Suara.com - Negara-negara G7, yang diwakili oleh menteri keuangan masing-masing dan gubernur bank sentral, pada hari Kamis (19/5/2022) membahas pembentukan kartel pembeli untuk mengendalikan harga minyak Rusia.
Dilansir dari RT, hal ini diumumkan oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam komentar kepada wartawan di antara pertemuan G7.
"Anda membutuhkan kartel yang signifikan untuk mencapai itu, mungkin Uni Eropa saja tidak akan cukup. Gagasan untuk menggunakan sanksi, sanksi sekunder telah muncul. Gagasan tarif alih-alih batasan harga bisa menjadi semacam pendekatan alternatif," kata Yellen, merujuk pada rencana Uni Eropa untuk menempatkan embargo pada impor minyak Rusia terkait krisis di Ukraina.
Awal pekan ini, dia menekankan bahwa sangat penting bahwa negara-negara Uni Eropa mengurangi ketergantungan mereka pada minyak Rusia.
Menurut Yellen, tujuan kartel adalah untuk menjaga sebagian minyak Rusia untuk tetap mengalir ke pasar serta untuk menahan harga global. Kartel akan ditugaskan untuk membatasi harga komoditas Rusia.
"Jadi ini adalah tujuan yang baik dan saya pikir semua orang mendukungnya," katanya.
"Bahkan tidak jelas bahwa kita akan pergi ke rute ini. Saya pikir banyak orang termasuk saya merasa menarik dari sudut pandang ekonomi umum. Sebenarnya membuatnya beroperasi itu menantang dan semua masalah itu belum berhasil," Yellen menyimpulkan.
Sanksi paket keenam anti-Rusia terkait Ukraina yang diusulkan oleh Komisi Eropa (EC) termasuk proyek embargo minyak yang tertunda, yang akan melarang impor minyak mentah Rusia enam bulan setelah berlakunya paket tersebut, sementara juga melarang impor produk minyak bumi mulai 2023.
Komisi Eropa juga mengusulkan untuk mengizinkan Hongaria dan Slovakia, yang lebih bergantung pada komoditas Rusia daripada negara-negara Eropa lainnya, untuk menunda larangan tersebut hingga akhir 2024.
Baca Juga: Sepuluh Perusahaan Sawit di Mukomuko Langgar Aturan, Tak Laporkan Tansaksi
Selain itu, Komisi Eropa telah dipaksa untuk melunakkan beberapa proposal tentang waktu larangan dan mempertimbangkan kemungkinan pengecualian terhadap embargo minyak, karena sejumlah negara Eropa percaya bahwa melarang minyak Rusia akan menjadi bencana besar bagi Eropa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
BYD Jual 25.000 Mobil di Indonesia, Kuasai Separuh Pasar Mobil Listrik
-
Berapa Harga Motor Matic Suzuki per Oktober 2025? Simak Daftar Lengkapnya
-
Geger Fenomena Vario Kolam di TikTok, Cuma Tren Sesaat Atau Seni Sejati?
-
Hitung-hitungan Punya Vario 125, dari Servis Sampai Pajak Tahunan
-
Apa Beda RON 90, 92, 95, 98 pada BBM? Kenali Biar Gak Bikin Mesin Kendaraan Rusak
-
Chery Pamer 'Rumah' Baru di Yogyakarta, Sinyal Kuat Siap Jegal Para Raksasa Jepang
-
Vision V Datang, Alphard dan V-Class Jadi Usang? Mercedes-Benz Rilis Standar Baru MPV Supermewah
-
Bingung Pilih Daihatsu? Ini Perbandingan Harga Rocky, Ayla, Sigra Lengkap dengan Unit Lain
-
Mobil Listrik SUV Ini Bisa Isi Daya Baterai 80 Persen dalam 22 Menit
-
Harga Terbaru Toyota Oktober 2025: Dari Innova Zenix hingga Alphard, Cek Disini!