- Empat tahun pasca-kudeta, jurnalis Myanmar hidup dalam teror.
- Diburu militer, diasingkan, dan jadi target serangan udara.
- Mereka kini andalkan 'mata-mata' jurnalis warga untuk
Suara.com - Empat tahun setelah kudeta militer, Myanmar telah berubah menjadi neraka bagi para jurnalis.
Hidup di bawah ancaman penangkapan, pengasingan, hingga serangan udara, para pewarta kini terpaksa bekerja secara diam-diam dan mengandalkan 'mata' warga biasa untuk terus menyuarakan kebenaran.
Joint Secretary of The Independent Press Council of Myanmar (IPCM) Su Myat Wai, berbagi kisah mencekam tentang bagaimana rekan-rekannya bertahan di tengah represi junta. Menurutnya, jurnalis kini menjadi target utama militer.
"Sejak 2021, militer bisa saja punya rencana agar jurnalis Myanmar tidak bisa tinggal lebih lama di Myanmar, karena jurnalis menjadi target penangkapan militer," cerita Su Myat Wai saat berkunjung ke kantor Suara.com, Jakarta, Senin (13/10/2025).
Banyak jurnalis yang mencoba bertahan di dalam negeri akhirnya menyerah setelah 2-3 bulan dan terpaksa melarikan diri ke Thailand, India, atau negara Barat lainnya.
Mengandalkan 'Mata' Warga
Di tengah situasi yang semakin mencekik, media-media independent Myanmar kini sangat bergantung pada jurnalis warga.
Mereka menjadi pahlawan tanpa nama yang menyamar dalam berbagai profesi untuk bisa mengumpulkan informasi.
"Dari daerah setempat, makanya media mengandalkan jurnalis warga. Jurnalis warga juga bekerja secara rahasia di berbagai bidang, seperti pebisnis atau anggota angkatan bersenjata, jadi ya mereka harus bekerja secara rahasia dalam situasi terkini," katanya.
Baca Juga: Mengapa Junta Myanmar Jatuhkan Bom ke Festival Bulan Purnama? Tewaskan 40 Warga
Perjuangan tidak berhenti setelah informasi didapat. Serangan udara yang konstan membuat akses internet di banyak wilayah lumpuh total.
Untuk sekadar mengirim berita, seorang jurnalis lapangan harus menempuh perjalanan berbahaya selama berhari-hari.
"Mereka tidak bisa menggunakan akses internet dengan mudah. Bahkan para jurnalis harus melakukan perjalanan ke area (yang memiliki) akses internet selama satu atau dua hari untuk mengirim berita ke media," ungkapnya.
Kontrol militer yang ketat juga membuat sumber-sumber berita ketakutan untuk berbicara.
"Akhir-akhir ini situasinya sangat sulit karena kontrol militer. Jadi orang-orang tidak bisa menjawab dengan mudah," kata Su Myat Wai.
Sejak kudeta menggulingkan Pemerintahan Sipil Aung San Suu Kyi pada 2021, Myanmar menjadi salah satu negara paling berbahaya bagi jurnalis di Asia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
-
Hasil Liga Champions: Kalahkan Bayern Muenchen, Arsenal Kokoh di Puncak Klasemen
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
Terkini
-
Menkes Sesalkan Kematian Ibu Hamil di Papua, Janji Perbaikan Layanan Kesehatan Agar Tak Terulang
-
Danau Maninjau Sumbar Diserbu Longsor dan Banjir Bandang: Akses Jalan Amblas, Banyak Rumah Tersapu!
-
Terungkap! Rangkaian Kekejaman Alex, Bocah Alvaro Kiano Dibekap Handuk, Dicekik, Jasad Dibuang
-
Kronologi Brutal Legislator DPRD Bekasi Diduga Keroyok Warga di Kafe hingga Retina Korban Rusak
-
Perempuan Jadi Pilar Utama Ketahanan Keluarga ASN, Pesan Penting dari Akhmad Wiyagus
-
TelkomGroup Fokus Lakukan Pemulihan Layanan Infrastruktur Terdampak Bencana di Sumatra Utara - Aceh
-
Provinsi Maluku Mampu Jaga Angka Inflasi Tetap Terkendali, Mendagri Berikan Apresiasi
-
KPK Beberkan 12 Dosa Ira Puspadewi di Kasus ASDP, Meski Dapat Rehabilitasi Prabowo
-
86 Korban Ledakan SMAN 72 Dapat Perlindungan LPSK, Namun Restitusi Tak Berlaku bagi Pelaku Anak
-
Siapa Vara Dwikhandini? Wanita yang Disebut 24 Kali Check In dengan Arya Daru Sebelum Tewas