Suara.com - Saat melihat puing-puing rumahnya yang hancur akibat kebakaran hebat yang melanda wilayah Los Angeles, Sebastian Harrison tahu bahwa rumahnya tidak akan pernah sama lagi, karena ia tidak diasuransikan.
"Saya tahu itu berisiko, tetapi saya tidak punya pilihan," katanya kepada AFP.
Harrison adalah salah satu dari puluhan ribu warga California yang terpaksa hidup tanpa jaring pengaman dalam beberapa tahun terakhir, baik karena perusahaan asuransi mereka membatalkannya, atau karena preminya terlalu tinggi.
Sebagian dari mereka kini menghitung biaya yang sangat besar, setelah kebakaran hebat melanda kota terbesar kedua di Amerika, menewaskan lebih dari dua lusin orang dan menghancurkan 12.000 bangunan, termasuk rumah Harrison.
Bagian dari apa yang disebutnya "surga" miliknya terletak di lereng gunung yang menghadap ke Samudra Pasifik, tempat Malibu berbatasan dengan kawasan Pacific Palisades yang dilanda bencana.
Lahan seluas tiga hektar, yang berisi rumahnya dan beberapa bangunan lainnya, selalu mahal untuk diasuransikan, dan pada tahun 2010 sudah mencapai $8.000 setahun.
Ketika tagihannya mencapai $40.000 setelah pandemi, ia memutuskan bahwa ia tidak mampu membelinya.
"Bukannya saya membeli mobil mewah untuk diri saya sendiri alih-alih mendapatkan asuransi," kata pria berusia 59 tahun itu.
"Hanya saja makanan untuk diri saya dan keluarga saya lebih penting."
Baca Juga: Detik-detik Mencekam Kebakaran Hotel di Turki Tewaskan 76 Orang, Korban Lompat dari Jendela
Bagi Harrison, seorang mantan aktor, tekanan emosional karena kehilangan rumah yang telah ditinggalinya selama 14 tahun diperparah oleh kenyataan bahwa tanpa bantuan dari negara bagian atau pemerintah nasional, ia telah kehilangan segalanya, ia bahkan masih harus membayar cicilan hipotek.
"Saya sangat khawatir, karena properti ini adalah satu-satunya yang saya miliki," katanya.
Mengasuransikan properti di California menjadi semakin sulit.
Peraturan perundang-undangan yang bermaksud baik yang mencegah perusahaan asuransi menaikkan harga secara tidak adil telah berbenturan dengan meningkatnya risiko dari perubahan iklim di bagian dunia yang sekarang secara teratur mengalami kebakaran hutan yang dahsyat di dekat daerah berpenduduk.
Menghadapi klaim yang terus meningkat, kerusakan yang lebih parah, dan biaya perbaikan yang lebih tinggi karena melonjaknya harga tenaga kerja dan material, perusahaan asuransi berbalik arah dan meninggalkan negara bagian itu secara massal, meninggalkan klien yang sudah ada dan menolak untuk menulis polis baru.
Bahkan nama-nama besar di pasar, seperti State Farm dan Allstate, telah menarik diri.
Berita Terkait
-
Sosok Pemilik Glodok Plaza yang Kebakaran Hebat, Ternyata Bukan Kasus Pertama
-
Renggut Banyak Nyawa, Damkar Soroti Pengelola Glodok Plaza: Lelet Lapor hingga Alat Kebakaran Malfungsi
-
Glodok Plaza Saksi Bisu Sejarah Jakarta: Dari Penjara VOC Hingga Rencana Jadi 'Experience Mall'
-
9 Orang Ditahan terkait Kebakaran Hotel Tewaskan 76 Orang di Turki
-
Detik-detik Mencekam Kebakaran Hotel di Turki Tewaskan 76 Orang, Korban Lompat dari Jendela
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Targetkan 400 Juta Penumpang Tahun 2025, Dirut Transjakarta: Bismillah Doain
-
Sejarah Terukir di Samarkand: Bahasa Indonesia Disahkan sebagai Bahasa Resmi UNESCO
-
Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Koalisi Sipil Ungkap 9 Dosa Pelanggaran HAM Berat Orde Baru
-
Judi Online Lebih Ganas dari Korupsi? Menteri Yusril Beberkan Fakta Mengejutkan
-
Bangunan Hijau Jadi Masa Depan Real Estate Indonesia: Apa Saja Keuntungannya?
-
KPK Tangkap Gubernur Riau, PKB 'Gantung' Status Abdul Wahid: Dipecat atau Dibela?
-
Sandiaga Uno Ajak Masyarakat Atasi Food Waste dengan Cara Sehat dan Bermakna
-
Mensos Gus Ipul Tegaskan: Bansos Tunai Harus Utuh, Tak Ada Potongan atau Biaya Admin!
-
Tenaga Ahli Gubernur Riau Serahkan Diri, KPK Periksa 10 Orang Terkait OTT
-
Stop Impor Pakaian Bekas, Prabowo Perintahkan Menteri UMKM Cari Solusi bagi Pedagang Thrifting