Suara.com - Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Susu berperan sebagai asupan penting untuk kesehatan, kecerdasan, dan pertumbuhan, khususnya anak-anak. Kesadaran masyarakat terhadap konsumsi susu menjadikan susu sebagai komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis.
Berdasarkan data yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2022 kebutuhan susu nasional mencapai 4,4 juta ton, sedangkan produksi SSDN (susu segar dalam negeri) hanya mencapai 968.980 ton. Dengan kata lain, sebanyak 80 persen pemenuhan kebutuhan SSDN di Indonesia masih bersumber dari impor. Kondisi ini tentu harus diwaspadai, karena jika dibiarkan, dapat menyebabkan kemandirian dan kedaulatan susu semakin jauh dari harapan.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Nestlé Indonesia melalui tim Milk Procurement and Dairy Development (MPDD) terus mengoptimalkan potensi daerah melalui program kemitraan dengan para peternak sapi lokal (sapi perah). Hal ini mengingat salah satu unsur penting dalam pengembangan persusuan nasional adalah pengembangan sapi perah baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Program kemitraan ini mencakup pelatihan tentang praktik peternakan sapi perah yang baik dan berkelanjutan, perawatan dasar kesehatan sapi dengan pemotongan kuku, teknik ikat alternatif untuk meningkatkan kenyamanan hingga dukungan finansial untuk melengkapi peralatan peternakan dan perbaikan kandang sapi.
Pendampingan teknis dan finansial kepada para peternak sapi perah lokal, secara otomatis dapat meningkatkan produktivitas, kualitas susu, dan juga meningkatkan kesejahteraan para peternak sapi perah lokal.
Sampai saat ini, tim MPDD telah membina 26.000 peternak sapi perah di Jawa Timur (Jatim). Mereka diberikan pelatihan tentang praktik peternakan sapi perah yang baik dan berkelanjutan, untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas susu segar, serta memastikan penerapan peternakan yang ramah lingkungan.
Berhasil Tingkatkan Produksi Susu Peternak Sapi
Program kemitraan yang diinisiasi Nestlé Indonesia dengan peternak sapi perah lokal membuahkan hasil. Para peternak yang mengikuti program tersebut mencatatkan kenaikan produksi lebih dari 20%.
Siswandi, salah satu anggota KUD Sumber Makmur Ngantang, Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang mengatakan, produksi sapi perah-nya berhasil meningkat setelah mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari tim Nestlé Indonesia.
Baca Juga: Indef Ajak Ekonom dan Akademisi Bangun Pertanian Demi Perkuat Ekonomi Nasional
Dalam pelatihan dan pendampingan tersebut, dia mengimplementasikan sistem closed house barn. Menurutnya, dengan mengimplementasikan hal tersebut, dia berhasil menjaga kesehatan sapi, sehingga susu yang dihasilkan sapi miliknya pun memiliki kualitas yang tinggi.
"Kalau saya waktu itu menjaga kebersihan sapi dan kandangnya serta menerapkan sistem closed house barn. Sekarang produksi susu yang dulunya 13 liter per hari, sekarang bisa mencapai 20 liter per hari," ujarnya.
Sebagai informasi, untuk mendukung keberlanjutan program tersebut, Nestlé Indonesia juga telah membangun 8 sarana air bersih bagi para peternak sapi perah di Jatim. Hal ini bukan hanya untuk mendukung peternakan, namun juga untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat sekitar.
Adapun, untuk menjaga kebersihan lingkungan, kesehatan peternak dan keluarganya, maupun mengurangi emisi gas rumah kaca, Nestlé Indonesia membantu membangun lebih dari 8.600 unit kubah biogas untuk mengolah kotoran sapi menjadi energi terbarukan yang digunakan untuk memasak dan penerangan.
Di samping itu, slurry yang dihasilkan dari proses pengolahan biogas dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan lahan pakan ternak. Pengolahan limbah kotoran ini turut menciptakan sistem sirkular pertanian terintegrasi di peternakan sapi perah di Jawa Timur, ini sejalan dengan ambisi Nestlé untuk mencapai emisi nol karbon (net zero emissions) pada 2050.
Sementara untuk membantu keperluan memasak dan penerangan para peternak sapi perah lokal, Nestlé membantu para peternak sapi perah lokal untuk membangun kubah biogas di rumahnya. Kubah biogas ini dapat meng-ekstrak gas metana yang terkandung di kotoran sapi yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk energi terbarukan yang kemudian bisa digunakan untuk memasak dan penerangan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka KPK! Kemendagri Siapkan Pengganti Sementara
-
Pramono Anung Rombak Birokrasi DKI: 1.842 Pejabat Baru, Janji Pelayanan Publik Lebih Baik
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka, PKB Proses Status Kader Abdul Wahid Secara Internal
-
Raperda KTR DKI Disahkan! Ini Titik-Titik yang Dilarang untuk Merokok dan Jual Rokok
-
BNN Gerebek Kampung Bahari, 18 Orang Ditangkap di Tengah Perlawanan Sengit Jaringan Narkoba
-
KPK Kejar Korupsi Whoosh! Prabowo Tanggung Utang, Penyelidikan Jalan Terus?
-
Ahli Hukum Nilai Hak Terdakwa Dilanggar dalam Sidang Sengketa Tambang Nikel Halmahera Timur
-
Cak Imin Instruksikan BGN Gunakan Alat dan Bahan Pangan Lokal untuk MBG
-
MRT Siapkan TOD Medan Satria, Bakal Ubah Wajah Timur Jakarta
-
Masih Nunggak, Kejagung Sita Aset Musim Mas dan Permata Hijau Group