- Polisi menemukan lukisan berlambang PKI dan 27 bom molotov
- Universitas Mulawarman mengklaim lukisan tersebut adalah murni alat peraga
- Sementara universitas memberikan penjelasan terkait lukisan, kasus bom molotov tetap diproses
Suara.com - Suasana di lingkungan Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda, memanas setelah pihak kepolisian menemukan sebuah lukisan berlambang Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam area Kampus 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Jalan Banggeris.
Penemuan ini menjadi sorotan tajam karena terjadi bersamaan dengan penyitaan 27 bom molotov di lokasi yang sama, tepat sehari sebelum rencana aksi demonstrasi besar pada 1 September 2025.
Menanggapi temuan yang berpotensi memicu kontroversi besar ini, pihak rektorat Unmul segera memberikan klarifikasi.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unmul, Prof Moh Bahzar, menegaskan bahwa lukisan tersebut sama sekali tidak terkait dengan penyebaran ideologi terlarang. Sebaliknya, benda itu merupakan properti akademik murni.
"Ini tidak terkait dengan gerakan ideologi terlarang, melainkan hanya untuk peraga pembelajaran tentang sejarah demokrasi Indonesia," kata Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unmul, Prof Moh Bahzar di Samarinda, dilansir Antara, Selasa (2/9/2025).
Prof Bahzar menjelaskan lebih lanjut bahwa lukisan palu arit tersebut adalah bagian dari materi perkuliahan yang digunakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah. Tujuannya adalah untuk memvisualisasikan konstelasi politik di Indonesia pada era pemerintahan Presiden Soekarno.
"Itu murni untuk pembelajaran sejarah. Mahasiswa sedang mempelajari konstelasi politik pada era Presiden Soekarno, di mana saat itu terdapat beberapa partai besar, termasuk PKI," terang Prof Bahzar.
Menurutnya, pihak rektorat telah memanggil program studi terkait untuk dimintai keterangan. Hasilnya mengonfirmasi bahwa gambar tersebut dibuat sebagai alat bantu visual agar mahasiswa lebih mudah memahami peta perpolitikan masa lalu, di mana lambang-lambang partai politik pada era tersebut, termasuk PKI, ditampilkan sebagai bagian dari materi studi yang objektif.
Pihak universitas menjamin bahwa tidak ada niat penyebaran paham komunisme atau aktivitas terlarang lainnya di lingkungan kampus.
Baca Juga: Penyintas Tragedi 1965 : Puluhan Tahun Dibungkam, Tak Berani Ungkap Identitas ke Publik
Prof Bahzar menegaskan bahwa mempelajari sejarah secara utuh menuntut mahasiswa untuk mengetahui berbagai peristiwa masa lalu, termasuk eksistensi partai-partai politik yang pernah ada di Indonesia.
"Pihak kampus menjamin ini tidak ada hubungannya dengan gerakan terlarang. Ini murni konteks akademik, karena mahasiswa sejarah harus belajar tentang apa saja yang terjadi di masa lalu, dari era Orde Lama hingga Reformasi," tegasnya.
Meski pihak kampus telah memberikan penjelasan dari sisi akademik, penemuan ini tetap menjadi catatan serius bagi kepolisian. Lukisan tersebut ditemukan dan disita saat aparat melakukan penggerebekan terkait persiapan aksi demonstrasi.
Dalam kasus bom molotov, kepolisian telah bergerak cepat dan mengidentifikasi empat mahasiswa sebagai terduga perakitnya. Pihak Unmul menyatakan menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus kriminal tersebut kepada aparat yang berwenang, sembari memastikan aktivitas akademik, khususnya pembelajaran sejarah, tetap berjalan sesuai koridor keilmuan.
Berita Terkait
-
Penyintas Tragedi 1965 : Puluhan Tahun Dibungkam, Tak Berani Ungkap Identitas ke Publik
-
BRI Super League: Kei Hirose Konsentrasi Jaga Borneo FC di Jalur Positif
-
Dekan FKIP Unmul Klarifikasi Aksi Balik Badan Mahasiswa: Bukan Ditujukan ke Wagub Kaltim
-
Ribuan Mahasiswa Unmul Kompak Membelakangi Wagub Kaltim Saat Pidato di PKKMB, Ada Apa?
-
BRI Super League: Alfharezzi Buffon Ingin Masuk Starting Line Up Borneo FC
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
Kebijakan Sri Mulyani Kandas di Tangan Purbaya: Pajak Pedagang Online Ditunda
-
Harga Emas Hari Ini Turun Lagi! Antam di Pegadaian Jadi Rp 2.657.000, UBS Stabil
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
Terkini
-
Transjakarta Ogah Dikaitkan Orasi 'Ancaman' Ketua GP Ansor DKI saat Demo Trans7, Mengapa?
-
Putus Cinta Bikin Gelap Mata, Pria di Jagakarsa Bakar Rumah Keluarga Mantan Kekasih
-
Buntut Langgar SOP, BGN Setop Operasional 106 SPPG
-
Balita Alami Eczema Akut Gegara Roti Gluten Free, Sang Ibu Laporkan Bake n Grind ke Polda Metro Jaya
-
Lobi Prabowo: Pemerintah Arab Ubah Aturan, RI Bisa Punya Lahan di Mekah untuk Kampung Indonesia
-
Prabowo Ingin Biaya Haji Turun dan Waktu Tunggu 40 Tahun jadi 26 Tahun, Bagaimana Caranya?
-
Satu Tahun Pemerintahan, Raffi Ahmad Minta Maaf dan Beri Kode Ada Gebrakan di Akhir Tahun
-
Prabowo Tegas: Tak Ada Lagi yang Untouchable, Semua Kasus Korupsi Akan Diusut!
-
Kasus Korupsi Jalan Tol Trans Sumatera, Legalitas Lahan Kini Diusut KPK
-
Raja Juli Antoni Masuk 10 Menteri Berkinerja Terbaik versi IndoStrategi, Kemenhut Respons Begini