Suara.com - Dalam peringatan Hari Perempuan Internasional, penting untuk melihat lebih dalam berbagai tantangan yang masih membayangi perempuan, termasuk ancaman dari industri rokok.
Dengan tema “For ALL Women and Girls: Rights. Equality. Empowerment”, Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) menyoroti dampak rokok yang tidak hanya buruk bagi kesehatan perempuan, tetapi juga melebarkan ketimpangan ekonomi dan sosial yang mereka hadapi.
Program Manager IYCTC Ni Made Shellasih menyebutkan bahwa perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak oleh industri rokok, baik sebagai perokok pasif, pekerja di sektor tembakau, maupun sebagai target pemasaran industri. Sayangnya, perempuan juga sering tidak menyadari besarnya bahaya yang mereka hadapi.
"Satu dari dua laki-laki di Indonesia merupakan perokok aktif. Artinya masih banyak perokok pasif, termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia, yang terpapar asap rokok dan menghadapi risiko kesehatan serius akibat kebiasaan merokok orang lain. Data pun menunjukkan bahwa angka kematian perokok pasif mencapai 1,2 juta dari 8 juta kematian," tutur Shella dalam keterangannya, Selasa (11/3/2025).
Selain itu, perempuan sering dijadikan bagian dari strategi pemasaran industri rokok, baik melalui peran Sales Promotion Girl (SPG) dalam promosi maupun lewat iklan yang mengaitkan merokok dengan kebebasan atau pemberdayaan perempuan.
“Narasi ini menyesatkan, karena pada kenyataannya, perempuan justru menghadapi risiko kesehatan yang lebih besar akibat rokok, sementara kondisi kerja di lapangan juga bisa menempatkan mereka dalam situasi yang tidak nyaman atau rentan bahkan tak jarang mengalami pelecehan seksual,” ujar Shella.
Shella juga mengkritik bahwa perempuan yang dijadikan sebagai objek marketing dari produk rokok tidak menggambarkan bentuk kebebasan melainkan perempuan kembali di-objektifikasi sebagai agen marketing, bukan keseriusan mempercepat aksi kesetaraan gender.
“Industri rokok memanipulasi pesannya yang ingin membebaskan pilihan perempuan dengan berbagai akun front groups yang mereka dorong hingga pilihan rasa mild atau perisa di rokok konvensional/elektronik. Ini menunjukkan perempuan masih tidak lebih dari sekadar objek bagi industri rokok,” tegasnya.
Perempuan tidak hanya menghadapi risiko kesehatan, tetapi juga beban ekonomi yang semakin berat akibat rokok. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pengeluaran untuk rokok masuk dalam peringkat kedua setelah beras pada masyarakat ekonomi kecil.
Studi dari PKJS-UI juga menunjukkan bahwa terdapat pergeseran prioritas pembelian rokok pada rumah tangga dibandingkan kebutuhan pokok. Shella menilai bahwa hal ini akan membebani perempuan, sekaligus mengurangi hak mereka untuk hidup layak dan memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan bergizi, pendidikan anak, dan akses kesehatan.
Pada sektor tenaga kerja, perempuan yang bekerja di industri rokok juga sering kali mengalami kondisi kerja yang tidak layak dengan upah rendah, tanpa perlindungan kesehatan yang memadai hingga risiko kekerasan seksual.
"Permasalahan ini juga didukung bahwa perempuan sering kali tidak dipandang sebagai seorang yang kompeten dalam mengambil sebuah keputusan. Sehingga penempatannya seringkali tidak masuk dalam posisi yang strategis," urainya.
Berita Terkait
-
Sebut Biadab, Legislator PDIP Murka soal Aksi Bejat Kapolres Ngada Cabuli 3 Anak: Lebih Pantas Dihukum Mati!
-
Berkiblat ke Jokowi, Untung atau Rugi usai Partai Kaesang Ganti Nama PSI Perorangan?
-
Blak-blakan Bela Seskab Teddy, PSI soal Kenaikan Pangkat Mayor jadi Letkol: Tak Ada Intervensi atau Nepotisme
-
Telak! Anies Balas Sindiran Menhut Raja Juli: Masjid Bukan Sekedar Tempat Sujud dan Doa
-
Sindir Bahlil? Anies Curhat soal Gelar Doktor: Saya Ujian Bener Lho, Gak Pakai Joki
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Diduga Lakukan Pemerasan hingga Ratusan Juta, Kajari dan Kasi Intel Kejaksaan Negeri HSU Ditahan KPK
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra