Suara.com - Anggota kelompok Bank Sampah Telok Lemak di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur, mengambil langkah penting dengan mendaur ulang masker bekas pakai sekaligus mencegah daerah mereka dicemari sampah masker.
Mereka mampu mengolah limbah masker menjadi produk yang bermanfaat berupa bahan bakar minyak setara jenis premium dan solar.
Di sekitar tempat wisata Bangsring Underwater banyak masker bekas pakai yang ditinggalkan wisatawan.
Anggota kelompok Bank Sampah Telok Lemak mulai berpikir untuk menyulap limbah infeksius itu menjadi sesuatu yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
"Kemudian, kami mencoba mencari tahu dan memanfaatkan itu,” kata anggota Bank Sampah Telok Lema Rukinah dalam laporan Beritajatim.
Berkat keuletan mempelajari apa saja yang bisa dilakukan untuk mengolah masker bekas pakai, mereka berhasil menemukan cara.
Masker-masker yang dibuang wisatawan maupun masyarakat sekitar kemudian dikumpulkan, lalu dipisahkan kawatnya, dibersihkan, dan dijemur.
Selanjutnya limbah masker dimasukkan ke dalam tangki mesing penyuling.
“Jadi usai dikumpulkan, limbah masker direndam dengan deterjen atau sabun atau pemutih selama semalam selanjutnya dijemur sampai kering. Limbah masker harus melalui proses lagi dipotong -potong kecil sebelum dimasukkan ke dalam tungku penyulingan,” kata pengelola wisata Bangsring Underwater Wildan Sukirno.
Baca Juga: Ratusan Petugas TPST Bantargebang Terpapar Covid, Benarkah Limbah Masker Tularkan Virus?
Selama pengerjaan, mereka tetap menerapkan prokes secara ketat untuk mencegah terjadi penyebaran virus.
Proses penyulingan membutuhkan waktu. Setelah limbah masker dimasukkan ke dalam tungku pirolisis, kemudian dilakukan pembakaran.
“Pemanasnya menggunakan api dari gas elpiji. Prosesnya butuh panas hingga 300 sampai 350 derajat Celsius hingga bisa mencair,” kata Sukirno.
Masker bekas pakai seberat 0,62 kilogram dapat menghasilkan seperempat liter bahan bakar minyak setara premium. Artinya, membutuhkan 2,48 kilogram untuk mendapatkan satu liter produk.
Manfaat dari apa yang dilakukan kelompok Bank Sampah Telok Lemak pada tahap awal sudah dapat dirasakan sekarang, meskipun masih dalam skala kecil.
“Hasilnya kami coba manfaatkan untuk operasional kapal angkut kecil di sini, terus kita coba di motor lama itu hasilnya cukup bagus,” kata Sukirno.
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Terungkap di Sidang: Detik-detik Anak Riza Chalid 'Ngotot' Adu Argumen dengan Tim Ahli UI
-
Harga Telur Naik Gara-gara MBG, Mendagri Tito: Artinya Positif
-
Penyelidikan Kasus Whoosh Sudah Hampir Setahun, KPK Klaim Tak Ada Kendala
-
Fraksi NasDem DPR Dukung Gelar Pahlawan untuk Soeharto: Lihat Perannya Dalam Membangun
-
Kemenhaj Resmi Usulkan BPIH 2026 Sebesar Rp 88,4 Juta, Ini Detailnya
-
Emak-Emak Nyaris Adu Jotos di CFD, Iron Man Jadi Penyelamat
-
Pemerintah Usulkan Biaya Haji 2026 Turun Rp 1 Juta per Jemaah Dibanding Tahun Lalu
-
Bicara soal Impeachment, Refly Harun: Pertanyaannya Siapa yang Akan Menggantikan Gibran?
-
SETARA Institute: Pemberian Gelar Pahlawan untuk Soeharto Pengkhianatan Reformasi!
-
Whoosh Disorot! KPK Usut Dugaan Korupsi Kereta Cepat, Mark-Up Biaya Terendus?