Suara.com - Kader Partai Solidaritasi Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka yang viral usai membuat cuitan soal Jokowi memenuhi syarat disebut nabi. Di akun miliknya Dedy pun menjelaskan alasannya terkait cuitan tersebut.
Cuitan Dedy Nur Palakka itu adalah sebagai bantahan tentang 'Jokowi Layak Disebut Nabi' dan ditujukan kepada akun @jhonsitorus_19.
Di awal penjelasannya, Dedy Nur Palakka mengucapkan terima kasih atas tanggapan dan masukan dari Jhon Sitorus.
"Kritik seperti ini penting agar diskusi tidak jatuh ke euforia atau miskomunikasi yang berlarut. Namun izinkan saya meluruskan beberapa hal agar perdebatan ini tetap berada di jalur fakta, logika, dan refleksi publik yang sehat," ujar Dedy.
Ia kemudian menjelaskan tentang Socrates, Buddha, Marx dan 'Gelar Nabi'. Di mana ia membenarkan secara historis formal, tidak ada dokumen resmi yang menyebut Socrates sebagai “Nabi Akal Budi”, atau Buddha sebagai “Nabi Kesadaran”, atau Marx sebagai “Nabi Revolusi”.
Namun dalam literatur filsafat dan kritik budaya modern, metafora ini digunakan secara luas untuk menceritakan bahwa mereka adalah pembawa pesan besar yang mengguncang zamannya.
Ia kemudian memberikan contoh: Slavoj iek menyebut Marx sebagai “the last prophet of modernity.” Dalam kajian postmodern, banyak teks menyebut Socrates sebagai the prophet of ethical doubt.
Bahkan dalam bahasa akademik, istilah "prophetic voice" sering digunakan bagi tokoh-tokoh yang membawa pencerahan di luar agama.
"Jadi, istilah “nabi” di sini adalah kiasan intelektual, bukan klaim teologis, catat dengan tinta besar ini bukan klaim teologis," katanya.
Baca Juga: Samakan Jokowi dengan Nabi, Kader PSI Dedy Nur Dulu Sebut Allah Hanya Angan-Angan
Kemudian Dedy menjelaskan terkait cuitan Jokowi Nabi, ia menyebut Jokowi bukan nabi dalam pengertian wahyu, tetapi nabi dalam pengertian sosial yaitu “penunjuk jalan dalam krisis politik dan moral publik.”
"Ini menurut pandangan pribadi saya sebagai kader PSI dan sebagai Warga Negara Indonesia," katanya.
"Apakah itu berlebihan? Mungkin bagi sebagian orang. Tapi itu hak tafsir. Hak menyampaikan opini dan pendapat saya secara bebas sesuai dengan hati nurani saya," sambungnya.
Dalam sejarah, kata Dedy, banyak tokoh dianggap suci bukan karena mereka mengaku, tapi karena rakyat melihat keteladanan dalam diam dan dalam kesederhanaannya.
"Apakah saya mengaku umat? Tentu tidak.
Saya mengagumi, bukan menyembah. Saya mengkritisi, bukan memitoskan. Dan tentu saja, tidak ada “Tuhan” dalam perumpamaan ini. Ini analogi, bukan ajaran baru," tambahnya.
Sebelumnya, pegiat media sosial Jhon Sitorus melontarkan kritik keras terhadap pernyataan kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka, yang menyebut mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memenuhi syarat sebagai seorang nabi.
Berita Terkait
-
Makin Ngotot Tolak Pulau Kucing, PSI Kini Bongkar Masalah AMDAL, Apa Katanya?
-
Samakan Jokowi dengan Nabi, Kader PSI Dedy Nur Dulu Sebut Allah Hanya Angan-Angan
-
Jokowi Acuhkan PPP karena Ongkosnya Mahal? Rocky Gerung Ungkap Nasib PSI jadi Partai Oligarki
-
Rocky Gerung Bongkar Motif Jokowi Pilih PSI: Politisi yang Sudah Ketagihan Kekuasaan
-
Heboh Kader PSI Sebut Jokowi Memenuhi Syarat Jadi Nabi, Tuai Badai Kritik
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar
-
Jurus Prabowo Setop Wisata Bencana: Siapa Pejabat yang Disentil dan Mengapa Ini Terjadi?
-
Gus Yahya Ajak Warga Nahdliyin Bersatu Hadapi Tantangan, Terutama Bencana Sumatra
-
Ramai Patungan Beli Hutan, Memang Boleh Rimba Dibeli Dan Bagaimana Caranya?
-
Peradilan Militer Dinilai Tidak Adil, Keluarga Korban Kekerasan Anggota TNI Gugat UU ke MK
-
Ria Ricis dan Selebriti Pandu Shopee Live Superstar, Jumlah Produk Terjual Naik Hingga 16 Kali