Suara.com - Atlet para atletik Indonesia, Ni Made Arianti Putri telah membuktikan diri bahwa keterbatasan fisik bukan menjadi halangan bagi seseorang untuk meraih prestasi tinggi.
Lahir dengan keterbatasan penglihatan atau low vision, atlet kelahiran Gianyar, Bali itu mendobrak batasan dengan meraih dua medali perak di Asian Para Games 2018.
Semua yang diraih Ni Made saat ini tidaklah instan. Seperti halnya anak-anak, Ni Made awalnya tak mengetahui bahwa ada yang berbeda dari dirinya.
Lambat laun, rasa minder menjangkiti saat mengetahui kedua matanya tak berfungsi secara normal. Butuh waktu lama bagi Ni Made untuk menerima kenyataan bahwa fisiknya berbeda dari orang lain.
"Saya sempat marah kepada orang tua, kenapa mereka tidak pernah bilang bahwa saya seorang tuna netra. Justru guru saya yang mengatakan bahwa saya itu tidak bisa melihat," kata Ni Made di Mixed Zone Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Kamis (11/10/2018).
Meski tak buta total, fakta dirinya seorang tuna netra membuat Ni Made depresi. Namun, sekolah luar biasa menyelamatkannya dari keterpurukan.
"Saya menimba ilmu di sekolah luar biasa, dan di situ saya menemukan jati diri saya. Ternyata saya tidak sendiri, dan sekarang saya bisa ada di sini itu sudah sangat mengejutkan," ungkapnya.
Lebih jauh, Ni Made mengatakan, apa yang diraihnya saat ini diharapkan bisa menjadi motivasi bagi para penyandang disabilitas lainnya agar tak perlu minder dengan keadaan. Jika terus berusaha, semuanya bisa tercapai.
"Pertama, jangan pernah takut keluar dari zona nyaman. Jika berusaha tidak ada yang tidak bisa. Dan jangan lupa untuk selalu berdoa," tukasnya.
Baca Juga: Lumpuh Ditembak Tank Israel, Ini Misi Mahmoud di Asian Para Games
Untuk diketahui, Ni Made Ariyanti merupakan atlet dengan disabilitas bagian penglihatan. Perempuan kelahiran Bali itu hanya bisa melihat dengan mata kanan, itu pun tak sepenuhnya.
Di Asian Para Games 2018, Ni Made berhasil meraih medali perak di nomor 100 meter T13 setelah mencatatkan waktu 13,00 detik.
Sementara di nomor 400 meter T13, perak direngkuh setelah mencatatkan waktu 1 menit 5,29 detik.
Berita Terkait
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
-
Cerita Maya, Remaja Difabel asal Temanggung Temukan Asa Lewat Kopi Robusta
-
Potong Kepala di Kejuaraan Eropa, Skandal Atlet Israel Picu Kemarahan Dunia
-
'Gangguan Jiwa' COVID-19: Riset Ungkap Tekanan Mental Akibat Kesepian saat Pandemi
-
Belajar dari Kisah Ibunda Reza Gladys: Kenali 8 Gejala Depresi Berat yang Tak Boleh Diabaikan
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Ambisi Thailand Rebut Piala Susy Susanti dan Liem Swie King di Superliga Junior 2025
-
Erick Thohir Serah Terima Jabatan Menpora dari Dito Ariotedjo
-
Menpora Erick Thohir Diharapkan Bawa Perubahan Besar Olahraga Nasional
-
Dari Lari Malam hingga Tanam Mangrove, Fresh Track 5K 2025 Jadi Perayaan Sehat dan Berkelanjutan
-
Sejarah Baru! UCI Road World Championships Hadir Pertama Kali di Afrika
-
Superliga Junior 2025 Perkenalkan Kategori U-13 dan U-15, Wadah Baru Jaring Bibit Muda
-
NOC Indonesia Gandeng NOC Jepang Demi Komitmen Strategis Pengembangan Prestasi Olahraga
-
Superliga Junior 2025: Aksi Atlet Muda Dunia Perebutkan Piala Legenda Bulutangkis Indonesia
-
Polemik Permenpora No 14 Tahun 2024, Taufik Hidayat Kumpulkan KONI, KOI, NPC dan Federasi
-
Duo Mainaky Evaluasi Anak Didik Jelang China Masters 2025