Suara.com - Era mobil listrik seharusnya membawa efisiensi dan kemudahan. Tapi apa jadinya jika performa mobil yang sudah dibeli justru dikunci oleh sistem berlangganan? Itulah yang sedang terjadi pada Volkswagen ID3 di Inggris. Mobil listrik mungil ini menyimpan cerita yang cukup mengganggu soal kepemilikan dan hak akses terhadap fitur yang seharusnya sudah menjadi milik pembeli.
Dikutip dari The Drive, biayanya bukan main. Untuk membuka tambahan 27 hp dan torsi ekstra dari 264 Nm menjadi 309 Nm, pemilik harus membayar sekitar Rp360 ribu per bulan.
Jika ingin akses seumur hidup, mereka harus merogoh kocek sekitar Rp14,2 juta. Ironisnya, tenaga penuh ini sudah ada di mobil secara fisik, hanya saja dibatasi oleh software. Model bisnis ini memicu perdebatan sengit di komunitas otomotif. Banyak yang menyebutnya sebagai praktik "menjual ulang" fitur yang sudah dibayar.
Sebab, konsumen membeli mobil dengan perangkat keras lengkap, tapi tidak bisa mengakses semua kemampuannya tanpa biaya tambahan. Ini bukan soal upgrade, tapi soal mengaktifkan potensi yang sudah ada. Lebih parah lagi, tenaga penuh yang dikunci ini tetap tercatat di dokumen kendaraan.
Artinya, pemilik tetap dikenai premi asuransi berdasarkan tenaga maksimal, meski mereka tidak bisa menggunakannya kecuali membayar lagi. Ini menambah beban finansial yang tidak proporsional dan menimbulkan pertanyaan serius soal transparansi dan etika bisnis.
Volkswagen bukan satu-satunya yang mencoba model ini. BMW sempat menerapkan sistem berlangganan untuk fitur pemanas jok, dan Mercedes-Benz menawarkan upgrade performa melalui software. Tapi ID.3 menjadi contoh ekstrem karena fitur yang dikunci adalah tenaga mesin, sesuatu yang sangat mendasar dalam pengalaman berkendara.
Di balik semua ini, ada tren yang lebih besar: transisi industri otomotif ke model "kendaraan berbasis perangkat lunak." Pabrikan mulai menyederhanakan produksi dengan satu konfigurasi perangkat keras, lalu membedakan varian melalui software. Secara bisnis, ini memang efisien. Tapi bagi konsumen, ini bisa menjadi jebakan biaya jangka panjang.
Model berlangganan seperti ini mengubah definisi kepemilikan. Dulu, membeli mobil berarti memiliki semua fiturnya. Sekarang, fitur bisa dinyalakan atau dimatikan tergantung status pembayaran. Ini menciptakan ketidakpastian dan rasa tidak aman, terutama jika pabrikan suatu saat menghentikan dukungan atau menaikkan tarif.
Kesimpulannya, Volkswagen ID.3 bukan hanya soal mobil listrik mungil dengan desain modern. Ia menjadi simbol pergeseran besar dalam cara kita memiliki dan menggunakan kendaraan. Jika tren ini terus berlanjut, konsumen perlu lebih waspada dan kritis terhadap apa yang sebenarnya mereka beli. Sebab, di masa depan, performa mobil bisa jadi bukan soal mesin—tapi soal langganan bulanan yang tak kunjung selesai.
Baca Juga: Chery Ungkap Alasan Pilih Perbanyak Model Hybrid Ketimbang Mobil Listrik Murni di Indonesia
Berita Terkait
-
Chery Ungkap Alasan Pilih Perbanyak Model Hybrid Ketimbang Mobil Listrik Murni di Indonesia
-
Waspada Bahaya Rem Blong di Mobil Listrik, Ternyata Ini Biang Keroknya
-
Terungkap Biaya Asuransi Mobil Listrik Ternyata Lebih Mahal dari Mobil Bensin
-
Uji Coba Langsung BYD Atto 1 Jogja - Solo - Semarang, Beneran Efisien ?
-
Harga BYD Atto 1 Tempel Mobil LCGC, Pabrikan Tegaskan Produknya Isi Segmen City Car
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
BYD Jual 25.000 Mobil di Indonesia, Kuasai Separuh Pasar Mobil Listrik
-
Berapa Harga Motor Matic Suzuki per Oktober 2025? Simak Daftar Lengkapnya
-
Geger Fenomena Vario Kolam di TikTok, Cuma Tren Sesaat Atau Seni Sejati?
-
Hitung-hitungan Punya Vario 125, dari Servis Sampai Pajak Tahunan
-
Apa Beda RON 90, 92, 95, 98 pada BBM? Kenali Biar Gak Bikin Mesin Kendaraan Rusak
-
Chery Pamer 'Rumah' Baru di Yogyakarta, Sinyal Kuat Siap Jegal Para Raksasa Jepang
-
Vision V Datang, Alphard dan V-Class Jadi Usang? Mercedes-Benz Rilis Standar Baru MPV Supermewah
-
Bingung Pilih Daihatsu? Ini Perbandingan Harga Rocky, Ayla, Sigra Lengkap dengan Unit Lain
-
Mobil Listrik SUV Ini Bisa Isi Daya Baterai 80 Persen dalam 22 Menit
-
Harga Terbaru Toyota Oktober 2025: Dari Innova Zenix hingga Alphard, Cek Disini!