Suara.com - Toyota mengambil langkah besar dalam strategi elektrifikasinya di Jepang, dengan mengumumkan perubahan signifikan pada model Toyota Corolla.
Toyota mengumumkan bahwa saat ini mereka tidak lagi menawarkan Corolla versi mesin bensin. Setiap varian Corolla yang dijual di pasar domestik Jepang hanya akan tersedia dengan teknologi hybrid.
Langkah ini sejalan dengan komitmen Toyota untuk mempercepat transisi menuju kendaraan ramah lingkungan. Tanpa harus benar-benar beralih ke mobil listrik murni.
Keputusan untuk menghentikan semua Corolla non hybrid di Jepang merupakan bagian dari upaya ambisius perusahaan menuju netralitas karbon.
Dengan demikian, pembeli Toyota Corolla di Jepang kini hanya memiliki satu pilihan mesin, yaitu mesin 1,8 liter yang dikaitkan dengan teknologi hybrid.
Melansir Carscoops, apa yang dilakukan Toyota untuk pasar domestik mereka selaras dengan apa yang sudah dilakukan untuk pasar Eropa sejak 2022.
Di ayas kertas, mesin bensin 1,8 liter pada Corolla hybrid diklaim mampu menghasilkan daya sebesar 97 hp (72 kW / 98 PS). Untuk model berpenggerak dua roda (2WD), mesin ini dipadukan dengan motor listrik tunggal yang mampu menyemburkan tenaga puncak 94 hp (70 kW / 95 PS).
Sementara itu, bagi yang memilih varian penggerak semua roda (4x4), motor listrik kedua ditambahkan di bagian belakang, yang mampu memberikan tenaga tambahan sebesar 40 hp (30 kW / 41 PS).
Toyota Fokus Mobil Hybrid
Baca Juga: 5 Rekomendasi Mobil Bekas Rp50 Jutaan Mei 2025: Mesin Tak Merepotkan, Irit Bensin, Pajak Murah
Di tengah maraknya pemberitaan yang didominasi mobil listrik sebagai masa depan transportasi yang lebih bersih, Toyota tampaknya memilih jalur yang berbeda.
Alih-alih mengikuti tren dominan tersebut, produsen mobil raksasa ini dengan tegas menjalankan strateginya sendiri, di mana kendaraan hibrida masih memegang peranan sentral.
Akio Toyoda, Ketua Dewan Direksi Toyota, menjelaskan secara gamblang alasan di balik pilihan strategis ini, meskipun Toyota memiliki kapabilitas teknologi dan produk untuk bersaing di segmen mobil listrik penuh (BEV).
"Ketika istilah netralitas karbon menjadi populer, kami sebagai perusahaan menyatakan bahwa musuh kami adalah karbon. Kami harus berfokus pada apa yang dapat kami lakukan segera untuk mengurangi karbon dioksida. Itulah dasar keputusan kami. Keputusan ini tidak berubah dan tidak akan berubah," tegas Toyoda.
Berbeda dengan banyak produsen mobil lain yang berlomba-lomba beralih sepenuhnya ke mobil listrik, Toyota tetap berhati-hati dalam memperluas jajaran kendaraan listrik murni. Namun terus meningkatkan produksi mobil hibrida.
Toyoda menyoroti pengalaman panjang Toyota dengan kendaraan hibrida, menyebutkan bahwa perusahaan tersebut telah menjual sekitar 27 juta unit kendaraan hibrida.
Ia mengklaim bahwa dampak kolektif dari kendaraan hibrida ini setara dengan 9 juta kendaraan listrik bertenaga baterai (BEV) yang beroperasi di jalan raya.
"Namun, jika kami memproduksi 9 juta BEV di Jepang, hal itu justru akan meningkatkan emisi karbon, bukan menguranginya. Itu karena Jepang sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga termal untuk produksi listriknya," jelas Toyoda.
Poin ini menyoroti pandangan Toyota yang lebih holistik mengenai emisi, tidak hanya berfokus pada emisi gas buang tetapi juga emisi dari proses produksi kendaraan dan sumber energi untuk pengisian daya.
Memang, mobil listrik bertenaga baterai tidak menghasilkan emisi gas buang saat beroperasi. Namun, proses produksi mobil listrik juga menyumbang dampak lingkungan yang signifikan.
Demikian pula halnya dengan proses pengisian daya, yang emisinya sangat bergantung pada sumber energi yang digunakan oleh pembangkit listrik.
Ditambah lagi, kondisi infrastruktur pengisian daya yang belum merata di banyak wilayah di dunia semakin memperkuat argumen mengapa kendaraan hibrida masih menjadi pilihan yang sangat masuk akal dan praktis, setidaknya untuk saat ini.
Toyota percaya bahwa pendekatan multi-jalur, yang mencakup hybrid, plug-in hybrid, sel bahan bakar hidrogen adalah cara paling efektif untuk mencapai netralitas karbon secara global.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Rumahnya Dijadikan Tempat Kebaktian, Apa Agama Krisna Mukti?
- Tak Cuma di Indonesia, Ijazah Gibran Jadi 'Gunjingan' Diaspora di Sydney: Banyak yang Membicarakan
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Tak Lagi Pakai Strobo, Patwal Kini Pakai 'Mode Sopan' buat Minta Jalan
-
Toyota Avanza 2020: Kok Masih Jadi Rebutan? Ini Rahasia Harga Bekasnya!
-
Kijang Super hingga Honda City: Inilah Mobil Bekas Murah Rp50 yang Bisa Kamu Beli di Solo!
-
Geely Mulai Rakit Mobilnya di Purwakarta
-
Bukan Cuma Wuling, Kini Giliran Omoda dan MG Dibuat Panik oleh SUV Baru BYD Rp300 Jutaan
-
Penyegaran New Honda ADV160 Buahkan Hasil Positif di IMOS 2025
-
Nggak Sempat ke Samsat? Pakai Surat Kuasa STNK! Ini Syarat dan Cara Bikinnya
-
Membeli Mobil Bekas Anti Ketipu dengan Layanan Inspeksi, Jangan Lagi Andalkan Feeling
-
Pilihan Cerdas Bikin Puas? Avanza 2022 Bekas Harganya Mulai Amblas
-
Jaecoo J8 SHS ARDIS Punya Pilihan PHEV, Selisih Harga Tembus Rp 127 Juta dari Versi Bensin