News / Nasional
Senin, 22 September 2025 | 18:33 WIB
Fadli Zon dan Sukitman, saksi kunci yang menunjukkan lokasi sumur Lubang Buaya tragedi G30S PKI (igfadlizon)
Baca 10 detik
  • Sukitman tak seharusnya ditawan pasukan Cakrabirawa hingga akan dieksekusi di Lubang Buaya.
  • Namun mengapa polisi ini lolos dari Maut G30S PKI dan malah jadi saksi kunci?
  • Ada sosok malaikat penyelamat yang juga secara kebetulan berada di situasi brutal ini.

Dianggap Tidak Penting di Tengah Target Utama

Bagi para pelaku G30S PKI, fokus utama mereka adalah para perwira tinggi Angkatan Darat.

Sukitman, dengan pangkatnya yang rendah, pada awalnya tidak dianggap sebagai ancaman strategis.

Ia adalah "tangkapan sampingan" yang nasibnya belum ditentukan di tengah kekacauan eksekusi para jenderal.

Statusnya yang tidak signifikan ini memberinya sedikit waktu, sebuah jeda krusial yang pada akhirnya menyelamatkan nyawanya.

Sementara para jenderal menjadi korban utama kebrutalan, Sukitman menjadi saksi bisu yang keberadaannya seolah terlupakan sesaat.

Ketika para pelaku menyadari bahwa ada seorang saksi hidup yang bisa membocorkan lokasi mereka, nasib Sukitman berada di ujung tanduk.

Malaikat Penyelamat

Nyawa Sukitman nyaris melayang bersama dengan 12 korban tragedi G30S lain. Namun malaikat penyelamat menyertainya. 

Seorang anggota Resimen Cakrabirawa bernama Sersan Ishak Bahar menolak perintah untuk mengeksekusi Sukitman.

Kisah Ishak Bahar, yang diungkap media, memberikan sudut pandang baru yang luar biasa. Nasib Ishak sebenarnya punya kemiripan dengan Sukitman, ia tak seharusnya ikut dalam operasi G30S PKI ini.

Baca Juga: Profil Yunus Yosfiah, Jenderal TNI yang Melarang Penayangan Film G30S/PKI Sejak 1998

Ishak, seorang santri lulusan pesantren di Jawa Tengah yang memutuskan menjadi tentara karena untuk tujuan pengabdian ke bangsa.

Sebenarnya, ia sudah punya tugas untuk mengawal Presiden Soekarno. Namun mendadak, Letkol Untung memintanya ikut ke Lubang Buaya.

"Saya tidak tahu apa yang sedang direncanakan (mereka). Saya hanya sopir. Saya hanya jalankan tugas," ungkap Ishak.

Dengan pendirian kuat, Ishak menolak perintah atasannya untuk menembak mati Sukitman. Ia tahu Sukitman bukan orang yang jahat, ia hanya polisi yang kebetulan berpatroli di TKP.

Saat diperintah menembak, Ishak menjawab, "Orang tidak salah kok ditembak."

“Laksanakan perintah!” balas atasannya dengan geram. Namun entah mengapa atasannya lantas pergi, tanpa berkata apa-apa.

Load More