Suara.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan pentingnya pengelolaan baterai kendaraan listrik (EV) pasca pakai sebagai bagian tak terpisahkan dari ekosistem kendaraan listrik yang berkelanjutan di Indonesia.
Alih-alih langsung didaur ulang, baterai EV yang kapasitasnya mulai menurun tetap memiliki potensi untuk digunakan kembali, atau disebut sebagai second life, misalnya untuk sistem penyimpanan energi (storage system) di daerah-daerah yang masih minim akses listrik.
“Kalau kapasitasnya sudah turun ke 75–70 persen, itu belum berarti baterainya harus didaur ulang. Masih bisa digunakan untuk keperluan lain, seperti storage system,” ujar Harris, Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian EBTKE Kementerian ESDM, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (31/7).
Pemanfaatan baterai bekas sebagai sistem penyimpanan sangat sejalan dengan arah kebijakan energi nasional, yang kini mendorong pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
Dua sumber energi ini dikenal tidak stabil (intermittent), sehingga memerlukan penyimpanan untuk menjaga keandalan pasokan listrik.
“Penggunaan baterai bekas menjadi sangat relevan. PLTS dan energi angin yang dikembangkan masif tidak bisa berdiri sendiri. Harus ada storage yang mendukung,” jelas Harris.
Lebih dari sekadar efisiensi teknis, pendekatan ini juga menjawab tantangan sosial. Masih ada puluhan ribu desa di Indonesia yang belum memiliki akses listrik yang memadai. Menurut Harris, solusi tercepat dan paling tepat untuk kondisi ini adalah membangun PLTS berbasis baterai, menggunakan baterai EV bekas, di wilayah tersebut.
“Dengan pengelolaan yang tepat, baterai bekas bisa membantu memperluas akses energi, memberdayakan masyarakat, dan mendorong pengembangan ekonomi lokal,” tambahnya.
Langkah ini dinilai bukan hanya mendukung transisi energi nasional, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi seluruh ekosistem kendaraan listrik, mulai dari kendaraan, kelistrikan, pembiayaan, hingga dampak sosial ekonomi.
Baca Juga: Game Over Mitsubishi di China, Ini Penyebabnya!
“Ekosistem ini harus menyentuh semua aspek, dari masyarakat sampai kapasitas teknis dan investasi. Dan tentu, semua ini memerlukan kolaborasi lintas sektor,” kata Harris.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Stop Tahan Ijazah! Ombudsman Paksa Sekolah di Sumbar Serahkan 3.327 Ijazah Siswa
-
10 Gedung di Jakarta Kena SP1 Buntut Kebakaran Maut Terra Drone, Lokasinya Dirahasiakan
-
Misteri OTT KPK Kalsel: Sejumlah Orang Masih 'Dikunci' di Polres, Isu Jaksa Terseret Menguat
-
Ruang Kerja Bupati Disegel, Ini 5 Fakta Terkini OTT KPK di Bekasi yang Gegerkan Publik
-
KPK Benarkan OTT di Kalimantan Selatan, Enam Orang Langsung Diangkut
-
Mendagri Tito Dampingi Presiden Tinjau Sejumlah Titik Wilayah Terdampak Bencana di Sumbar
-
Pramono Anung: 10 Gedung di Jakarta Tidak Memenuhi Syarat Keamanan
-
Ditantang Megawati Sumbang Rp2 Miliar untuk Korban Banjir Sumatra, Pramono Anung: Samina wa Athona
-
OTT Bekasi, KPK Amankan 10 Orang dan Segel Ruang Bupati
-
OTT KPK: Ruang Kerja Bupati Bekasi Disegel, Penyelidikan Masih Berlangsung