- Kementerian HAM meluncurkan "Peta Jalan Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM Berat" di Jakarta pada Senin, 15 Desember 2025.
- Peta jalan ini merupakan panduan strategis hasil kolaborasi berbagai pihak, termasuk suara korban dan keluarga.
- Penyelesaian kasus berfokus pada dua pilar utama: jalur yudisial (hukum) dan non-yudisial (pemulihan hak korban).
Suara.com - Penantian panjang para korban dan keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di masa lalu kini memasuki babak baru.
Kementerian Hak Asasi Manusia (HAM) secara resmi meluncurkan dan mempublikasikan sebuah dokumen krusial bertajuk "Peta Jalan Menuju Penyelesaian Kasus-Kasus Pelanggaran HAM yang Berat di Masa Lalu" di Jakarta, Senin (15/12/2025).
Dokumen ini digadang-gadang menjadi panduan strategis pemerintah untuk menuntaskan beban sejarah yang selama ini tak kunjung usai. Penyusunannya pun tidak dilakukan secara sepihak.
Direktur Jenderal Pelayanan dan Kepatuhan HAM Kementerian HAM, Munafrizal Manan, menegaskan bahwa peta jalan ini merupakan hasil kerja kolaboratif selama beberapa bulan terakhir yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, para ahli, dan yang terpenting, suara para korban serta keluarganya.
Kehadiran peta jalan ini diharapkan menjadi titik terang di tengah kompleksitas penyelesaian kasus-kasus yang telah mengendap puluhan tahun.
"Ini bagian dari upaya kami untuk menuju ke arah penyelesaian pelanggaran HAM berat. Nah, mudah-mudahan peta jalan yang disusun ini nanti bisa ke sana," ujar Munafrizal dalam konferensi pers sebagaimana dilansir Antara.
Lantas, bagaimana konkretnya peta jalan ini akan bekerja? Munafrizal mengungkapkan bahwa kerangka penyelesaian tetap berpijak pada dua pilar utama yang juga diakui secara internasional, yakni jalur yudisial (hukum) dan non-yudisial (di luar hukum).
Pada kerangka yudisial, fokus utamanya adalah proses pro-justisia atau penegakan hukum formal yang bertujuan untuk mewujudkan keadilan sejati.
Proses ini melibatkan aparat penegak hukum mulai dari polisi, jaksa, hingga hakim, di mana setiap tindakan yang diambil harus sah, mengikat, dan berlandaskan undang-undang yang berlaku.
Baca Juga: Kementerian HAM Akan Kumpulkan Seluruh Data Hak Asasi Manusia Lewat Platform Ini
Munafrizal menegaskan bahwa Kementerian HAM tidak akan mencampuri atau mengintervensi independensi aparat penegak hukum dalam menjalankan tugasnya. Namun, peta jalan ini tidak tinggal diam.
Dokumen tersebut secara komprehensif telah memetakan dan mencantumkan berbagai pilihan skema penyelesaian yudisial yang dapat ditempuh, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Menariknya, Munafrizal mengisyaratkan bahwa proses hukum tidak selalu berarti harus berakhir di meja hijau persidangan.
"Karena penyelesaian judisial itu tidak terbatas pada harus dalam bentuk persidangan di pengadilan. Itu sebenarnya ada langkah lain juga yang tersedia di situ," ucap dia, membuka kemungkinan adanya mekanisme keadilan lain yang sah secara hukum.
Sementara itu, untuk jalur non-yudisial, peta jalan ini memberikan rekomendasi kuat untuk melanjutkan dan memaksimalkan apa yang telah dirintis melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2023.
Inpres tersebut berfokus pada Pelaksanaan Rekomendasi Penyelesaian Non-Yudisial Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat.
Berita Terkait
-
Logika Sesat dan Penyangkalan Sejarah: Saat Kebenaran Diukur dari Selembar Kertas
-
Hak Asasi Manusia, tapi Milik Siapa?
-
Harita Nickel Masuk Daftar Perusahaan Tambang yang Penuhi Standar Perlindungan HAM
-
Kementerian HAM Akan Kumpulkan Seluruh Data Hak Asasi Manusia Lewat Platform Ini
-
Tepis Kekhawatiran Publik, Menteri HAM Klaim 80 Persen Revisi KUHAP Lindungi HAM
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
BPOM Ungkap Peredaran Pangan Ilegal dan Kedaluwarsa Jelang Nataru, Nilainya Capai Rp 42 Miliar
-
Golkar Copot Musa Rajeckshah dari Ketua DPD Sumut, Sekjen Bongkar Alasannya
-
OTT KPK di Kalsel, Dua Orang Tiba di Gedung Merah Putih untuk Pemeriksaan Intensif
-
Bupati Bekasi Kena OTT KPK, Berikut 5 Fakta Penting Terkait Penangkapan Ade Kuswara Kunang
-
Polri Akan Terapkan Contraflow di Tol Favorit Selama Libur Nataru! Berikut Titik dan Jadwalnya
-
Pemprov DKI Hibahkan Gedung YLBHI, Pramono Anung: Akses Keadilan Warga Tidak Mampu
-
KPK Akui Tangkap Kajari dan Kasi Intel Kejari HSU Saat OTT di Kalsel, Langsung Dibawa ke Jakarta
-
Buntut Kereta Bandara Tabrak Avanza di Kalideres, Terjadi Penumpukan di Stasiun Rawa Buaya
-
Tabrakan di Kalideres: Avanza Dihantam Kereta Bandara, Penumpang Luka Parah
-
LPSK Ungkap Banyak Tantangan dalam Pelaksanaan Restitusi bagi Korban Tindak Pidana