Suara.com - Kedatangan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan telah memicu kemarahan China. Ketegangan antara Taiwan dan China pun semakin meningkat karena kedatangan Pelosi disebut-sebut melanggar kebijakan Satu China atau "One China Policy".
Kebijakan Satu China muncul sebagai suatu solusi karena adanya perselisihan kedua negara. Namun, masih banyak yang belum mengetahui apa itu kebijakan Satu China.
Menyadur BBC News, kebijakan Satu China adalah pengakuan diplomatik posisi China bahwa hanya ada satu pemerintahan di China. Kebijakan tersebut pun diakui oleh Amerika Serikat (AS) dan menjalin hubungan formal dengan China.
Taiwan dianggap sebagai provinsi yang memisahkan diri dan kemudian diharapkan dapat bersatu kembali dengan China. Kebijakan Satu China merupakan landasan utama dari hubungan Cina dan Amerika Serikat. Hubungan ini berkaitan dengan pembuatan kebijakan dan diplomasi.
Namun berbeda dengan prinsip Satu China, China bersikeras bahwa Taiwan adalah bagian yang tidak dapat dicabut dari kebijakan Satu China untuk kemudian bersatu lagi suatu saat nanti. Kebijakan ini berkaitan dengan sejarah antara Taiwan, China, dan AS.
Kebijakan Satu China dapat ditelusuri kembali pada tahun 1949 dan berakhirnya perang saudara China. Nasionalis yang kalah mundur ke Taiwan dan menjadikan Taiwan pusat pemerintahan mereka.
Komunis yang menang mulai memerintah sebagai Republik Rakyat China. Kedua belah pihak mengatakan mereka mewakili seluruh China.
Sejak saat itu, Partai Komuns China yang berkuasa mengancam akan melakukan perlawanan jika Taiwan mendeklarasikan kemerdekaan. Taiwan ternyata telah menempuh jalur diplomatik yang lebih tidak terang-terangan dengan pulau itu selama beberapa tahun terakhir.
Awalnya, banyak negara termasuk Amerika Serikat mengakui Taiwan karena mereka menjauhi Komunis China. Namun ternyata semuanya berubah saat China dan Amerika Serikat saling membutuhkan mulai 1970.
Baca Juga: Ketua DPR AS Nancy Pelosi Hiraukan Kemarahan China Saat Datang ke Taiwan: Hormati Demokrasi
Amerika Serikat pun memutuskan hubungan dengan Taipei demi bersama China. Ternyata meski begitu, masih banyak negara yang mempertahankan hubungan informal dengan Taiwan di bidang perdagangan atau budaya dan AS tetap menjadi sekutu keamanan Taiwan.
Dukungan tersebut terjadi karena AS terikat Undang-Undang bahwa mereka harus membantu Taiwan mempertahankan diri. Itulah sebabnya AS terus menjual senjata ke Taiwan. AS juga terus mengupayakan perdamaian antara keda belah pihak dan mendorong keduanya untuk berdiskusi.
Setelah menjalin hubungan dengan China, Amerika Serikat menjalin hubungan diplomatik formal dengan China pada 1979 di bawah Presiden Jimmy Carter. Amerika pun memutuskan hubungannya dengan Taiwan dan menutup kedutaannya di Taipei.
Adanya hubungan seperti ini membuat China diuntungkan. China berhasil membuat Taiwan terbuang dan tidak diakui sebagai negara merdeka oleh dunia, bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Namun meski diasingkan, Taiwan tidak sepenuhnya kalah. Taiwan mempertahankan hubungan ekonomi dan budaya dengan negara tetangga.
Taiwan juga memanfaatkan hubungannya dengan Amerika Serikat. Taiwan mempekerjakan kelompok kecil di Washington D, termasuk mantan senator Bob Dole.
Sedangkan Amerika Serikat mengambil manfaat dari hubungannya dengan China. Amerika memberikan pinjaman asing terbesar dan mitra dagang utama, sambil diam-diam terus mempertahankan hubungannya dengan Taiwan.
Demikian pengertian kebijakan Satu China. Selanjutnya dapat diketahui bahwa Kebijakan Satu China ini merupakan upaya penyeimbangan yang telah disempurnakan Amerika Serikat selama beberapa dekade.
Kontributor : Annisa Fianni Sisma
Tag
Berita Terkait
-
Ketua DPR AS Nancy Pelosi Hiraukan Kemarahan China Saat Datang ke Taiwan: Hormati Demokrasi
-
Mengenal Trio Detektif dari Drama China My Roommate Is a Detective
-
Deretan Makanan Khas Taiwan Wajib Coba
-
6 Film dan Drama China Diadaptasi dari Novel Gu Man, Ada You Are My Glory
-
Intip 7 Macam Bapao dari Seluruh Dunia, Kamu Tertarik Coba yang Mana?
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
Terkini
-
Keluarganya Hilang Tersapu Banjir Bali, Korban Selamat Kaget Sepulang Kerja Rumah Sudah Rata!
-
Sesumbar Kasus Campak di Jakarta Tak Naik, Pramono: Tak Seperti yang Dikhawatirkan!
-
KPK Usut Modus Licik Korupsi Haji: Waktu Pelunasan Haji Khusus Dibatasi Cuma 5 Hari Kerja!
-
Diperiksa KPK Hari Ini, Apa Kaitan Rektor UIN Semarang Nizar Ali di Kasus Korupsi Kuota Haji?
-
Ledakan Septic Tank Guncang Pondok Cabe: Tiga Rumah Hancur, Empat Warga Terluka
-
Nepal Memanas, 134 WNI Aman! Ini Langkah Cepat Pemerintah Lindungi Mereka
-
Cuaca Ekstrem Jepang: Hujan Deras Buat Transportasi Lumpuh, Warga Terisolasi
-
Terobosan Telkom: ESG Jadi Fondasi Utama dan Sistem Operasi untuk Pertumbuhan Digital & Tata Kelola
-
Dari Lapas Menuju Mandiri: Warga Binaan Raih Keterampilan Lewat Program FABA PLN
-
DPR Bakal Panggil KKP Terkait Tanggul Beton di Cilincing yang Dikeluhkan Nelayan