Suara.com - Seorang pria yang membunuh pacarnya sendiri yang sedang hamil beserta dua anak pacarnya, dan satu anak lainnya, dihukum penjara selama hidupnya.
Damien Bendall menghabisi empat korbannya tersebut dengan martil di sebuah rumah di kawasan Derbyshire, Inggris, pada 2021.
Dia mengaku bersalah telah membunuh korban-korbannya, yaitu Terri Harris (35 tahun), putra Harris yaitu John Bennett (13 tahun), lalu putrinya yang bernama Lacey Bennett (11 tahun), serta teman main Lacey yaitu Connie Gent (11 tahun).
Pria 32 tahun ini juga mengaku bersalah telah memperkosa Lacey.
Bendall mengakui semua dakwaan terhadap dirinya dalam persidangan di Pengadilan Derby Crown, Rabu (21/12), tempat dia juga menerima vonis oleh hakim Justice Sweeney.
Peringatan: Artikel ini mengandung deskripsi kekerasan yang bisa membuat Anda merasa tidak nyaman.
Dia dihukum penjara seumur hidup yang berarti dia tak akan pernah dibebaskan dari jeruji besi, kecuali dalam kondisi sakit yang luar biasa.
Justice Sweeney berkata kepadanya, "Sebagaimana telah dikatakan oleh pihak penuntut, Anda melakukan serangan brutal, ganas dan kejam terhadap perempuan dan tiga anak kecil yang tak berdaya, di mana Anda menghabisi semuanya."
'Tidak ada peluang'
Harris dan anak-anaknya ditemukan tewas di sebuah rumah di Chandos Crescent, Killamarsh, Inggris, pada 19 September 2021. Mereka dibunuh satu hari sebelumnya, yaitu pada 18 September malam.
"Terdakwa menyerang mereka menggunakan sebuah martil. Ia memukuli kepala dan tubuh bagian atas korban-korbannya," kata jaksa penuntut, Louis Mably KC di pengadilan.
Mably mengatakan kepada majelis hakim, Bendall dan Harris memiliki hubungan asmara. Mereka saling kenal dan bertemu lewat aplikasi kencan, setelah hubungan Harris dan suaminya berakhir.
Polisi tiba di rumah tersebut pada 19 September pagi setelah mendapat informasi dari ibunya Bendall. Kata dia, Bendall menusuk diri sendiri.
Dari rekaman yang diputar pengadilan - kamera yang terpasang di badan petugas polisi - Bendall terlihat berbicara kepada petugas di luar rumah.
Ia berkata dengan tenang kepada petugas polisi yang datang, "Saya telah membunuh empat orang", dan "Saya akan kembali ke penjara".
Petugas polisi yang datang awalnya tidak percaya, kata Mably, sampai akhirnya petugas menemukan empat mayat di dalam rumah.
Pertama, polisi menemukan tubuh John terbaring telanjang di lantai kamar mandi, karena John hendak mandi sebelum diserang oleh Bendall.
Polisi kemudian menemukan mayat Harris dan putrinya di kamar tidur utama. Harris tergeletak di lantai, dan tubuh Lacey berada di atas kasur.
'Saya menggunakan martil'
Bukti forensik menunjukkan bahwa Bendall menyerang dan memperkosa Lacey di lantai bawah sebelum memindahkannya ke lantai atas, tempat bocah itu kembali diperkosa.
Dia juga menggunakan semacam pengikat di lehernya, dan hal ini berkontribusi terhadap kematiannya bersamaan dengan cidera di bagian kepala.
Connie, yang sedang menginap di rumah Lacey, juga ditemukan tewas di ruang kamar lainnya.
Bendall, yang berdasarkan keterangan di pengadilan mengaku berada di bawah pengaruh kokain dan ganja, meninggalkan rumah tersebut setelah melakukan pembunuhan.
Ia juga membawa konsol gim milik John untuk dijual, lalu uangnya dibelikan narkoba.
Dia ditangkap dan dibawa ke rumah sakit, tapi luka yang ia buat sendiri bisa ditangani hanya dengan beberapa jahitan.
Ia lalu diinterogasi oleh polisi. Kepada polisi dia berkata, "Saya menggunakan sebuah martil. Saya tidak sadar atas apa yang telah saya lakukan, sampai akhirnya saya berjalan ke kamar saya, dan melihat pacar saya, dan putri saya."
Bendall tahu, Harris sedang hamil saat ia bunuh, karena ia juga mengatakan kepada polisi, "Saya berani bertaruh, Anda tidak hanya menemukan empat korban di Killamarsh kan? Maksud saya, ada lima [korban]. Karena pacar saya itu sedang hamil."
Pernyataan dari korban yang diwakili oleh keluarganya telah dibacakan di pengadilan oleh pihak penuntut.
Angela Smith, ibu dari Harris mengatakan: "Terri, Lacey, dan John sangat berarti bagi saya, dan mereka adalah orang-orang paling berharga dalam hidup saya.
"Saya bahkan tidak punya kesempatan untuk memberi ciuman dan pelukan serta mengatakan saya mencintai mereka. Itu membuat hati saya remuk."
Dia juga mengenang cerita dari kedua cucunya itu, bahwa mereka takut monster saat masih kecil.
"Saya mengatakan pada mereka, tidak ada yang namanya monster. Tapi saya keliru," katanya.
Jason Bennett adalah ayah kandung dari John and Lacey. Ia mengatakan pembunuhan ini telah "menghancurkan dan mencerabut kehidupan saya".
"Saya hidup dalam mimpi buruk yang terus menerus," katanya. "Saya punya gambaran yang tertanam di dalam kepala bagaimana mereka meninggal, saya hidup bersama trauma, dan merasakan rasa sakit mereka; rasanya seperti hukuman yang berulang-ulang."
Dia mengenang bagaimana Lacey dan Connie berjualan permen yang hasilnya untuk disumbangkan. Ia menggambarkan putrinya itu sebagai anak "baik dan peduli".
"Bahkan, John benar-benar tak pernah melukai seekor lalat sekali pun. Kalau dia melihat seekor serangga di dalam rumah, dia akan mengeluarkannya dengan hati-hati," katanya.
Charles Gent, ayah Connie, mengatakan pembunuhan putrinya "benar-benar menghancurkan hidup saya".
"Orang yang melakukan kejahatan ini hanya bisa digambarkan sebagai iblis sesungguhnya, dan tak akan boleh bebas dari penahanan.
"Seperti keluarga korban dalam kasus ini yang tak akan pernah bisa bebas dari hukuman seumur hidup akibat kejahatan yang mengejutkan dan menjijikan ini. Dia melakukan kejahatan pada perempuan dan anak-anak yang tak berdaya," katanya.
Selama persidangan, Crown Prosecution Service (CPS) - badan publik yang melakukan penuntutan - membuat pernyataan bahwa hukuman penjara selamanya terhadap terdakwa dibutuhkan.
Hal ini disetujui oleh tim pengacara termasuk dari Bendall sendiri.
Salah satu pengacaranya, Vanessa Marshall KC mengatakan: "Petunjuknya sudah jelas, bahwa diperlukan hukuman selama hidupnya, sebagaimana kejahatannya, empat nyawa melayang, dan dalam keadaan yang begitu mengerikan."
Bendall sebelumnya mengakui bersalah atas empat tuduhan melakukan pembunuhan secara tidak sengaja. Ia menyangkal membunuh secara sengaja dan memerkosa. Artinya, ia diadili karena kejahatan ini, sampai akhirnya ia mengubah keterangan sebelumnya.
"Tim pengacara mengajukan teori di dalam persidangan, bahwa tindakan kliennya itu dikarenakan gangguan psikologis," kata Andrew Basxter, wakil ketua CPS.
"Selama proses persidangan, CPS mengajukan ahli medis sebagai saksi untuk menilai apakah argumentasi itu pantas, padahal tidak.
"Ketika semua sudut pandang medis dikerahkan, banyak bukti menunjukkan bahwa dia sudah membunuh empat korban tanpa adanya masalah psikologis saat melakukan aksinya, dan Bendall mengakui semua tuduhan itu."
Berita Terkait
-
Premier League is Back! Ini Prediksi Skor Brentford FC vs. Tottenham Hotspur
-
Kasus Ibu dan Bayi Tewas di Inhu Terungkap, Dihabisi 2 Anak Bawah Umur gegara Suara Motor
-
Perayaan Natal, Raja Charles III Tetap Berikan Pidato Keagamaan meski Kian Banyak Warganya yang Tidak Beragama
-
5 Film dan Series Paling Cocok untuk Kamu yang Ingin Belajar Aksen British
-
Saking Berkuasanya, Chuck Putranto Takut Bertanya ke Sambo Saat Lihat Mayat Brigadir Yosua Tergeletak
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Lewat Bank Sampah, Warga Kini Terbiasa Daur Ulang Sampah di Sungai Cisadane
-
Tragis! Lexus Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang di Pondok Indah, Pengemudi Tewas
-
Atap Arena Padel di Meruya Roboh Saat Final Kompetisi, Yura Yunita Pulang Lebih Awal
-
Hadiri Konferensi Damai di Vatikan, Menag Soroti Warisan Kemanusiaan Paus Fransiskus
-
Nyaris Jadi Korban! Nenek 66 Tahun Ceritakan Kengerian Saat Atap Arena Padel Ambruk di Depan Mata
-
PLN Hadirkan Terang di Klaten, Wujudkan Harapan Baru Warga di HLN ke-80
-
Geger KTT ASEAN: Prabowo Dipanggil Jokowi, TV Pemerintah Malaysia Langsung Minta Maaf
-
88 Tas Mewah Sandra Dewi Cuma Akal-akalan Harvey Moeis, Bukan Endorsement?
-
Geger Mark-Up Whoosh, Mahfud MD Siap Dipanggil KPK: Saya Akan Datang
-
Detik-detik Atap Lapangan Padel Taman Vila Meruya Ambruk Diterjang Badai Jakarta