Suara.com - Bicara pertinjuan Indonesia, maka salah satu yang tak bisa dilepaskan dari ingatan adalah nama Mahkota Promotion (M-Pro). Ya, sejak berdiri 2008, M-Pro telah menjelma menjadi perusahaan promotor tinju terbesar dan paling tersohor di Indonesia saat ini.
Tak terhitung lagi banyaknya pertarungan besar berhasil diselenggarakan perusahaan yang dimiliki pengusaha muda Raja Sapta Oktohari tersebut di Tanah Air.
Bukan hanya pertarungan tinju kelas dunia saja yang dihadirkan, namun buah tangan dingin Okto—sapaan akrab Raja Sapta Oktohari—juga berhasil mengorbitkan petinju Indonesia ke tingkat juara dunia.
Sebut saja Chris John. Sebelum pensiun pada 2013, Chris John memegang titel juara dunia kelas bulu WBA (Super). Ia pun menjadi petinju kedua yang pertahankan sabuk juara dunia di kelas bulu terlama setelah Johnny Kilbane; dari tahun 2004 sampai 2013.
Berikutnya adalah Daud Yordan. Petinju yang masih aktif berkarier itu pernah diantarkan Okto menjadi juara dunia di dua kelas berbeda versi badan tinju IBO: kelas bulu dan ringan.
Bahkan, Chris John dan Daud Yordan saat ini menempati urutan pertama dan kedua daftar petinju terbaik Indonesia sepanjang masa versi BoxRec—laman yang mendedikasikan khusus pencatatan pertarungan tinju profesional, baik petinju pria maupun wanita.
Kini, Okto bersiap membawa Daud Yordan ke panggung dunia lagi untuk memperebutkan sabuk juara dunia WBC Silver yang rencananya akan dihelat pada November mendatang.
Sukses Okto mengukir tinta emas di dunia kepromotoran Indonesia juga tak lepas dari anggota tim M-Pro yang bekerja di belakang layar. Salah satunya Gustiantira Alandy.
Baca Juga: Pelatih Bulutangkis Top Ini Ungkap Susahnya Cari Minum di Kejuaraan Dunia
Bersama Okto, Tira mengembangkan M-Pro untuk menghadirkan pertarungan tinju besar di Indonesia, dan mengorbitkan petinju-petinju Tanah Air.
"Olahraga tinju harus menjadi suatu industri yang besar di sini seperti hal-hal nya di luar (negeri)," tutur Tira terkait misinya ke depan.
Di sisi lain, Tira mengaku miris dengan minimnya pertandingan tinju di Tanah Air. Menurutnya, bisnis olahraga tinju belum bisa menjadi 'ladang hijau' di Indonesia.
Lantas apakah yang menjadi kendalanya? Lalu rencana apa yang tengah dikembangkan M-Pro ke depannya?
Berikut wawancara eksklusif Presiden Direktur Mahkota Promotion, Gustiantira Alandy, dengan Suara.com:
Sejak kapan Mahkota Promotion berdiri? Dan kapan Anda menjadi bagian di belakang layar dari Mahkota Promotion?
Sudah dari tahun kurang lebih 2008. Tapi saya sendiri baru ada di Mahkota Promotion pada 2014. Kebetulan pas saya masuk sudah eranya Daud. Kalau dulu zamannya Chris John masih sama orang-orang sebelumnya.
Kenapa memilih tinju? Padahal banyak olahraga lain yang lebih banyak digemari masyarakat Indonesia, sepakbola misalnya. Apa hal yang membuat Anda bisa ‘tergila-gila’ dengan tinju bahkan hingga menjadi promotor?
Di bisnis promotor olahraga ya harus gila. Di bisnis olahraga tinju, ya gila sekalian. Kita tahu bahwa ini jalannya berat tapi kita memutuskan untuk bergerak di jalan itu walau kita tahu jalan itu sulit sekali.
Tapi kita memutuskan untuk tetap di situ. Karena satu kita cinta sama olahraga tersebut. Kedua keyakinan kita akan potensi yang ada.
Tapi kan dunia kepromotoran tinju di Indonesia belum bisa menjadi 'ladang hijau'… Apa sebabnya menurut Anda?
Industri olahraga di Indonesia masih terfokus dengan olahraga-olahraga yang massanya besar. Akhirnya banyak yang melihat ah ini enggak menarik mendingan kita bisnis yang lain.
Sebetulnya potensi kita kan besar, kita punya masyarakat jumlahnya enggak kecil. Kita punya beberapa stasiun televisi dan banyak yang streaming itu potensinya besar. Cuma memang balik lagi, promotor bisa mempromosikan sesuatu yang berprestasi. Jika tanpa prestasi susah juga kita mempromosikan.
Orang yang mau lihat kemenangan, juara. Buat sampai ke level juara itu butuh perjalanan, butuh pembinaan.
Buat saya kenapa promotor enggak terlalu banyak karena kita prestasinya di beberapa cabang juga enggak terlalu kuat. Ada yang prestasinya kuat tapi exposure-nya enggak ada. Atlet kita jadi juara, tapi tidak ada yang beritain, jadi orang tidak tahu. Jadi akhirnya itu sesuatu yang jadi saling berputar hanya bergerak disitu-situ aja.
Tanggapan Anda terkait pertandingan tinju di Indonesia, apakah sudah banyak atau masih kurang?
Masih kurang, sangat kurang, masih kurang banyak. Kita bandingkan dengan dulu, dulu kan pertandingan banyak banget tuh, zaman waktu banyak televisi masih mengadakan pertandingan tinju.
Dulu juga kita enggak pernah kehabisan pertandingan, promotor satu, masih rame lah zaman dulu. Sekarang kayaknya tinju makin jarang. Di televisi juga sudah enggak ada. Pertandingan di non televisi juga antara ada dan tiada. Kalaupun ada, ada sekali (terus) enggak ada lagi.
Seperti apa kendala terkait minimnya pertandingan tinju di Indonesia? Simak lanjutan wawancaranya di halaman berikutnya.
Tag
Berita Terkait
-
Tinju Dunia: Catut Namanya, Manny Pacquiao Kecam Floyd Mayweather
-
Wow! Buat Video Isu Rematch dengan Pacquiao, Mayweather Dibayar Rp 31 M
-
Viral Rencana Rematch dengan Pacquiao, Mayweather: Itu Video Lama
-
Tinju Dunia: Incar Manny Pacquiao, Spence Sesumbar Kalahkan Porter?
-
Viral, Mayweather Ungkap Negosiasi Rematch Lawan Pacquiao di Arab Saudi
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
5 Prompt AI Viral: Ubah Fotomu Jadi Anime, Bareng Idol K-Pop, Sampai Action Figure
-
Media Belanda Julid ke Eliano Reijnders yang Gabung Persib: Penghangat Bangku Cadangan, Gagal
-
Sudah di Indonesia, Jebolan Ajax Amsterdam Hilang dari Skuad
-
Harga Emas Antam Tembus Paling Mahal Hari Ini, Jadi Rp 2.115.000 per Gram
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji: Uang yang Dikembalikan Sitaan atau Sukarela?
Terkini
-
Superliga Junior 2025 Perkenalkan Kategori U-13 dan U-15, Wadah Baru Jaring Bibit Muda
-
NOC Indonesia Gandeng NOC Jepang Demi Komitmen Strategis Pengembangan Prestasi Olahraga
-
Superliga Junior 2025: Aksi Atlet Muda Dunia Perebutkan Piala Legenda Bulutangkis Indonesia
-
Polemik Permenpora No 14 Tahun 2024, Taufik Hidayat Kumpulkan KONI, KOI, NPC dan Federasi
-
Duo Mainaky Evaluasi Anak Didik Jelang China Masters 2025
-
Daftar Lengkap Wakil Indonesia di China Masters 2025, Gregoria Mariska Absen
-
Gregoria Mariska Batal Tampil di China Masters dan Korea Open 2025, Ini Penjelasan PBSI
-
Yogyakarta Jadi Tuan Rumah Event Lari Tema Sunset Run, Usung Kampanye Jaga Bumi
-
Terence Crawford Cetak Rekor Tinju, Raih Gelar Bersejarah Usai Kalahkan Canelo
-
Comeback, Pegadaian Kembali Dukung Sepak Bola Indonesia Melalui Pegadaian Championship Musim 2025/26