Suara.com - Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah menilai pelaksanaan Pemilihan Umum atau Pemilu kini telah melenceng dan tidak sebagaimana mestinya.
Sebab, kata dia, kekinian ada kelompok yang muncul dari sektor ekonomi mengatur jalannya pemerintahan.
Fahri awalnya menyampaikan, bahwa Pemilu pada hakikatnya selain orang untuk memilih, juga untuk memastikan orang bisa dipilih. Pada pemilu tahun 1955 dan 1999 sudah mengakomodir hal tersebut.
Bahkan pada pemilu 1999 banyak pihak yang memberikan penilaian sebagai pemilu terbaik dalam demokrasi.
"Nah sirkulasi ini yang kita mau bikin, tiba-tiba ya Pemilu 1999, 2004, 2009, 2014, 2019 dan sebentar lagi 2024 itu kok Pemilu malah mulai agak melenceng," kata Fahri dalam diskusi bertajuk; Menyoal Putusan MK Atas UU Pemilu: Pilihan Rakyat Makin Terbatas pada Rabu (13/7/2022).
Menurutnya, dalam pelaksanaan pemilu kekinian bahkan ada konsolidasi yang membahayakan. Yakni dengan munculnya kelompok yang menguasai jalannya pemerintahan.
"Ada konsolidasi lain yang agak membahayakan ada kelompok yang tumbuh yang muncul dari sektor ekonomi yang sebenarnya mengatur jalannya pemerintahan. Dan tidak mau terjadi perubahan secara natural gitu," ujarnya.
Selain itu, hal lain yang menandalan pemilu telah melenceng, yaitu absennya partai politik dari pemikiran-pemikiran mendalam.
"Partai politik menjelma menjsdi warung-warung transaksi kekuasaan. Nah padahal parpol tidak saja menjadi lembaga agregrasi publik selain pelatihan kepada publik tapi juga adalah lembaga pemikiran," tuturnya.
Baca Juga: Partai Gelora Kembali Ingin Ajukan Gugatan ke MK
Lebih lanjut, Fahri mengatakan, partai politik seharusnya bisa memastikan sirkulasi pergantian pemimpin dengan baik.
"Karena partai politik pada dasarnya lahir dari kaum intelektual oleh pemikir yang memikirkan masalah bangsa lalu menyiapkan pemimpin menyiapkan sirkulasi untuk pergantian pemimpin secara baik.Nah ini yang tidak terjadi," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO