Suara.com - Meskipun malam 1 Suro dan 1 Muharram dirayakan pada hari yang sama, namun dua perayaan ini memiliki perbedaan yang signifikan. Apa saja beda malam 1 Suro dan 1 Muharram?
Perlu dipahami sebelumnya, bahwa malam 1 Suro berkembang dari budaya masyarakat Jawa. Sementara perayaan 1 Muharram berasal dari ajaran agama Islam.
Sehingga beda malam 1 Suro dan 1 Muharram bisa dijabarkan dari sejarah, cara merayakan hingga larangan yang menyertai. Berikut penjelasan lengkapnya
1. Sejarah
Dilansir petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, pemilihan malam 1 Suro ditetapkan pada tanggal yang sama dengan 1 Muharam dimulai ketika zaman pemerintahan kerajaan Demak. Sekitar 931 H atau 1443 tahun Jawa baru, Sunan Giri II telah membuat penyesuaian antara sistem kalender Hirjiyah dengan sistem kalender Jawa.
Tradisi malam 1 Suro lantas dilanggengkan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam. Kala itu, ia ingin agar rakyatnya bersatu, tidak terbelah untuk melawan Belanda.
Sultan Agung ingin menyatukan kelompok santri dan abangan. Lalu setiap hari Jumat legi dilakukan laporan pemerintahan setempat sambil pengajian, ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel dan Giri. Sepeninggal Sultan Agung, tradisi-tradisi dari keraton setiap malam 1 Suro masih tetap digelar.
Sementara 1 Muharam ditetapkan sebagai Tahun Baru Islam berasal dari usulan Umar bin Al Khattab pada 638 Masehi. Sejak Nabi datang ke Madinah, tidak ada tahun yang digunakan dalam penanggalan.
Sehingga urusan pemerintahan seperti surat menyurat saat itu mengalami masalah. Lalu akhirnya dipilihlah peristiwa Hijrah menjadi tahun pertama kalender Islam.
Baca Juga: Bedol Pusoko Malam 1 Suro, Tiga Pusaka Ponorogo Dikirab Menuju Pringgitan
2. Cara Merayakan
Dalam masyarakat Jawa, cara merayakan malam 1 Suro masih dipengaruhi oleh tradisi kraton. Misalnya, kirab, tapa bisu, membersihkan pusaka atau keris.
Ada juga orang yang merayakan 1 suro dengan berziarah ke makam sesepuh hingga slametan. Lalu mengadakan tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa).
Sementara cara merayakan 1 Muharram dengan melakukan amalan-amalan baik. Seperti puasa, dzikir, berdoa hingga menghadiri majelis atau pengajian.
3. Makna
Sejatinya, makna malam 1 Suro an 1 Muharram memiliki kemiripan yaitu mengajak orang-orang untuk semakin mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
Terkini
-
Pasar Jaya Gerak Cepat, Penampungan 350 Pedagang Kramat Jati Siap dalam 3 Hari
-
Habib Syakur: Gosip Dito Ariotedjo-Davina Tak Boleh Tutupi Fokus Bencana Sumatra
-
Toko Plastik Simpan Karbit Diduga Sumber Api Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati
-
Kemenbud Resmikan Buku Sejarah Indonesia, Fadli Zon Ungkap Isinya
-
Respons Imbauan Mensos Donasi Bencana Harus Izin, Legislator Nasdem: Jangan Hambat Solidaritas Warga
-
Pagi Mencekam di Pasar Kramat Jati, 350 Kios Pedagang Ludes Jadi Arang Dalam Satu Jam
-
Antisipasi Bencana Ekologis, Rajiv Desak Evaluasi Total Izin Wisata hingga Tambang di Bandung Raya
-
Ketua Komisi III DPR: Perpol 10 Tahun 2025 Konstitusional dan Sejalan dengan Putusan MK
-
Kuasa Hukum Jokowi Singgung Narasi Sesat Jelang Gelar Perkara Ijazah Palsu
-
350 Kios Hangus, Pemprov DKI Bentuk Tim Investigasi Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati