Suara.com - Pengibaran bendera LGBT+ di Kedutaan Besar Inggris di Jakarta pekan lalu membuat pemerintah Indonesia kecewa sementara media sosial Kedubes Inggris ditanggapi banyak warganet yang menyatakan penolakannya.
Aktivis LGBT dari SuaraKita, Hartoyo mengatakan, penolakan itu menunjukkan masih "kurangnya pengetahuan terhadap HAM kelompok LGBT+ dan karena faktor kebencian".
Pemerintah Indonesia menyatakan keprihatinan dan kekecewaan atas langkah yang dilakukan oleh Kedutaan Besar Inggris bendera LGBT+ di Kedutaan Inggris, pekan lalu.
Kementerian Luar Negeri RI menyatakan telah memanggil Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Senin (23/05) untuk menyampaikan kekecewaan tersebut.
"Kemlu menilai tindakan tersebut sangat tidak sensitif dan meminta Kedutaan Besar Inggris dan juga semua perwakilan negara sahabat di Indonesia untuk selalu menghargai nilai-nilai agama, sosial, norma budaya dan keyakinan masyarakat Indonesia," tulis Kemlu dalam keterangan persnya.
Baca juga:
- Penghapusan podcast Deddy Corbuzier dianggap 'membenarkan' sentimen dan diskriminasi terhadap LGBTQ
- 'Rahasia gelap' penjara Cooma, yang pernah menjadi satu-satunya penjara gay di dunia
- Perda Penyimpangan Seksual Kota Bogor, kelompok gender minoritas merasa terancam 'akan ada legitimasi persekusi'
Dalam rilis itu, Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Owen Jenkins, mencatat kekecewaan dan protes pemerintah Indonesia serta akan menyampaikannya ke London.
Selain pernyataan resmi dari pemerintah, penolakan juga muncul dari warganet yang membanjiri unggahan Kedubes Inggris di Instagram.
Penolakan warganet
https://www.instagram.com/p/Cdss2Narbt2/?igshid=YmMyMTA2M2Y=
Baca Juga: Hikmahanto Sebut, Lebih Bijak Jika Kedubes Inggris Minta Maaf Soal Pengibaran Bendera LGBT
Terdapat lebih dari 9.200 komentar dengan hampir 5.000 like dalam unggahan di atas. Mayoritas komentar bernada negatif dan menolak pengibaran bendera tersebut, walaupun ada beberapa pihak yang mendukung tindakan Kedubes Inggris.
Beberapa komentar penolakan di antaranya:
Danang_s.n : "Apa anda tidak di ajarkan untuk menghargai perbedaan. Kok se enaknya anda mengibarkan bendera lain selain bendera Indonesia & negara anda. Negara anda kalo mau mengakui lgbt silakan tp jgn mengibarkan bendera itu di tanah Indonesia".
Fariedakbar: "Indonesia negara TOLERANSI, menerima perbedaan, bukan penyimpangan".
A_zainuddin43: "Anda yang harus menghargai Budaya dan Aturan Indonesia. Manusia d ciptakan berpasang-pasangan, Laki Perempuan. Kelainan bisa disembuhkan; terapi hormon, pergaulan, religi. Bukan pengakuan".
Sementara, akun-akun yang mendukung unggahan tersebut, seperti:
Arisdogonzalez: "Thank you @ukinindonesia (icon bendera dan love berbagai warna)"
Noelcycles: "A great reminder for us all that the UK Embassy Jakarta is not *actually* in Indonesia; it's technically the UK. Indonesia embassy in London is technically Indonesia. So whether someone agrees or disagrees based on their religion or anything else…the UK Embassy is allowed to fly whatever flag they want, whether you agree with it or not; a right afforded to every consulate or embassy, worldwide. The Indonesian embassy in London could fly a flag most Brits do not completely align with…and they would be within their rights."
Selain di Instagram, Kedubes Inggris juga mengunggah foto itu ke Facebook, dan mendapat 100 komentar dan 11 dibagikan.
Seorang warganet bernama Agus N berkomentar "How about Islamophobia?" dan akun British Embassy Jakarta, menjawab "we stand against all forms of discrimination. Discrimination on grounds of religion is against the law in the UK. "Kami menentang semua bentuk diskriminasi. Diksriminasi atas dasar agama bertentangan dengan hukum di Inggris."
Mengapa Inggris mengibarkan bendera LGBT?
Dalam keterangan di sosial medianya, Kedubes Inggris untuk Indonesia mengibarkan bendera LGBT+ sebagai peringatan atas Hari Internasional Melawan Homofobia, Bifobia, dan Transfobia (IDAHOBIT) pada 17 Mei lalu.
Inggris menegaskan bahwa hak-hak LGBT+ adalah hak asai manusia yang fundamental. Ditambahkan, cinta adalah sesuatu yang berharga. Setiap orang, di mana pun, harus memiliki kebebasan untuk mencintai yang mereka sayangi dan mengekspresikannya tanpa rasa takut akan kekerasan dan diskriminasi.
Masih dalam keterangan itu, kriminalisasi masih terjadi: "di 71 negara untuk tindakan sesama jenis, di 15 negara untuk ekspresi dan/atau identitas gender melalui 'cross-dressing'; dan di 26 negara untuk semua transgender. Pelecehan dan kekerasan adalah bagian rutin dari kehidupan LGBT+, di mana saja."
"Kurang pengetahuan dan kebencian"
Aktivis LGBT dari SuaraKita, Hartoyo, mengatakan reaksi warganet itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih menolak perjuangan hak dasar kelompok LGBT, yang sebenarnya, didasari atas kurangnya pengetahuan dan kebencian.
"Pengibaran bendera LGBT itu sebagai bentuk perjuangan HAM di level internasional, yang harus dihormati. Tapi publik Indonesia masih butuh pengetahuan tentang keberagamaan gender dalam perspektif HAM," kata Hartoyo.
Ia pun meminta pemerintah untuk tidak mengambil langkah yang terlalu berlebihan, karena pengibaran bendera LGBT di kedubes merupakan hak dari negara tersebut.
"Saya lihat, sikap pemerintah memanggil dubes Inggris itu untuk menenangkan publik, tapi jangan terlalu berlebihan," ujarnya.
- Dokter transpuan pertama yang terbuka dengan identitas gendernya: 'Mereka belum pernah lihat transgender lulus pendidikan dokter'
- 'Saya masih ingin hidup dan lihat anak saya beranjak dewasa'
Di balik pro-kontra perdebatan tentang LGBT di media sosial, Hartoyo mengambil sisi positif, yaitu semakin membuka, meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang isu tersebut.
"Sosial media membuat orang semakin sadar, terbuka, dan mencari informasi, hingga membentuk identitas politik, walaupun juga meningkatkan resistensi dan penolakan di sisi lain. Terjadi pertarungan wacana dalam demokrasi, ini wajar dan positif," katanya.
"Namun, perbedaan pandanganan ini dapat mengarah ke sisi toleransi atau kebencian, berada di tangan dan dukungan pemerintah, seperti di Eropa, AS dan negara-negara maju," katanya.
Apakah hanya berkibar di Indonesia?
Selain di Indonesia, tahun ini, pengibaran bendera LGBT+ oleh Kedubes Inggris juga terjadi di beberapa negara, di antaranya Thailand, Myanmar, Vietnam dan India.
https://www.facebook.com/ukinmyanmar/photos/a.10152788638712865/10158817422422865
https://www.instagram.com/p/Cdp_qAHPCc4/
Berbeda dengan Indonesia, dalam unggahan itu terlihat banyak responsnya berupa dukungan dari warganet. Di antaranya:
Win Yadanar Kyaw: I'll always support LGBTQIA ".
Nai Ye: "Love is Equality Love has no gender ".
Sementara di Filipina, Kedubes Inggris tidak mengibarkan bendera, melainkan mengenakan baju dengan warga pelangi.
https://www.instagram.com/p/CdpfYTvJMWI/
Penolakan oleh negara-negara lain
Penolakan terhadap pengibaran bendera LGBT+ Kedubes Inggris juga dilakukan oleh Uni Emirat Arab tahun lalu.
Tahun ini Kedubes Inggris di UEA tidak lagi mengunggah bendera itu di akun media sosialnya.
Kemudian di akun media sosial Kedubes Inggris di Malaysia juga tidak terlihat unggahan terkait LGBT+ dan peringatan IDAHOBIT.
Berita Terkait
-
Detik-Detik Mencekam Ian Rush Saat Melawan Maut Akibat Serangan Super Flu
-
John Herdman In, Jordi Cruyff Out dari Timnas Indonesia
-
5 Sunscreen Musim Hujan untuk Main ke Pantai Anti Lengket, Perlindungan Kulit Terbaik
-
5 Cara Layering Parfum untuk Pemula, Ciptakan Wangi Unikmu Sendiri!
-
Akses Jembatan Krueng Tamiang Kembali Dibuka, Kementerian PU Pulihkan Konektivitas Warga
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- 5 HP OPPO RAM 8 GB Terbaik di Kelas Menengah, Harga Mulai Rp2 Jutaan
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Rilis Akhir Tahun 2025 Polda Riau: Kejahatan Anjlok, Perang Lawan Perusak Lingkungan Makin Sengit
-
Rekaman Tengah Malam Viral, Bongkar Aktivitas Truk Kayu di Jalan Lintas Medan-Banda Aceh
-
'Beda Luar Biasa', Kuasa Hukum Roy Suryo Bongkar Detail Foto Jokowi di Ijazah SMA Vs Sarjana
-
Kadinsos Samosir Jadi Tersangka Korupsi Bantuan Korban Banjir Bandang, Rugikan Negara Rp 516 Juta!
-
Bakal Demo Dua Hari Berturut-turut di Istana, Buruh Sorot Kebijakan Pramono dan KDM soal UMP 2026
-
Arus Balik Natal 2025: Volume Kendaraan Melonjak, Contraflow Tol Jakarta-Cikampek Mulai Diterapkan!
-
18 Ribu Jiwa Terdampak Banjir Banjar, 14 Kecamatan Terendam di Penghujung Tahun
-
UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,7 Juta Diprotes, Rano Karno: Kalau Buruh Mau Demo, Itu Hak Mereka
-
Eks Pimpinan KPK 'Semprot' Keputusan SP3 Kasus Korupsi Tambang Rp2,7 Triliun: Sangat Aneh!
-
Percepat Penanganan Darurat Pascabencana, Hari Ini Bina Marga akan Tinjau Beutong Ateuh Banggalang