Suara.com - Fenomena sound horeg yang identik dengan dentuman bass menggelegar hingga membuat tanah bergetar kini resmi berganti nama.
Para pelaku usaha dan komunitas yang menaunginya sepakat untuk mengusung identitas baru yakni Sound Karnaval Indonesia (SKI).
Perubahan ini bukan sekadar ganti label, melainkan sebuah langkah strategis untuk mengubah citra dan menjawab berbagai polemik yang selama ini melingkupinya.
Pergantian nama ini dideklarasikan dalam acara ulang tahun keenam Team Sotok, salah satu komunitas pengusaha sound horeg terbesar, di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Keputusan ini sontak menjadi perbincangan hangat, terutama bagi generasi milenial dan anak muda yang akrab dengan fenomena ini melalui media sosial.
Lantas, apa sebenarnya alasan di balik transformasi ini?
Alasan utama di balik perubahan nama ini adalah upaya untuk menghilangkan persepsi negatif yang sudah terlanjur melekat pada istilah "sound horeg".
Selama ini, sound horeg seringkali diidentikkan dengan kebisingan yang mengganggu, kericuhan, hingga potensi kerusakan lingkungan dan properti.
Ketua Paguyuban Sound Malang Bersatu, David Stevan, menjelaskan bahwa nama "horeg" sendiri bukanlah berasal dari para pelaku usaha, melainkan julukan yang diberikan oleh masyarakat karena getaran dahsyat yang ditimbulkannya.
Baca Juga: 5 Fakta Duet Maut Sound Horeg Hingga Hubungan Asli Mas Bre dan Edi Sound
"Nama sound horeg itu sendiri bukan kita yang memberi nama, tapi masyarakat sendiri yang memberikan julukan," kata David.
Dengan konotasi yang cenderung negatif, para pelaku usaha merasa perlu untuk mengambil langkah proaktif.
Nama Sound Karnaval Indonesia dipilih untuk menampilkan citra yang lebih positif, tertib, dan memiliki akar budaya yang kuat sebagai bagian dari kemeriahan karnaval rakyat.
Di sisi lain, perubahan nama juga tidak bisa dilepaskan dari adanya tekanan sosial dan hukum yang semakin kuat.
Berbagai keluhan dari masyarakat terkait gangguan ketertiban dan kesehatan menjadi perhatian serius pemerintah daerah dan aparat keamanan.
Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mengeluarkan fatwa yang mengharamkan sound horeg jika dalam praktiknya menimbulkan kemudaratan, seperti kebisingan ekstrem dan potensi maksiat.
Samsul, atau yang akrab disapa 'Mbah' dari Team Sotok, menyatakan bahwa perubahan nama ini diharapkan bisa menjadi solusi atas polemik yang terjadi.
"Karena situasi yang sudah seperti ini. Kita dari teman-teman sound, daripada persepsinya nanti salah semua, maka khususnya dari Tim Sotok, semua yang horeg itu kita ganti nama menjadi Sound Karnaval Indonesia," ujar Samsul.
Dengan nama baru, komunitas berharap dapat membangun komunikasi yang lebih baik dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan tokoh masyarakat, serta menunjukkan komitmen untuk patuh pada peraturan yang ada.
Apa yang Berubah Selain Nama?
Para penggagas Sound Karnaval Indonesia menegaskan bahwa ini bukan sekadar perubahan nama, melainkan sebuah gerakan untuk menjadi lebih baik.
Beberapa poin komitmen mereka antara lain komunitas berkomitmen untuk mengikuti panduan teknis yang sedang dirumuskan pemerintah terkait batasan volume (desibel), dimensi kendaraan, hingga jam operasional.
Kemudian mengembalikan esensi sound system sebagai pengiring kemeriahan karnaval budaya yang tertib dan edukatif.
Selain itu, komunitas juga harus meninggalkan kesan liar dan ugal-ugalan, serta menjadi hiburan rakyat yang bisa dinikmati semua kalangan tanpa menimbulkan keresahan.
Berita Terkait
-
Setelah Rumah Ahmad Sahroni Diamuk Massa, Eko Patrio Minta Maaf Soal Aksi Jogetnya
-
Dihujat Gegara Ikutan Joget di DPR Hingga Parodi DJ Sound Horeg, Eko Patrio Akhirnya Minta Maaf
-
Asyik Joget Sound Horeg, 4 Penari Diseruduk Mobil
-
Bukannya Introspeksi Diri Dihujat Joget di DPR, Eko Patrio Nantang Bikin Konten Sound Horeg
-
Bukan Asal Kencang, Memed Potensio Ungkap Rahasia di Balik Merdunya Sound Horeg
Terpopuler
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
-
4 Rekomendasi HP Tecno Rp 2 Jutaan, Baterai Awet Pilihan Terbaik September 2025
-
Turun Tipis, Harga Emas Antam Hari Ini Dipatok Rp 2.093.000 per Gram
Terkini
-
'Jangan Selipkan Kepentingan Partai!' YLBHI Wanti-wanti DPR di Seleksi Hakim Agung
-
Tak Tunggu Laporan Resmi; Polisi 'Jemput Bola', Buka Hotline Cari 3 Mahasiswa yang Hilang
-
Skandal Korupsi Kemenaker Melebar, KPK Buka Peluang Periksa Menaker Yassierli
-
Siapa Lelaki Misterius yang Fotonya Ada di Ruang Kerja Prabowo?
-
Dari Molotov Sampai Dispenser Jarahan, Jadi Barang Bukti Polisi Tangkap 16 Perusuh Demo Jakarta
-
BBM di SPBU Swasta Langka, Menteri Bahlil: Kolaborasi Saja dengan Pertamina
-
Polisi Tetapkan 16 Perusak di Demo Jakarta Jadi Tersangka, Polda Metro: Ada Anak di Bawah Umur
-
Skandal 600 Ribu Rekening: Penerima Bansos Ketahuan Main Judi Online, Kemensos Ancam Cabut Bantuan
-
Misteri Foto Detik-Detik Eksekusi Letkol Untung, Bagaimana Bisa Dimiliki AFP?
-
Kebijakan Baru Impor BBM Ancam Iklim Investasi, Target Ekonomi Prabowo Bisa Ambyar