Suara.com - Jika mendengar Pasar Tanah Abang, apa yang pertama kali terbersit dalam pikiran Anda? Apakah tempat kulakan baju dan kain? Atau justru sumber segala macam barang dengan harga terjangkau namun berkualitas? Sekilas tentang sejarah Pasar Tanah Abang dapat Anda cermati di artikel singkat ini.
Nama Pasar Tanah Abang sebenarnya mulai naik setelah konten mengenai sepinya pasar tersebut viral di media sosial. Tidak sedikit pedagang yang mengeluhkan bahwa omzetnya turun drastis, karena sepinya pelanggan yang datang ke tempat tersebut.
Sekilas Sejarah Pasar Tanah Abang
Lokasi Pasar Tanah Abang sendiri bermula ketika seorang pejabat VOC bernama Justunus Vinck membeli tanah dari Cornelis Chastelein di Pusat Batavia. Ia melepas tanah tersebut dengan harga sekitar 39.000 ringgit, di tahun 1733 lalu.
Vinck kemudian membuat dua pasar utama, pertama Pasar Senen, dan kedua Pasar Tanah Abang. Keduanya dibangun atas izin dari Gubernur VOC kala itu, Abraham Patras melalui surat keputusan yang resmi.
Awalnya, Pasar Senen hanya dibuka pada hari Senin saja, sementara Pasar Tanah Abang hanya dibuka pada hari Sabtu. Tidak heran jika dahulu Pasar Tanah Abang dikenal dengan Pasar Sabtu. Namun seiring berjalannya waktu, Pasar Tanah Abang terus berkembang, dan menyaingi kejayaan Pasar Senen.
Pasar Tanah Abang kemudian sempat porak-poranda akibat serangan yang dialaminya di tahun 1740, yang merupakan peristiwa berdarah pembantaian orang-orang China, perusakan, dan penghancuran serta pembakaran pasar tersebut.
Serangan in adalah respon dari sikap agresif orang-orang China yang menyerang pos jaga VOC di hari sebelumnya. Akibatnya pasar ini lumpuh cukup lama, dan baru pada akhir abad ke-19 Pasar Tanah Abang mulai dibangun dari nol. Tepatnya pada tahun 1881, pasar ini dibangun dan buka pada hari Rabu.
Pemerintah Batavia di tahun 1926 kemudian membongkar Pasar Tanah Abang, dan diganti dengan bangunan permanen berupa tembok dan papan dengan atap genteng. Kantor pasar berada di atas bangunan, dan mirip dengan kandang burung.
Baca Juga: Senjakala Pasar Tanah Abang, Kini Sepi Tergerus Teknologi
Di era Jepang, area ini hampir tidak berfungsi karena menjadi tempat para gelandangan. Setelah dibangun Stasiun Tanah Abang, pasar ini kembali bergeliat dan mulai beraktivitas. Pembangunan berbagai fasilitas umum turut mendukung kembalinya Pasar Tanah Abang ke masa kejayaan.
Pada tahun 1973 pasar ini kembali diremajakan dengan empat bangunan berlantai empat. Hingga saat ini Pasar Tanah Abang masih menjadi rujukan ketika seorang ingin mencari produk tekstil.
Itu tadi sekilas mengenai sejarah Pasar Tanah Abang yang dapat diberikan dalam artikel singkat ini. Semoga berguna!
Kontributor : I Made Rendika Ardian
Berita Terkait
-
Senjakala Pasar Tanah Abang, Kini Sepi Tergerus Teknologi
-
5 Keluh Kesah Pedagang Jualan di TikTok Sampai 8 Jam Sepi Penonton: Live Jam 1 Malam Pakai Daster
-
Pasar Tanah Abang Dikunjungi Menteri UKM, Viral Pedagang Berteriak TikTok Shop Minta Dihapus: Warganet Tak Setuju?
-
Tak Sedang Bercanda, Menteri Teten Sebut Sepinya Pasar Tanah Abang Bakal Permanen
Terpopuler
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 9 Sepatu Lokal Senyaman Skechers Ori, Harga Miring Kualitas Juara Berani Diadu
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 7 Desember: Raih Pemain 115, Koin, dan 1.000 Rank Up
Pilihan
-
9 Mobil Bekas Paling Lega dan Nyaman untuk Mengantar dan Jemput Anak Sekolah
-
Belum Sebulan Diluncurkan, Penjualan Toyota Veloz Hybrid Tembus 700 Unit
-
Kekayaan dan Gaji Endipat Wijaya, Anggota DPR Nyinyir Donasi Warga untuk Sumatra
-
Emiten Adik Prabowo Bakal Pasang Jaringan Internet Sepanjang Rel KAI di Sumatra
-
7 Sepatu Lari Lokal untuk Mengatasi Cedera dan Pegal Kaki di Bawah 500 Ribu
Terkini
-
Sidang Perkara Tata Kelola Minyak, Kerry Riza Bantah Intervensi Penyewaan Kapal Oleh Pertamina
-
Kurangi Risiko Bencana Hidrometeorologi, KLH Dukung Penanaman Pohon di Hulu Puncak
-
Penasihat DWP Kemendagri Tri Tito Karnavian Tegaskan Kualitas Manusia Indonesia: Mulai dari Keluarga
-
Trotoar 'Maut' di Tugu Yogyakarta, Pedestrian Jogja Belum Ramah Difabel
-
Menunjuk Hidung Menteri di Balik Bencana Sumatra, Siapa Paling Bertanggung Jawab?
-
Tambang Disebut Jadi Biang Kerok Gaduh PBNU, Begini Kata Gus Yahya?
-
Pemprov DKI Tanggung Seluruh Biaya Pemakaman Korban Kebakaran Maut Kemayoran
-
Cerita Hasto Pernah Tolak Tawaran Jadi Menteri: Takut Nggak Tahan Godaan
-
Amnesty International Beberkan 36 Video Kekerasan Polisi di Demo Agustus Lalu
-
Anggap Islah Jalan Satu-satunya Selesaikan Konflik PBNU, Gus Yahya Ngaku Sudah Kontak Rais Aam