News / Nasional
Senin, 22 September 2025 | 21:57 WIB
Pekerja PT TPL melakukan penyerangan terhadap Masyarakat Adat Sihaporas di Kabupaten Simalungun, Sumut, Senin (22/9/2025). [Ist]
Baca 10 detik
  • Mahasiswi IPB Feny Siregar dikeroyok saat meneliti skripsi.

  • Ia dipukuli karena mendokumentasikan kekerasan aparat PT TPL.

  • Puluhan warga, termasuk disabilitas, juga menjadi korban kekerasan.

Suara.com - Niat Feny Siregar (21) meneliti tentang konflik agraria untuk bahan skripsi menyelesaikan studi akhir di Fakultas Ekologi Manusia IPB University dibayar dengan kekerasan brutal sekuriti PT Toba Pulp Lestari (TPL).

Mahasiswi semester IX itu dikeroyok pekerja PT TPL saat mencoba melindungi seorang anak disabilitas di tengah penyerbuan.

Senin (22/9/2025), situasi damai berubah menjadi neraka ketika ratusan sekuriti PT TPL yang diangkut delapan truk menyerbu wilayah tersebut.

Naluri jurnalistiknya tergerak, Feny yang berada di tengah Komunitas Adat Lamtoras di Desa Sihaporas, Simalungun, tergerak mendokumentasikan aksi pemukulan yang dilakukan para pekerja terhadap warga. 

Namun, ia tidak mengira bila tindakannya itu malah membuatnya menjadi target utama pekerja TPL yang menyerangnya membabi buta.

"Saya dikejar-kejar pekerja TPL. Mungkin karena saya mengenakan jaket kampus IPB," kata Feny.

Dihajar Saat Lindungi Anak Disabilitas

Feny menceritakan, ia dipukuli saat mencoba melindungi Dimas Ambarita (17), seorang anak penyandang disabilitas, di dalam posko warga. 

Para penyerang menuduhnya sebagai provokator dari LSM.

Baca Juga: Kronologi Mencekam Sekuriti-Pekerja Toba Pulp Lestari Serbu Warga Adat Sihaporas, Ibu-ibu Dipukuli

"Saya sembunyi di posko yang juga hunian Masyarakat adat. Saat pekerja TPL memukuli warga, saya juga dipukul. Mengira saya pihak LSM sebagai provokator, padahal saya sudah bilang mahasiswa. Kepala saya kena pukul kayu alat pekerja TPL," Kata Feny saat dirawat di Rumah Sakit Harapan, Pematangsiantar, Senin (22/9/2025) malam.

"Waktu mereka memukuli saya, mereka bilang. 'Kau provokator kan. Kau bukan mahasiswa, tapi kau Dari LSM kan'," katanya. 

"Ketika itu dia coba telungkup, membungkukkan badan kan kepala ke lantai sambil melindungi tubuh Dimas Ambarita, anak disabilitas."

Akibatnya, kepala Feny bengkak dan kepala Dimas terluka. Tak hanya itu, bukti dokumentasinya pun dimusnahkan. 

"Video dan foto yang saya ambil pun disuruh hapus paksa," katanya. 

Jaket almamater IPB miliknya juga diduga ikut hangus setelah posko kayu tersebut dibakar oleh para penyerang.

Mahasiswi IPB University Feny Siregar menjadi korban kebrutalan Pekerja PT TPL yang menyerang Masyarakat Adat Sihaporas. [Ist]

Brutalitas Tanpa Pandang Bulu

Menurut Sekretaris Umum Lamtoras, Marihot Ambarita, total ada 33 orang yang menjadi korban luka-luka, termasuk perempuan, lansia, dan anak-anak.

Kakak kandung Dimas, Putri Ambarita (25), juga mengalami luka serius saat mencoba melindungi adiknya bersama Feny dan dua perempuan lansia lainnya.

"Kak Putri sampai berlutut memohon agar tidak dipukuli. Namun pekerja TPL tidak peduli. Kami dihajar," kata Feny. 

Akibatnya, Putri kini dalam kondisi linglung dan membutuhkan penanganan psikologis.

Mantan Kepala Desa Sihaporas, Baren Ambarita, menggambarkan betapa beringasnya para penyerang. 

"Pekerja bersenjata pentungan kayu, tameng rotan, helm dengan penutup wajah. Mereka beringas memukuli warga masyarakat adat. Saat kami ajak dialog, massa pekerja TPL berteriak, tidak ada lagi dialog." 

"Massa penyerang bergantian. Mereka beringas memukuli semua, perempuan, dan disabilitas. Dimas, anak disabilitas tinggal di Posko. Ayahnya sudah kena pukul, tidak bisa berjalan, ia dipukul pada kepala," ujarnya.

Load More