Dari Eropa, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell pada Jumat (16/2) mendesak Pemerintah Israel untuk tidak melakukan serangan militer di kota Rafah, Gaza selatan, tempat bernaung lebih dari satu juta warga Palestina yang mengungsi.
Menurut Borrell, Uni Eropa sangat prihatin mengenai kemungkinan serangan darat di Rafah, serta meminta pemerintah Israel untuk tidak melakukan tindakan militer di Rafah yang dapat memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah menjadi bencana dan mencegah penyediaan kebutuhan dasar dan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan.
Bahkan, Pelapor Khusus PBB untuk Pembela Hak Asasi Manusia Mary Lawlor juga telah mengusulkan pemberlakuan "embargo senjata" terhadap Israel sebagai respons atas serangan di Jalur Gaza, atau berarti siapa saja yang memasok senjata ke Israel harus berhenti melakukannya.
Lawlor mengingatkan bahwa situasi di Gaza sangat mengerikan karena masyarakat di sana sudah kelelahan, terkepung, dan tidak berdaya, akibat dari berkali-kali diminta pergi ke tempat yang aman sehingga berakhir di Kota Rafah.
Belum lagi dengan bencana kelaparan dan kekurangan obat-obatan yang telah diteriakkan oleh berbagai pihak yang peduli atas kondisi kemanusiaan di Gaza, telah disuarakan sejak lama.
Dengan demikian, langkah untuk meminta agar berbagai negara yang memasok senjata ke negara Zionis dapat segera menghentikan pasokannya, merupakan usulan yang sangat logis.
Namun, ternyata pemberitaan The Wall Street Journal pada Sabtu (17/2) mengungkap bahwa pemerintah Amerika Serikat sedang bersiap mengirimkan senjata ke Israel, termasuk bom, peralatan panduan Joint Direct Attack Munition (JDAM), serta murang peledak.
Menurut berita yang mengutip sejumlah sumber yang mengetahui rencana pengiriman senjata itu, jumlah persenjataan yang akan dipasok ke Israel (yang pasti akan digunakan antara lain ke Jalur Gaza), adalah bernilai puluhan juta dolar AS atau sekitar ratusan miliar rupiah.
Maka tak heran bila nafsu membunuh Israel sepertinya belum dan tidak akan bisa terpuaskan, apalagi mengingat bahwa serangan itu telah mengakibatkan sekitar 29.000 korban tewas. Bahkan, ada pejabat negara Zionis itu yang tanpa tedeng aling-aling memberikan ancaman sambil menyebut nama bulan suci Ramadhan.
Baca Juga: Serangan Besar-besaran Hamas Gagal Bebaskan Warga Palestina dari Penjara Israel, Ini Masalahnya
Pertempuran Saat Ramadhan
Dalam catatan sejarah, sebenarnya pernah terjadi sejumlah pertempuran pada bulan puasa di masa lalu.
Menurut data dari laman lifeinsaudiarabia.net, Pertempuran Badar yang merupakan konflik fisik pertama umat Islam di Madinah, terjadi pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah, atau bersamaan dengan tahun 624 Masehi.
Selain itu, Pembebasan Makkah oleh pasukan Islam juga terjadi pada 20 Ramadhan tahun 8 Hijriyah (630 M), kemudian ada pula Pertempuran Ain Jalut antara Dinasti Mamluk dan penyerangan kaum kolonial Mongol tercatat pada 25 Ramadhan tahun 658 Hijriyah (1260 M). Berbagai palagan itu tercatat dimenangkan oleh pasukan Islam.
Dalam masa modern ini, dapat disebut misalnya Perang Yom Kippur pada 1973, yaitu konflik bersenjata antara Israel dan koalisi negara Arab yang dipimpin Mesir dan Suriah, pada 6-25 Oktober 1973, juga terjadi pada bulan puasa, atau tepatnya 9-28 Ramadhan.
Tidak hanya di Jalur Gaza, Otoritas Israel juga dikabarkan media setempat pada Minggu (18/2) bahwa telah terjadi kesepakatan untuk melakukan pembatasan akses ke Masjid Al Aqsa di Tepi Barat selama Ramadhan bagi masyarakat Palestina yang bermukim di Israel.
Berita Terkait
-
Doa Sahur Ramadhan Teks Arab, Latin, dan Artinya, Cek Batas Waktu Niat!
-
Serangan Besar-besaran Hamas Gagal Bebaskan Warga Palestina dari Penjara Israel, Ini Masalahnya
-
Media Resmi Korut Kutuk Aksi Pembantaian Israel di Jalur Gaza: Seluruh Kota Jadi Kuburan Massal Warga Palestina!
-
Apa itu Tarhib Ramadhan? Ini 6 Tradisi Menyambut Bulan Suci yang Penuh Makna
-
Kapan Mulai Sholat Tarawih 2024 Tanggal Berapa? Ini Versi Muhammadiyah dan Pemerintah
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional
-
Nestapa Ratusan Eks Pekerja PT Primissima, Hak yang Tertahan dan Jerih Tak Terbalas
-
Ahli Bedah & Intervensi Jantung RS dr. Soebandi Jember Sukses Selamatkan Pasien Luka Tembus Aorta
-
Wamen Dzulfikar: Polisi Aktif di KP2MI Strategis Perangi Mafia TPPO