Suara.com - Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI, Susy Susanti, akhirnya membeberkan alasan utama pihaknya tetap "memaksakan" skuat tunggal putri untuk turun di turnamen elite, minimal di level Super 500 ke atas.
Sebagaimana diketahui, Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan sejatinya kesulitan tampil di turnamen-turnamen itu. Di tiga turnamen terakhir, yakni All England, Malaysia Open dan Singapore Open 2019, skuat yang kini diasuh Rionny Mainaky ini tak sekalipun mampu lolos melebihi babak kedua turnamen.
Menurut Susy Susanti, keputusan mengirimkan Fitriani dan kolega ke turnamen level Super 500 ke atas sejatinya bukanlah sebuah paksaan. Hal itu lebih dikarenakan tak adanya pilihan lain.
Pasalnya, peringkat dunia skuat tunggal putri Indonesia saat ini masih jauh tercecer. Hanya Gregoria Mariska Tunjung yang kini menyandang peringkat dunia cukup baik yakni 16 dunia.
Padahal, untuk mencapai misi meloloskan dua wakil per sektor ke Olimpiade 2020, sektor tunggal harus menempatkan minimal dua wakil di peringkat 16 besar dunia. Karena itu, Susy Susanti menilai skuat tunggal putri Merah Putih harus turun di turnamen-turnamen besar demi secepatnya mendongkrak peringkat dunia.
"Memang mereka masih butuh kerja keras. Mereka itu kelasnya kalau boleh kami bilang masih di level Super 300. Mungkin sekarang mulai dicoba di level Super 500," ujar Susy Susanti saat dihubungi Suara.com, Selasa (16/4/2019).
"Mengapa harus kami turunkan di level minimal Super 500? Karena ini mau tak mau. Kalau kita turun di level bawah saja, maka tak banyak poin yang didapat. Kita tak akan bisa masuk atau menembus top 16," sambungnya.
Lebih jauh, Susy Susanti menjelaskan PBSI bisa saja mengukutsertakan Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan ke turnamen level Super 500 ke bawah.
Namun, jika akhirnya pun sukses menjadi juara, Susy Susanti menyebut poin yang dihasilkan tak banyak berbeda dibandingkan langsung kalah di babak pertama turnamen BWF World Tour level Super 500 ke atas.
Baca Juga: Hobi Motor, Apakah Ibnu Jamil "Lari" dari Status Jomblo?
"Jadi, itulah alasan mengapa mereka tetap kami sertakan (di turnamen BWF World Tour level Super 500 ke atas) meski tersingkir di babak awal. Karena kalau tidak diikutsertakan, para pemain tunggal putri tak akan punya peringkat yang cukup untuk menembus turnamen level Super 750 ke atas.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Final SEA Games 2025: Hajar Ganda Malaysia, Sabar/Reza Persembahkan Emas ke-37
-
Final SEA Games 2025: Ekspresi Tak Percaya Alwi Farhan Usai Raih Emas Tunggal Putra
-
Hasil SEA Games 2025: Performa Impresif Edgar Xavier Hasilkan Medali Emas
-
Hasil SEA Games 2025: Menembak Beregu Putra Sumbang Emas untuk Indonesia
-
Klasemen Medali SEA Games 2025 Hari Ini: Indonesia Dulang 11 Emas dalam Sehari
-
Kocak! Pesona Pevoli Singapura Bikin Heboh SEA Games 2025, Fans Vietnam Sampai Lupa Diri
-
Klasemen Medali SEA Games 2025 Malam Ini: Janice Tjen Sumbang Emas ke-28 untuk Indonesia
-
Mengejutkan! 8 Atlet di SEA Games 2025 Dilarikan ke RS, Diduga Keracunan
-
Kandas di Semifinal SEA Games 2025, Rachel/Febi Sudah Berjuang Mati-matian
-
Final Ganda Putri SEA Games 2025: Misi Balas Dendam dan Raih Emas Pasangan Ana/Meilysa