Otomotif / Mobil
Rabu, 01 Oktober 2025 | 15:18 WIB
Ilustrasi mobil listrik vs mobil bensin berdasarkan harga jual kembali (Suara x Gemini)
Baca 10 detik
  • Harga Jual Anjlok: Mobil listrik bekas bisa anjlok 35-60% per tahun, kontras dengan mobil bensin.
  • Bensin & Hybrid Perkasa: Depresiasi mobil bensin dan hybrid jauh lebih stabil, hanya sekitar 10-15% per tahun.
  • Faktor Penghambat EV: Kendala pembiayaan dari leasing jadi tembok besar bagi pasar mobil listrik bekas di Indonesia.

Suara.com - Mobil listrik (EV) boleh jadi bintang di pameran GIIAS 2025, tapi di pasar mobil bekas, ceritanya sangat berbeda. A

Panggung otomotif memang selalu dihiasi gemerlap teknologi baru, namun data dari pasar mobil bekas adalah realitas yang tak bisa diabaikan.

Bagi konsumen Indonesia, satu faktor krusial yang jadi penentu adalah harga jual kembali atau resale value.

Berdasarkan data dari OLXmobbi, mitra resmi trade-in di GIIAS 2025, menunjukkan fakta yang sangat jernih dan mungkin mengejutkan bagi para penggiat EV.

"Sang raja tua", yaitu mobil bermesin bensin (ICE) dan hybrid (HEV), ternyata masih berdiri kokoh, menolak tunduk pada gempuran mobil listrik.

Jurang Depresiasi yang Bikin Ngeri

Ilustrasi Mobil Listrik (Pixabay)

Inilah momok menakutkan bagi setiap pemilik kendaraan: depresiasi, atau penyusutan nilai jual yang brutal.

Perbedaan antara mobil konvensional dan mobil listrik dalam hal ini sangat kontras, bahkan bisa dibilang ekstrem.

Data di platform jual beli mobil bekas menunjukkan jurang yang menganga lebar.

Baca Juga: Wuling Rilis Mobil Listrik Rp140 Jutaan, Fast Charging Cuma 35 Menit

Mobil Bensin & Hybrid (ICE & HEV) punya senyum paling lebar.

Depresiasi tahunannya sangat stabil, hanya di kisaran 10 persen - 15 persen saja. Angka ini membuat pemiliknya bisa tidur nyenyak karena nilai asetnya tidak tergerus banyak.

Mobil Listrik Murni (BEV) malah bikin menangis.

Angka depresiasinya anjlok secara brutal, mencapai 35 persen - 60 persen per tahun.

Artinya, dalam setahun, Anda bisa kehilangan lebih dari separuh harga mobil Anda.

Mengapa Harga Jual EV Terjun Bebas?

ilustrasi mobil listrik (freepik)

Melihat data di atas, pertanyaan besarnya adalah: kenapa bisa sejauh itu perbedaannya?

Ternyata ada dua biang kerok utama yang membuat harga mobil listrik bekas jadi bulan-bulanan di pasaran.

Pertama, perang teknologi dan harga antar produsen EV. Setiap beberapa bulan, muncul model baru dengan baterai lebih awet, fitur lebih canggih, dan harga yang makin kompetitif.

Akibatnya? Model lama langsung terasa usang dan harganya jatuh seketika.

Kedua, dan ini yang paling krusial di Indonesia, adalah tembok pembiayaan dari leasing.

Pasar mobil bekas sangat bergantung pada perusahaan pembiayaan.

Laporan menyebutkan, "hampir tidak ada perusahaan pembiayaan yang mau membiayai kendaraan BEV bekas,". Tanpa dukungan ini, pasar mobil listrik bekas seperti berjalan di tempat.

Raja Jalanan Masih Sama

Data penyerapan pasar selama GIIAS 2025 mengonfirmasi dominasi mobil konvensional.

Harga rata-rata mobil bekas yang laku di pameran adalah Rp150 juta.

Menariknya, mobil bekas termahal yang diserap pasar justru datang dari kategori hybrid (HEV), yang laku hingga Rp300 juta.

Sementara itu, mobil listrik bekas (BEV) yang paling banyak dilepas oleh pemiliknya, seperti Wuling Air EV, rata-rata hanya dihargai sekitar Rp115 juta.

Duo legendaris, Toyota Kijang Innova dan Avanza, masih menjadi mobil bensin yang paling banyak dijual, membuktikan bahwa kepercayaan pasar terhadap mereka belum goyah sedikit pun.

Jadi, sebelum tergiur dengan pesona mobil listrik, ada baiknya Anda mempertimbangkan fakta pahit di pasar mobil bekas.

Load More