Dengan penutupan wilayah udara dan perjalanan kereta api dibatalkan atau habis dipesan, jalan keluar terbaik dari kota Kyiv adalah melalui jalan darat.
Namun, dengan pasukan Rusia yang mendekat dari selatan, utara dan timur, hanya tersisa rute barat untuk menyelamatkan diri, menyebabkan jalan-jalan di rute ini penuh sesak.
Lebih buruk lagi, ada antrean panjang pembelian bahan bakar. Bagi mereka yang akhirnya berhasil mencapai pompa bensin, batas 20 liter diberlakukan.
Selain itu, juga terjadi kelangkaan uang tunai. Setelah serangkaian serangan dunia maya, orang-orang mencoba menarik sebanyak mungkin uang tunai.
Tapi sementara ribuan orang yang memutuskan untuk keluar dari Kyiv menuju ke arah Polandia, ada juga yang memutuskan untuk tetap berlindung dan menunggu.
[map]Masa depan yang tidak pasti
Pagi itu mendung di Kyiv, sehingga sulit untuk melihat pesawat menderu di atas awan.
Wajah-wajah muncul di jendela apartemen, menatap ke langit. Pesawat milik siapa itu? Apakah mereka terbang untuk menyerang atau melindungi?
ABC bertemu satu keluarga di sebuah permukiman di kota itu yang menikmati semacam "perjamuan terakhir" sebelum mereka meninggalkan rumah mereka.
Di atas mangkuk borscht panas, mereka menyaksikan dengan bingung saat berita TV menunjukkan puing-puing yang menyala.
Baca Juga: Konflik Rusia-Ukraina Jadi Tantangan Indonesia Sebagai Ketua G20
Ketika selesai makan, mereka mengumpulkan apa yang bisa mereka bawa dan berkemas pergi dengan mobil.
Mereka menuju rumah orangtua mereka di pedesaan, tidak yakin kapan mereka akan kembali, atau akan seperti apa kota ini saat mereka kembali nanti.
Artikel ini diproduksi oleh Mariah Papadopoulos dari ABC News.
Berita Terkait
-
Kemensos Gelontorkan Rp19 Miliar Atasi Banjir 3 Provinsi Sumatera
-
Truk Seruduk Halte Mambo, Layanan Transjakarta Koridor 10 dan 12 Sempat Dialihkan
-
Foto dengan Jay Idzes, Pemain Keturunan Indonesia: Saya Terbuka di Masa Depan
-
Ayase Ueda Cetak Gol ke-14 di Eredivisie Musim Ini, Feyenoord Pecah Tren Buruk
-
Insiden Shin Tae-yong Tampar Pemain Viral di Sosial Media, Keluarga Tidak Terima
Terpopuler
- 8 Sepatu Skechers Diskon hingga 50% di Sports Station, Mulai Rp300 Ribuan!
- Cek Fakta: Jokowi Resmikan Bandara IMIP Morowali?
- Ramalan Shio Besok 29 November 2025, Siapa yang Paling Hoki di Akhir Pekan?
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Foot Locker
- 3 Rekomendasi Sepatu Lari Hoka Terbaik Diskon 70 Persen di Foot Locker
Pilihan
-
OJK Selidiki Dugaan Mirae Asset Sekuritas Lenyapkan Dana Nasabah Rp71 Miliar
-
Pasaman: Dari Kota Suci ke Zona Rawan Bencana, Apa Kita Sudah Diperingatkan Sejak Lama?
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
-
Penjarahan Beras di Gudang Bulog Sumut, Ini Alasan Mengejutkan dari Pengamat
Terkini
-
Kala Hujan Tak Lagi Jadi Berkah, Mengurai Akar Masalah Banjir Sumatra
-
Misteri Kayu Gelondongan Hanyut saat Banjir Sumatera, Mendagri Tito Siapkan Investigasi
-
Ketua MPR: Bencana Sumatera Harus Jadi Pelajaran bagi Pemangku Kebijakan Soal Lingkungan
-
Ngerinya 'Tabrakan' Siklon Senyar dan Koto, Hujan Satu Bulan Tumpah Sehari di Aceh
-
IDAI Ingatkan: Dalam Situasi Bencana, Kesehatan Fisik hingga Mental Anak Harus Jadi Prioritas
-
Perempuan yang Dorong Petugas hingga Nyaris Tersambar KRL Ternyata ODGJ
-
Saat Pesisir Tergerus, Bagaimana Karbon Biru Bisa Jadi Sumber Pemulihan dan Penghidupan Warga?
-
DPR Desak Status Bencana Nasional: Pemerintah Daerah Lumpuh, Sumatera Butuh Penanganan Total
-
442 Orang Tewas, Pemerintah Masih Enggan Naikkan Status Sumatra Jadi Bencana Nasional
-
KPK Sita Senpi dari Kontraktor Proyek Reog, Terkait Korupsi Bupati Sugiri Sancoko?