Suara.com - Nama Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi kekinian jadi buah bibir usai diusulkan menjadi calon ketua umum PPP dan juga PSI.
Namun bagaimana peluang Jokowi memimpin salah satu partai tersebut?
Merespons hal itu, Analis Politik dari Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, Kristian Widya Wicaksono pun membeberkan sejumlah catatannya.
Pertama, Kristian membeberkan pandangannya soal peluang Jokowi menjadi ketua umum PSI.
"PSI merupakan partai dengan citra “anak muda” dan reformis, yang selama ini mengidentifikasikan diri dengan narasi pro-Jokowi. Dengan masuknya Jokowi, PSI bisa mendapat suntikan elektabilitas dan legitimasi yang signifikan, serta lebih mudah menembus ambang batas parlemen (parliamentary threshold) pada Pemilu 2029 nanti," kata Kristian kepada Suara.com, Senin (2/6/2025).
Ia mengatakan, struktur PSI yang masih relatif longgar memungkinkan Jokowi memiliki ruang manuver besar dalam melakukan konsolidasi internal dan rebranding partai.
Adapun tantangannya yang akan dihadapi Jokowi jika menjadi ketua umum PSI, kata dia, yakni PSI belum memiliki infrastruktur politik yang benar-benar mengakar kuat di tingkat daerah di seluruh wilayah Indonesia.
"Partai ini cenderung diasosiasikan dengan “elit Jakarta” sehingga akan menuntut strategi ekspansi yang masif untuk menjangkau konstituen yang lebih luas, terutama pemilih tradisional di luar Jawa," ujarnya.
Kemudian, kata dia, Jokowi akan dianggap terlalu dominan dan pragmatis jika masuk ke partai yang belum mapan secara ideologis, sehingga bisa mengundang kritik dari berbagai kalangan.
Baca Juga: Jokowi Diusulkan Jadi Caketum PPP, Ternyata Belum Ada Satupun Pengurus Partai Kabah yang Respons
Sementara Kristian juga membeberkan peluang Jokowi menjadi ketua umum PPP.
"PPP adalah partai lama dengan sejarah panjang dan jaringan struktural hingga ke akar rumput, khususnya di kalangan santri dan masyarakat pesantren. Masuknya Jokowi bisa mengangkat kembali citra PPP yang selama ini mengalami stagnasi elektoral," katanya.
Menurutnya, jika Jokowi menjadi ketua umum partai Kakbah itu bisa menjadi jembatan antara kalangan nasionalis dan Islam moderat dalam tubuh internal partai.
Di sisi lain, kata dia, Jokowi juga akan menghadapi tantangan jika menjadi ketua umum PPP.
"PPP memiliki basis ideologis Islam yang kuat, sehingga sosok Jokowi yang berasal dari latar belakang nasionalis bisa menghadapi resistensi internal dari elite dan akar rumput," ujarnya.
Kemudian, kata dia, secara kultural dan struktural PPP sudah lebih kompleks, sehingga tidak mudah bagi tokoh eksternal seperti Jokowi untuk langsung menguasai kendali partai tanpa konflik internal.
"Bisa muncul tudingan politisasi agama atau kooptasi terhadap partai berbasis Islam untuk kepentingan pragmatis apabila Jokowi menjadi Ketum PPP," katanya.
Lebih lanjut, menurutnya, Jokowi harus berhitung matang antara memperkuat legasi atau justru mengaburkan pencapaiannya sebagai presiden dengan pilihan menjadi ketum PSI atau PPP.
"Secara strategis, pilihan antara PSI dan PPP akan menentukan arah transformasi citra Jokowi ke depan. Jika masuk PSI, Jokowi akan memperkuat citra sebagai pembaharu dan mentor politik generasi muda," katanya.
"Jika masuk PPP, ia akan diposisikan sebagai tokoh pemersatu antara nasionalisme dan Islam moderat, yang tentu lebih kompleks secara politis namun berpotensi menghasilkan dampak jangka panjang yang lebih besar secara nasional," katanya menambahkan.
Sebelumnya, Ketua Mahkamah Partai PPP, Ade Irfan Pulungan, mengatakan, jika adanya usulan nama Joko Widodo atau Jokowi sebagai kandidat calon ketua umum PPP memang sengaja digulirkan.
Menurutnya soal keputusan akhir tetap berada di tangan Jokowi.
Hal itu disampaikan Ade menanggapi soal nama Jokowi juga diusulkan menjadi calon ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
"Ya, ini kan lontaran, ini kan masukan, ini kan gagasan, ini kan pendapat. Biarkan saja ini bergulir, biarkan saja ini mengalir, biarkan saja ini berkembang," kata Ade kepada Suara.com, Sabtu (31/5/2025).
Menurutnya, menjelang Kongres atau Muktamar partai wajar jika selalu muncul usulan-usulan.
"Kan keputusan itu nanti ada di Pak Jokowi. Begitu, biarkan saja ini berkembang," katanya.
Kendati begitu, Ade tetap mendoakan agar Jokowi mau menerima pinangan sebagai calon ketua umum PPP.
"Insya Allah kami mendoakan, ada hidayah dari Allah SWT menjadikan Pak Jokowi memilih hatinya kepada PPP. Kami berikhtiar," ujarnya
"Kita biarkan Pak Jokowi yang memilih sesuai dengan suasana kebatinannya. Biarkan Pak Jokowi yang menentukan sikapnya. Nggak usah kita ganggu itu. Begitu," sambungnya.
Respons Jokowi
Sebelumnya, Jokowi menanggapi santai isu bakal didorong maju sebagai Ketua Umum PSI. Dirinya masih mengkalkulasi jika ikut akan kalah.
"Ya masih dalam kalkulasi. Jangan sampai kalau nanti misalnya saya ikut, saya kalah," terangnya saat ditemui, Rabu (14/5/2025).
Meski namanya dikaitkan maju sebagai calon Ketua Umum PSI, Jokowi mengaku hingga saat ini belum mendaftar. Karena waktu pendaftaran masih panjang sampai Juni 2025 nanti.
"Belum (mendaftar), kan masih panjang sampai Juni. Seingat saya masih sampai Juni," ungkap dia.
Ketika disinggung kalau mendaftar maka akan bersaing dengan Kaesang Pangarep, Jokowi menyebut tidak tahu.
"Ya nggak tahu. Kalau saya mendaftar mungkin yang lain nggak mendaftar mungkin," katanya.
Berita Terkait
-
Disebut Ancaman Bagi Konservasi, PSI Tolak Wacana Pramono Bikin Pulau Kucing: Langgar Aturan!
-
PSI Soroti Pramono yang Tak Kunjungi Kepulauan Seribu Dalam 100 Hari Pertama Pimpin Jakarta
-
Ahli Digital Forensik Ragukan Keahlian Rismon Sianipar Analisis Ijazah Jokowi, Beberkan Fakta Ini
-
Ramai Dorongan Eksternal Seperti Jokowi Jadi Ketum PPP, GPK Beberkan Celahnya
-
Jokowi Diusulkan Jadi Caketum PPP, Ternyata Belum Ada Satupun Pengurus Partai Kabah yang Respons
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
Terkini
-
Lapor Polisi soal Chat WA Misterius, Ini Teror-teror 'Ngeri' Bikin Istri Gus Yazid Trauma
-
Dua Begal Bersenpi Diamuk Massa di Tambora, Warga Ikut Terluka Kena Pantulan Peluru!
-
Sambangi Kantor BPK, Dedi Mulyadi Cek Alur Kas Pemprov Jabar Sudah Benar atau Tidak
-
Ganti Dana Otsus, Walkot Sabang Usul Legalkan Ganja di Aceh: Kalau di Sini Dijual Pasti Laku Keras
-
Sudah Lama Jadi Tersangka, KPK Panggil Sekjen DPR RI Indra Iskandar Kasus Korupsi Rumah Jabatan
-
Dor...! Lepaskan Tembakan saat Diamuk Warga di Tambora, 2 Pelaku Begal Senpi Kritis
-
Krisis Lahan, 11 TPU di Jakarta Ini Masih Terima Pembuatan Makam Baru
-
Dikira Dilempar Batu, Rumah Warga di Cengkareng Jakbar Terkena Peluru Nyasar
-
Menkeu Purbaya Bilang Rugi Simpan di Giro, KDM: Tidak Mungkin Juga Kan Pemda Nyimpan Uang di Kasur
-
Pakar Sebut Wacana Prabowo Prioritaskan Bahasa Portugis di Sekolah Politis: Kepentingan Relasi Aja