Suara.com - Dampak perubahan iklim semakin terasa nyata di berbagai belahan dunia. Perhatian global kini tertuju pada bagaimana perubahan ini memengaruhi generasi muda secara langsung.
Anak-anak yang lahir di masa kini menghadapi risiko yang jauh lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya. Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature pada Mei 2025 menyajikan data terkini mengenai ancaman iklim ekstrem yang akan dialami anak-anak yang lahir pada tahun 2020 sepanjang hidup mereka.
Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti internasional dengan menggunakan berbagai model iklim mutakhir. Mereka juga menggabungkan data demografi serta indikator sosial ekonomi untuk mendapatkan gambaran risiko yang lebih komprehensif.
Bencana iklim yang diperkirakan akan semakin sering terjadi meliputi gelombang panas, gagal panen, banjir sungai, kekeringan, kebakaran hutan, serta badai siklon tropis. Studi ini fokus memperkirakan dampak jangka panjang dari pemanasan global yang masih berlangsung hingga kini.
Hasil penelitian menunjukkan, jika kebijakan iklim saat ini terus berjalan tanpa perubahan signifikan, suhu bumi berpotensi meningkat sekitar 2,7 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri pada akhir abad ini, yakni tahun 2100.
Dalam skenario yang lebih optimistis dengan kenaikan suhu terbatas di angka 1,5 derajat Celsius, sekitar 52 persen anak yang lahir pada tahun 2020 akan mengalami gelombang panas ekstrem dalam hidup mereka.
Namun, apabila suhu bumi naik hingga 3,5 derajat Celsius pada 2100, risiko tersebut naik tajam. Diperkirakan 92 persen anak atau sekitar 111 juta anak akan menghadapi gelombang panas yang sangat ekstrem.
Lonjakan ini memperlihatkan betapa seriusnya ancaman yang membayangi masa depan generasi muda.
Selain gelombang panas, penelitian juga mencatat bahwa 29 persen anak yang lahir pada 2020 berisiko mengalami gagal panen. Sementara itu, 14 persen lainnya diprediksi akan terkena dampak banjir sungai yang lebih sering dan parah. Ketika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, perbedaan ini sangat signifikan.
Baca Juga: Suara Kidung dari Lereng Slamet: Merapal Doa, Merawat Keseimbangan Bumi
Dari 81 juta anak yang lahir pada 1960, hanya 16 persen yang pernah mengalami gelombang panas ekstrem.
Penulis utama studi, Luke Grant, menyatakan bahwa data ini belum mencakup risiko terburuk. Beberapa bencana ekstrem dapat terjadi secara bersamaan, seperti gelombang panas yang berbarengan dengan kebakaran hutan dan kekeringan.
Namun, simulasi untuk kejadian bersamaan tersebut masih sulit dilakukan dan belum dimasukkan dalam analisis.
Selain itu, studi ini menyoroti ketidakmerataan dampak iklim. Anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah atau kelompok rentan sosial ekonomi menghadapi risiko jauh lebih tinggi. Mereka memiliki akses yang terbatas ke sumber daya penting seperti fasilitas kesehatan, air bersih, dan tempat tinggal yang aman.
Diperkirakan 95 persen anak dari kelompok rentan ini akan mengalami gelombang panas ekstrem, dibandingkan dengan 78 persen anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih mampu. Ketimpangan ini memperburuk kerentanan mereka terhadap bencana iklim.
Dampak perubahan iklim juga memengaruhi aspek pendidikan dan kesehatan anak-anak. Anak-anak yang harus mengungsi akibat banjir atau kebakaran sering kehilangan kesempatan belajar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Ajang Dunia MotoGPTM 2025 Jadi Penyelenggaraan Terbaik dan Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Daerah
-
Ketimbang Berpolemik, Kubu Agus Diminta Terima SK Mardiono Ketum PPP: Digugat pun Bakal Sia-sia?
-
Bima Arya: PLBN Sebatik Harus Mampu Dongkrak Ekonomi Masyarakat Perbatasan
-
Jangan Lewatkan! HUT ke-80 TNI di Monas Ada Doorprize 200 Motor, Makanan Gratis dan Atraksi Militer
-
Menhan Bocorkan Isi Pertemuan Para Tokoh di Rumah Prabowo, Begini Katanya
-
Efek Revisi UU TNI? KontraS Ungkap Lonjakan Drastis Kekerasan Aparat, Papua Jadi Episentrum
-
Ajudan Ungkap Pertemuan 4 Mata Jokowi dan Prabowo di Kertanegara, Setelah Itu Pamit
-
SK Menkum Sahkan Mardiono Ketum, Muncul Seruan Rekonsiliasi: Jangan Ada Tarik-Menarik Kepentingan!
-
Jokowi Sambangi Prabowo di Kertanegara Siang Tadi Lakukan Pertemuan Hampir 2 Jam, Bahas Apa?
-
Catatan Hitam KontraS di HUT TNI: Profesionalisme Tergerus, Pelibatan di Urusan Sipil Kian Meluas!