Suara.com - Pandemi Covid yang terjadi di tahun 2019 membuat adanya penurunan jumlah siswa yang mendaftar di sekolah SMP Muhammadiyah 2 Kalimantan Utara.
Kondisi tersebut membuat Asnawir, Kepala Sekolah sekolah SMP Muhammadiyah 2 Kalimantan Utara berpikir keras dan mencoba mencari cara untuk meningkatkan kembali minat anak-anak untuk mendaftar ke sekolahnya hingga akhirnya dia menemukan Platform Merdeka Mengajar (PMM).
PMM sendiri diluncurkan pemerintah pada awal 2022 lalu dan diharapkan menjadi pendukung dalam Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Walaupun pada awalnya sempat kebingungan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka, Asnawir tetap berani menerapkan beberapa materi-materi di PPM untuk dilakukan di sekolahnya.
“Ternyata di Platform Merdeka Mengajar ada fasilitas seperti video pembelajaran, pelatihan mandiri. Lalu adanya hal seperti fungsi perangkat, asesmen, video bukti karya dan seterusnya. Dari semua itu akhirnya kami mendapatkan banyak inspirasi untuk menerapkan Kurikulum Merdeka,” ujarnya.
“Saat itu teman-teman di sekolah lain belum menggunakan PMM. Kami percaya orang akan tetap memilih sekolah swasta kalau itu berkualitas. Nah, dengan adanya PMM ini, kami mencoba untuk belajar bersama. Luar biasa, dari perkembangan PMM jumlah siswa kami sudah surplus, bahkan sudah indent. Jadi kami merasa bahwa terbantu dengan PMM ini,” lanjutnya.
Asnawir sangat menyadari pastinya tidak mudah dan membutuhkan kesabaran untuk mengimplementasi Kurikulum Merdeka, ditambah melihat kondisi lapangan yang sangat berbeda pada setiap daerahnya di Indonesia.
Atas semangat dan kerja keras Asnawir, kini SMP Muhammadiyah 2 mendapatkan status “Mandiri Berbagi” dari Kemendikbudristek RI. Asnawir pun berinisiatif ingin mengajak sekolah lain di Kalimantan Utara agar mendapatkan dampak baik dan manfaat dari aplikasi tersebut.
Terhitung semenjak Oktober 2022 hingga Oktober 2023, Asnawir sudah mengunjungi kurang lebih 490 sekolah dan jumlah sekolah tersebut akan terus bertambah karena banyak sekolah lain yang menginginkan kedatangannya dan memberikan bimbingan kepada guru – guru guna memaksimalkan PMM.
Baca Juga: Tunjukkan Eksistensi Secara Global dengan Mengadakan Program Pertukaran Pelajar
“Pak, kami nggak tahu loh, Pak, apa manfaatnya PMM kalau bapak nggak masuk begini. Awalnya kami belum tahu manfaat PMM, tapi ternyata di PMM itu lengkap banget ya untuk Implementasi Kurikulum Merdeka,” ujar Asnawir menirukan kembali komentar seorang guru dari sebuah sekolah yang ia kunjungi.
Asnawir juga menekankan kepada para guru mengenai pentingnya Komunitas Belajar di mana Kemendikbudristek sangat mendorong adanya komunitas bagi para guru guna saling berbagi dan berkembang bersama dalam melakukan Implementasi Kurikulum Merdeka.
“Kami buat mereka berkelompok dan kami ajari pola berkolaborasi di mana mereka kami suruh mendengarkan video-video itu sampai tuntas. Kalau sudah ditonton sampai selesai, mereka pun dapat berbagi pemahaman,” ungkap Asnawir.
Menurutnya, karakteristik dan kondisi sekolah sangat berbeda, tetapi dengan adanya video PMM ini tentunya membuat mereka menyadari ada konten penting yang dapat mereka pahami. “Lalu, mereka pun dapat mencoba mengkontekstualisasikan ke dalam kondisi lingkup sekolah mereka masing-masing dan mereka ternyata bisa begitu,” lanjutnya.
Setelah mengunjungi ratusan sekolah, bahkan hingga dijuluki sebagai “Duta PMM”, Asnawir meyakini bahwa dampak baik PMM hanya bisa dirasakan kalau kita punya keinginan untuk mendapatkan dan mempraktikkan ilmu baru. Bukan sekadar mencari centang hijau. “Lakukan dengan sabar,” tutupnya.
Perlu diketahui, Aplikasi PMM sendiri sudah di unduh oleh lebih dari 3,5 juta guru dan sudah banyak sekali guru di penjuru Indonesia yang mengakui dengan ada PMM dapat membantu dalam memperbaiki kualitas dalam pembelajaran. Tapi tidak memungkinkan juga bahwa ada beberapa pihak yang merasa aplikasi ini menimbulkan tantangan yang berbeda bagi para guru.
Berita Terkait
-
Calon Kuat Gantikan Iriana Jadi Ibu Negara, Pendidikan Titiek Soeharto Lebih Tinggi Ketimbang Istri Jokowi
-
Dukung Terciptanya Inovator Muda, STEAM Expo 2024 Kembali Digelar
-
Cara Uninstall Aplikasi di Macbook, Bebaskan Ruang Penyimpanan
-
5 Cara Ampuh Kompres Video di iPhone dengan Mudah dan Praktis
-
Ramai Aplikasi Wise Diblokir dan Uang Pengguna Dibekukan, Ini Penjelasannya
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Angka Pengangguran di Jakarta Tembus 330 Ribu Orang, BPS Klaim Menurun, Benarkah?
-
Sebut Usulan Gelar Pahlawan Absurd, Koalisi Sipil: Soeharto Simbol Kebengisan Rezim Orba
-
Cegah Penyalahgunaan, MKD Pangkas Titik Anggaran Reses Anggota DPR Menjadi 22
-
Sanjungan PSI Usai Prabowo Putuskan Siap Bayar Utang Whoosh: Cerminan Sikap Negarawan Jernih
-
Rumah Dijarah, MKD Pertimbangkan Keringanan Hukuman untuk Sahroni, Eko Patrio, dan Uya Kuya
-
Tertangkap! 14 ABG Pelaku Tawuran di Pesanggrahan Jaksel Bawa Sajam hingga Air Cabai
-
Bukan Penipuan! Ternyata Ini Motif Pria Tabrakan Diri ke Mobil di Tanah Abang
-
Resmi! Gubernur Riau Jadi Tersangka, Langsung Ditahan 20 Hari!
-
PSI Minta Satpol PP Tegas Tertibkan Parkir Liar di Trotoar: Sudah Ganggu Pejalan Kaki!
-
Drama di MKD DPR Berakhir: Uya Kuya Lolos dari Sanksi Kode Etik