Suara.com - Presiden Joko Widodo menawarkan empat konsep resiliensi berkelanjutan kepada dunia sebagai solusi untuk menjawab tantangan risiko sistemik menghadapi semua bentuk bencana, termasuk pandemi.
Pertama, memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif, responsif, dan adaptif.
"Pendidikan aman bencana, serta kelembagaan pemerintahan dan sosial yang sinergis dan tanggap terhadap bencana harus menjadi prioritas kita bersama," kata Jokowi saat berpidato di acara Global Platform for Disaster Risk Reduction 2022 di Bali, Rabu (25/5/2022).
Kedua, setiap negara harus berinvestasi dalam sains teknologi dan inovasi, termasuk dalam menjamin akses pendanaan dan transfer teknologi.
Akses pendanaan menjadi isu penting yang mesti negara tangani secara serius, kata Jokowi.
Indonesia menyusun strategi pendanaan dan asuransi bencana dengan membentuk dana bersama serta penggunaan dana pembangunan di tingkat desa melalui dana desa untuk mendukung upaya mitigasi dan kesiapsiagaan.
Ketiga, membangun infrastruktur yang tangguh bencana dan tangguh terhadap perubahan iklim, selain mitigasi infrastruktur fisik, seperti pemecah ombak, waduk dan pembangunan ruang terbuka hijau.
"Perlindungan pada masyarakat kelompok rentan yang bertempat tinggal di wilayah beresiko tinggi harus mendapatkan perhatian serius," tuturnya.
Perlindungan pada masyarakat kelompok rentan yang bertempat tinggal di wilayah beresiko tinggi harus mendapatkan perhatian serius
Baca Juga: Teknologi Penting dalam Upaya Tekan Risiko Bencana Lewat Sistem Peringatan Dini
Keempat, Jokowi meminta negara lain harus bisa berkomitmen untuk mengimplementasikan kesepakatan global di tingkat nasional sampai tingkat lokal.
"Saya mengajak seluruh negara untuk berkomitmen dan bersungguh-sungguh untuk mengimplementasikannya," kata dia.
Jokowi menyampaikan pengurangan risiko bencana adalah investasi efektif untuk mencegah kerugian di masa depan. Komitmen Indonesia untuk melaksanakan Kerangka Kerja Sendai serta komitmen internasional lainnya.
"Indonesia juga siap berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam mitigasi bencana. Sebagai negara rawan bencana Indonesia mempunyai akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang bisa menjadi pelajaran penting bagi dunia. Tapi Indonesia juga ingin, sangat ingin belajar dari pengalaman internasional," katanya.
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Kriminalisasi Masyarakat Adat Penentang Tambang Ilegal PT Position, Jatam Ajukan Amicus Curiae
-
Drama PPP Belum Usai: Jateng Tolak SK Mardiono, 'Spill' Fakta Sebenarnya di Muktamar X
-
Horor MBG Terulang Lagi! Dinas KPKP Bongkar 'Dosa' Dapur Umum: SOP Diabaikan!
-
Jalani Kebijakan 'Koplaknomics', Ekonom Prediksi Indonesia Hadapi Ancaman Resesi dan Gejolak Sosial
-
Mensos Gus Ipul Bebas Tugaskan Staf Ahli yang Jadi Tersangka Korupsi Bansos di KPK
-
Detik-detik Bus DAMRI Ludes Terbakar di Tol Cikampek, Semua Penumpang Selamat
-
Titik Didih Krisis Puncak! Penutupan Belasan Tempat Wisata KLH Picu PHK Massal, Mulyadi Geram
-
Minta Pendampingan KPK, Gus Irfan Pastikan Ibadah Haji dan Umrah Bebas Rasuah
-
Misteri Keracunan 1.315 Siswa Terpecahkan: BGN Temukan Kadar Nitrit Hampir 4 Kali Lipat Batas Aman
-
Wali Kota Semarang Dorong Sekolah Rakyat Jadi Wadah Lahirkan Generasi Hebat