oligarki itu menjadi simbol bahwa segala sendi kehidupan masyarakat sudah dikuasai oleh oligarki berkat hadirnya Omnibus Law Cipta Kerja. Adapun Monster Oligarki itu berbentuk gurita bertanduk dan memiliki lima mata.
Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas memaparkan maksud dari Monster Oligarki yang ditampilkan oleh Greenpeace. Ia berujar bahwa Monster Oligarki telah mengambil seluruh hak-hak masyarakat di Indonesia.
Di mana, kata Arie sistem politik sudah dikuasai oleh oligarki dan partai politik termasuk juga dengan beberapa menteri terhubung dengan praktik-praktik bisnis di sektor sumber daya alam. Adapun tentakel-tentakel dari Monster Oligarki menunjukkan bahwa oligarki mampu meraih semua sistem-sistem demokrasi di Indonesia.
Baca Juga: 50 Tahun Greenpeace: Idealisme Ekologis, Aksi Lingkungan dan Harapan Baru
"Jadi hari ini kami menampilkan Monster Oligarki ini untuk menunjukkan bahwa hampir semua sistem politik hukum termasuk eksploitasi bisnis di sektor-sektor sumber daya alam ini dikuasai oleh elite politik. Segelintir orang yang hanya 1 persen dan dia merampas 99 persen hak-hak masyarakat di Indonesia," kata Arie di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (5/10/2021).
Arie mengatakan aksi damai memperingati satu tahun Omnibus Law Cipta Kerja ini sekaligus menjadi hari kebangkitan oligarki. Karena pengesahan omnibus law dikatakan Arie hanya untuk kepentingan oligarki, yakni dengan membuka seluas-luasnya karpet merah kepada investasi yan berdampak pada hak-hak masyarakat adat, petani, nelayan, buruh termasuk juga akan mempercepat eksploitasi alam yang akan memicu krisi iklim.
"Jadi kita ketahui bahwa Omnibus Law ini telah mereduksi standar-standar lingkungan dan standar-standar sosial. Jadi hari ini juga kami menyerukan kepada masyarakat Indonesia untuk bersatu, persatuan nasional untuk melawan oligarki," kata Arie.
"Dan meminta kepada pemerintah untuk menghentikan pembangunan yang destruktif dan beralih kepada pembangunan yang berkelanjutan sejalan dengan komitmen Paris untuk mempertahankan 1.5 derajat celcius dari untuk suhu global," sambungnya.
Baca Juga: Demo Bareng Ibu-ibu, Sri Bintang: UUD 45 Sudah Dikoyak-koyak Rezim Penguasa
baca juga
-
Pelajar Berhak Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja, Polisi Tak Boleh Larang
-
Terungkap! Ada Anak STM Demo ke Jakarta Menyamar Jadi Tentara, Kok Bisa?
-
Bekuk Puluhan Remaja Telanjang Dada di DPR, Polisi Larang Jurnalis Meliput
Komentar
Berita Terkait
-
Alasan Buruh Ancam Mogok Kerja 3 Hari, Tidak Hanya Tolak Pengesahan RUU P3
-
Semarak May Day Fiesta 2022 di GBK
-
Geruduk DPR Tegaskan Tolak Omnibus Law Ciptaker, Buruh Ancam Mogok Massal Jika Tuntutan Tak Didengar
terpopuler
-
Muak Agama Selalu Dijadikan Tameng, DPR Dukung Kejaksaan Larang Terdakwa Mendadak Pakai Atribut Keagamaan
-
Pasti Dinanti! WhatsApp Siapkan Fitur Baru, Keluar Grup Diam-diam
-
Siapa Lin Che Wei? Relawan Jokowi yang Kini Jadi Tersangka Mafia Minyak Goreng Baru
-
Curhat Pemeran Hantu Film KKN di Desa Penari, Dibayar Rp 75 Ribu hingga Tak Boleh Hapus Make Up 24 Jam
-
Sindir Politisi yang Mendadak Heboh Bela Ustaz Abdul Somad Dideportasi Singapura, Gus Nadir: Nyari Simpati?