News / Nasional
Minggu, 07 Desember 2025 | 19:57 WIB
RS Kapal Terapung IKA Unair Siap Dikerahkan ke Aceh. (Dok. Ist)
Baca 10 detik
  • Ancaman penyakit pascabencana muncul di Aceh dan Sumatra Barat, sehingga perlu segera dipenuhi kebutuhan air bersih dan tenaga medis.
  • RSKKA Unair akan dikerahkan ke wilayah terdampak minggu depan setelah menyelesaikan misi layanan kesehatan di Sulawesi Selatan.
  • Kebutuhan medis bersifat dinamis, meliputi dokter spesialis, umum, perawat, serta alat penjernih air di Kabupaten Agam.

Suara.com - Ancaman penyakit pascabencana mulai muncul di wilayah terdampak banjir bandang di Aceh dan Sumatra Barat. Memasuki fase pemulihan awal, kebutuhan mendesak mencakup air bersih, layanan trauma healing, serta kehadiran tenaga medis spesialis.

Merespons kondisi tersebut, Rumah Sakit Kapal Ksatria Airlangga (RSKKA) Ikatan Alumni Universitas Airlangga (Unair) bersiap dikerahkan ke wilayah terdampak pada pekan depan. Kehadiran rumah sakit terapung ini diharapkan dapat memperkuat layanan kesehatan bagi warga yang masih berada di pengungsian.

Di Aceh Tamiang, satu fasilitas klinik telah disiapkan sebagai basecamp untuk layanan rawat jalan hingga rawat inap. Tim lapangan melaporkan bahwa kebutuhan tenaga kesehatan bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu seiring perkembangan kondisi warga terdampak.

“Kebutuhan di lapangan sangat dinamis dan berubah setiap hari,” kata Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Berkelanjutan Unair, Prof. Hery Purnobasuki, Minggu (7/12/2025).

Saat ini, kebutuhan tenaga medis mendesak meliputi lima dokter umum, 10 perawat, dua bidan, satu tenaga gizi, dua apoteker, satu tenaga kesehatan masyarakat, serta enam mahasiswa. Dukungan logistik seperti genset dan pasokan bahan bakar juga menjadi kebutuhan utama untuk menunjang operasional.

Sementara itu, RSKKA masih menyelesaikan misi layanan kesehatan rujukan proaktif di Pulau Sapuka, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan. Direktur RSKKA, dr. Agus Harianto, menjelaskan bahwa kapal belum dapat langsung bergerak ke Sumatra karena jarak tempuh pelayaran dari lokasi operasi saat ini mencapai belasan hari.

“Pelayanan di Bonerate juga akan kami tuntaskan terlebih dahulu sebelum kapal diarahkan ke wilayah terdampak banjir,” ujar Agus.

Sebagai langkah respons awal, RSKKA telah mengirimkan relawan dokter melalui jalur udara ke lokasi bencana. Kabupaten Agam, Sumatra Barat, menjadi salah satu wilayah prioritas karena mengalami dampak paling berat.

Laporan Tim Rapid Health Assessment RSKKA dari Agam mencatat bahwa penanganan kasus trauma sebagian besar telah tertangani dan kini memasuki fase observasi pascaoperasi. Namun demikian, ancaman penyakit pascabencana mulai meningkat, terutama terkait sanitasi dan ketersediaan air bersih.

Baca Juga: Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Gelontorkan Rp15 M untuk Korban Banjir Sumatra

Kepala Dinas Kesehatan Agam, dr. Hendri Rusdian, meminta dukungan lanjutan untuk layanan trauma healing, pencegahan penyakit menular, serta percepatan penyediaan air bersih.

“Kebutuhan air bersih sangat mendesak dan memerlukan alat penjernihan. Listrik mulai pulih meski belum stabil, sedangkan jaringan internet masih sering terganggu sehingga radio komunikasi masih dibutuhkan,” kata Hendri.

Selain itu, pihaknya juga mengajukan kebutuhan tambahan tenaga medis, termasuk dokter spesialis penyakit dalam, spesialis anak, psikiater, psikolog, dua dokter umum, satu perawat, satu bidan, serta dukungan obat-obatan.

Seluruh pemetaan kebutuhan tersebut akan menjadi dasar penyusunan agenda pelayanan RSKKA saat berlayar menuju wilayah terdampak melalui rute Bonerate–Padang sejauh sekitar 2.000 mil laut, di tengah tantangan musim angin barat.

Load More