Otomotif / Mobil
Selasa, 09 Desember 2025 | 15:24 WIB
Garasi Sultan Endipat Wijaya: Koleksi Mobil Rp 2,5 Miliar tapi Sindir Bantuan Banjir Rp 10 Miliar (Tangkapan layar)
Baca 10 detik
  • Politisi Gerindra Endipat Wijaya viral karena sindir nominal bantuan relawan bencana alam.
  • Total kekayaan isi garasinya mencapai Rp2,59 miliar, berdasarkan data LHKPN terbaru.
  • Koleksinya termasuk SUV premium GWM Tank 500, Toyota Alphard, dan Honda CR-V.

Suara.com - Nama politisi Partai Gerindra, Endipat Wijaya, mendadak viral di jagat maya. Pemicunya adalah pernyataannya yang menyinggung soal bantuan relawan untuk bencana alam di Aceh dan Sumatera.

Kini, sorotan publik beralih ke sisi lain dari sang politisi: isi garasinya yang ternyata menyimpan koleksi mobil senilai miliaran rupiah.

Garasi Mewah Senilai Total Rp2,5 Miliar

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang dilaporkan pada 26 Maret 2025, kekayaan Endipat Wijaya mencapai Rp14,3 miliar.

Dari jumlah tersebut, aset kendaraannya tercatat memiliki nilai fantastis sebesar Rp2.596.000.000.

Berikut adalah rincian koleksi mobil di garasinya:

  • SUV Premium GWM Tank 500 HEV (2024): Mobil gagah ini ditaksir memiliki harga Rp1.196.000.000.
  • Toyota Alphard (2021): MPV mewah yang menjadi standar para pejabat ini bernilai Rp1.000.000.000.
  • Honda CR-V (2019): SUV populer ini dilaporkan memiliki taksiran harga Rp400.000.000.

Menurut data LHKPN, semua kendaraan tersebut diperoleh dari hasil sendiri.

GWM Tank 500 HEV. (GWM)

Pernyataan Viral yang Jadi Pemicu

Kritik tajam ini dilontarkan Endipat saat rapat Komisi I DPR RI dengan Menteri Komdigi Meutya Hafid.

Baca Juga: Denza D9 vs Toyota Alphard: Selera Orang Kaya Bertahan atau Berubah Haluan?

Ia menyoroti narasi di media sosial yang menurutnya merugikan citra pemerintah dalam penanganan bencana.

"Fokus nanti ke depan Komdigi ini mengerti dan tahu persis isu sensitif nasional, membantu pemerintah memberitahukan dan mengamplifikasi informasi-informasi itu, sehingga enggak kalah viral dibandingkan dengan teman-teman yang sekarang ini sok paling-paling di Aceh, di Sumatera, dan lain-lain itu, Bu," kata Endipat.

Ia melanjutkan dengan membandingkan kehadiran relawan dengan pemerintah di lokasi bencana.

"Ada orang yang cuma datang sekali, seolah-olah paling bekerja di Aceh. Padahal negara sudah hadir dari awal, ada orang baru datang, baru bikin satu posko, ngomong pemerintah enggak ada. Padahal pemerintah sudah bikin ratusan posko di sana," sambungnya.

Puncaknya, Endipat menyinggung nominal donasi yang menurutnya tidak seberapa dibanding anggaran negara.

"Orang-orang cuma nyumbang Rp10 miliar, negara sudah triliun-triliunan ke Aceh itu, bu. Jadi yang kayak gitu-gitu, mohon dijadikan perhatian, sehingga ke depan tidak ada lagi informasi yang seolah-olah negara tidak hadir di mana-mana. Padahal negara sudah hadir sejak awal di dalam penanggulangan bencana," ujarnya.

Load More